Donald Trump Putuskan Tarik Kembali 2.000 Pasukan Militer di Suriah

Penarikan ini justru menimbulkan kekhawatiran

Washington D.C., IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memutuskan untuk menarik kembali 2.000 pasukan militer Amerika Serikat di Suriah setelah menyatakan kemenangan atas ISIS. Keputusan ini sendiri justru menimbulkan kekhawatiran dari para pejabat pertahanan. Bagaimana awal ceritanya?

1. Trump membuat cuitan keputusan ini pada hari Rabu malam waktu setempat

Donald Trump Putuskan Tarik Kembali 2.000 Pasukan Militer di Suriahtwitter.com/htTweets

Dilansir dari CNN, Donald Trump mengumumkan keputusan yang mengejutkan dengan menarik 2.000 pasukan militer Amerika Serikat pernyataan di sebuah video yang diunggah di media sosial Twitter miliknya pada hari Rabu, 19 Desember 2018, malam waktu setempat. "Kami menang melawan ISIS. Kami telah mengalahkan mereka dan kami telah mengalahkan mereka dengan buruk. Kami telah mengambil kembali tanah dan sekarang saatnya bagi pasukan kami untuk pulang ke rumah. Saya sangat sedih ketika harus menulis surat atau menelepon orang tua atau istri atau suami tentara yang telah tewas berjuang untuk negara kita.

"Jadi anak-anak kami, para remaja putra-putri kami, orang-orang kami, mereka semua akan kembali dan mereka akan kembali sekarang. Kami menang, dan begitulah kami menginginkannya. Dan itulah yang mereka inginkan," ungkap Trump melalui pernyataan di sebuah video yang dikutip dari akun Twitter miliknya @realDonaldTrump.

Akan tetapi, keputusan yang diambil Trump ini dinilai oleh para pejabat pertahanan merupakan tindakan yang gegabah dan tidak bijaksana. Mereka juga menambahkan adanya kekhawatiran dari penarikan para pasukan ini yang justru menimbulkan penyerahan pengaruh di Suriah ke Rusia dan Iran.

Tak hanya itu saja, Ketua Senat Hubungan Luar Negeri, Bob Corker, menilai sulit membayangkan keputusan yang diambil oleh Trump ini. "Perasaan saya adalah sangat mengejutkan melalui administrasi yang telah dibuat. Sulit membayangkan bahwa setiap presiden akan membangun dan membuat keputusan semacam ini dengan komunikasi kecil ini, dengan persiapan kecil ini.

"Maksud saya, pemahaman saya adalah bahwa kita mulai pindah sekarang," ungkap pernyataan Bob Corker mengenai keputusan ini seperti yang dikutip dari CNN

2. Penasihat Presiden menilai keputusan ini juga membuat negara-negara lainnya bermusuhan untuk mendapatkan pengaruh di sana

Donald Trump Putuskan Tarik Kembali 2.000 Pasukan Militer di Suriahtwitter.com/NewYorker

Para penasihat Presiden Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir telah memperingatkan Trump bahwa menarik para pasukan dari Suriah sama saja berarti mundur dari wilayah tersebut dan memungkinkan negara-negara lainnya untuk bermusuhan satu sama lain demi mendapatkan pengaruh di sana. Mereka-mereka yang ikut memperingatkan diantaranya Menteri Pertahanan Amerika Serikat (James Mattis), Sekretaris Negara (Mike Pompeo), dan Penasihat Keamanan Nasional (John Bolton).

Perlawanan terhadap keputusan yang diambil oleh Trump sangat kuat dan seorang pejabat senior pemerintahan, Jack Tapper, mengatakan keputusan ini adalah kesalahan dari proporsi kolosal dan Presiden dinilai gagal untuk melihat bagaimana itu akan membahayakan negaranya sendiri.

"Pejabat senior di seluruh administrasi setuju bahwa keputusan Presiden dengan tweet ini akan dengan ceroboh menempatkan hidup Amerika Serikat dan sekutu dalam bahaya di seluruh dunia, mengambil tekanan dari ISIS, memungkinkan mereka untuk menyusun kembali, dan menyerahkan kemenangan strategis kepada Suriah kami, serta musuh Iran dan Rusia," ungkap pernyataan Jack Tapper seperti yang dikutip dari CNN.

3. Selama ini, pasukan militer Amerika Serikat ditempatkan di wilayah Kurdi

Donald Trump Putuskan Tarik Kembali 2.000 Pasukan Militer di Suriahtwitter.com/SputnikInt

Sebagian besar pasukan Amerika Serikat selama di Suriah telah ditempatkan di wilayah Kurdi yang berada di Suriah Utara. Sebuah kemitraan dengan aliansi pejuang Kurdi Suriah dan Arab, yang dikenal sebagai Pasukan Demokratis Suriah, diidentikkan dengan memainkan peran utama dalam pemberantasan ISIS setelah menguasai sebagian besar wilayah Suriah empat tahun lalu serta memaksakan pemerintahan brutal pada hampir 8 juta warganya di negara itu dan negara tetangganya, Irak.

Akan tetapi, kelompok militan ISIS belum sepenuhnya hilang. Sebuah laporan Amerika Serikat baru-baru ini mengatakan masih ada banyak 14.000 orang yang diyakini merupakan anggota ISIS di Suriah dan bahkan lebih dari itu di negara tetangga, Irak. Ada ketakutan diantara mereka akan beralih ke taktik gerilya dalam upaya untuk membangun kembali jaringan mereka.

Kemitraan antara Amerika Serikat dengan Kurdi justru membuat pihak Turki marah yang memandang milisi kelompok YPG Kurdi sebagai perpanjangan dari kelompok Kurdi yang dilarang untuk memperjuangkan otonomi di Turki. Pada hari Senin, 17 Desember 2018, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan negaranya mungkin akan segera memulai operasi milter baru melawan YPG di Suriah. Erdogan menambahkan bahwa dia telah berdiskusi rencananya dengan Trump melalui telepon dan dia telah memberikan respon positif.

Baca Juga: Mantan Pengacara Dipenjara, Trump Nilai Cohen Bisa Saja Tidak Bersalah

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya