Jurnal Kesehatan Serukan Tindakan untuk Atasi Climate Change

Ini adalah pertama kalinya banyak jurnal bahas tema serupa

Jakarta, IDN Times - Sebanyak ratusan jurnal kesehatan di seluruh dunia telah diterbitkan dan menyerukan para pemimpin dunia untuk mengambil langkah darurat terhadap perubahan iklim serta untuk melindungi kesehatan. Ini merupakan yang pertama kalinya banyak jurnal membahas tema serupa.

1. Editorial jurnal mengatakan kesehatan manusia sudah dirugikan oleh kenaikan suhu global dan kehancuran alam 

Dilansir dari The Guardian, lebih dari 200 jurnal kesehatan di seluruh dunia menerbitkan editorial yang menyerukan para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan darurat terhadap perubahan iklim serta untuk melindungi kesehatan.

British Medical Journal pada hari Minggu, 5 September 2021, waktu setempat mengatakan ini adalah pertama kalinya begitu banyak publikasi jurnal berkumpul untuk membuat pernyataan yang sama, yang mencerminkan parahnya situasi saat ini.

Editorial mengatakan menjelang pertemuan penting Sidang Umum PBB dan KTT Iklim Cop26 di Glasgow, Skotlandia, pada bulan November 2021 ini untuk menyerukan tindakan segera untuk menjaga peningkatan suhu global rata-rata di bawah 1,5 derajat Celcius, menghentikan perusakan alam, dan melindungi kesehatan.

Ia menambahkan kesehatan sudah dirugikan oleh kenaikan suhu global dan kehancuran alam, keadaan yang menjadi perhatian para profesional kesehatan selama beberapa dekade terakhir.

Menurutnya, ilmu itu tegas di mana peningkatan global 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri dan hilangnya keanekaragaman hayati yang terus-menerus berisiko menimbulkan bencana bagi kesehatan yang tidak mungkin dapat dibalikkan.

Meskipun dunia saat ini disibukkan dengan pandemi COVID-19, editorial menjelaskan kita semua tidak bisa menunggi pandemi ini berlalu untuk mengurangi emisi dengan cepat.

2. Dalam jurnal tersebut, ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat global adalah kegagalan terus-menerus dari para pemimpin dunia 

Jurnal Kesehatan Serukan Tindakan untuk Atasi Climate ChangeIlustrasi perubahan iklim. (Pixabay.com/losxo)

Editorial tersebut mengatakan ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat global adalah kegagalan terus-menerus dari para pemimpin dunia untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah suhu 1,5 derajat Celcius serta untuk memulihkan alam.

Dengan adanya perubahan yang mendesak, di seluruh masyarakat harus dilakukan dan akan mengarah pada dunia yang lebih adil dan lebih sehat, sehingga pihak editorial menyerukan kepada pemerintah dan pemimpin lainnya untuk bertindak, menandai tahun 2021 ini sebagai tahun di mana dunia akhirnya berubah arah.

Para penulis jurnal juga memperingatkan bahwa tujuan untuk mencapai nol bersih, di mana dunia tidak mengeluarkan lebih banyak gas rumah kaca daripada yang dikeluarkan dari atmosfer, mengandalkan teknologi yang belum terbukti untuk mengeluarkan gas seperti karbon dioksida dari atmosfer.

Mereka juga mendesak dunia dan industri energi untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan tidak cukup untuk memenuhi tantangan krisis iklim.

Pemimpin redaksi British Medical Journal, Dr. Fiona Godlee, bersama salah satu penulis editorial mengatakan para profesional kesehatan telah berada di garis depan krisis COVID-19 dan mereka bersatu dalam memperingatkan bahwa melampaui 1,5 derajat Celcius serta membiarkan perusakan alam yang berkelanjutan akan membawa krisis berikutnya yang jauh lebih mematikan.

Ia menambahkan negara-negara kaya harus bertindak lebih cepat dan berbuat lebih banyak untuk mendukung negara-negara yang sudah menderita di bawah suhu yang lebih tinggi.

Baca Juga: Perubahan Iklim: Kantin di Kampus Berlin Kurangi Menu Daging

3. Di Australia, seorang pejabat senior PBB memperingatkan krisis iklim akan menimbulkan malapetaka di seluruh perekonomian negara itu

Jurnal Kesehatan Serukan Tindakan untuk Atasi Climate ChangeSuasana di sekitar wilayah Melbourne, Australia. (pixabay.com/moerschy)

Seorang pejabat senior PBB telah memperingatkan bahwa krisis iklim akan menimbulkan malapetaka di seluruh pereknomian Australia jika batu bara tidak segera dihapus dan bergabung dengan mereka yang secara eksplisit menyerukan pemerintah Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, untuk mengadopsi tujuan pengurangan emisi yang lebih ambisius.

Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk aksi iklim serta Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB, Selwin Hart, menegaskan kembali seruan kepada negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) seperti Australia untuk berhenti menggunakan batu bara di tahun 2030 ini.

Hart menyoroti sejauh mana pemerintah Morrison telah menjadi terisolasi dengan menolak seruan untuk menetapkan target emisi gas rumah kaca nol bersih untuk tahun 2050 ini, tetapi mengatakan tindakan yang lebih besar dekade ini sama pentingnya.

Pemerintah Morrison sendiri memiliki target tahun 2030 ini dari pengurangan 26-28 persen emisi dibandingkan dengan tingkat di tahun 2005 lalu.

Namun, pihak koalisi menolak saran dari Climate Change Authority yang menyarankan untuk menetapkan target 45-65 persen selama jangka waktu tersebut.

Dalam sebuah pernyataan sebelum publikasi editorial, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat mengerdilkan risiko penyakit tunggal apa pun.

Ia menambahkan pandemi COVID-19 akan berakhir, tetapi tidak ada vaksin untuk krisis iklim. Baginya, setiap tindakan yang diambil untuk membatasi emisi dan pemanasan membawa lebih dekat ke masa depan yang lebih sehat dan lebih aman.

Baca Juga: Ilmuwan: Hujan Besar di Eropa Disebabkan Perubahan Iklim

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya