Takut Konflik Meluas, Trump Putuskan Tidak Menyerang Iran

Para pejabat senior sebelumnya telah menasehati Trump

Washington, D.C, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hampir saja mengambil opsi untuk menyerang Iran meski urung dilakukannya karena takut konflik akan lebih luas lagi. Sebelumnya, para pejabat telah memperingatkan Trump untuk tidak mengambil opsi tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Ketika itu saat pertemuan yang digelar di Oval Office pada pekan lalu

Takut Konflik Meluas, Trump Putuskan Tidak Menyerang IranPresiden Amerika Serikat, Donald Trump, saat sedang menggelar pertemuan dengan para pejabat untuk membahas penanggulangan bencana badai Laura pada akhir Agustus 2020 lalu. (Facebook.com/DonaldTrump)

Dilansir dari The Guardian, orang nomor satu di Amerika Serikat ini menggelar pertemuan dengan beberapa pejabat yang berlangsung di Oval Office pada hari Kamis, 12 November 2020, lalu. Ketika itu, Trump sempat bertanya kepada para staff utama mengenai kemungkinan menyerang fasilitas nuklir Iran dalam beberapa pekan ke depan. Para pejabat yang hadir seperti Mike Pence (Wakil Presiden Amerika Serikat), Mike Pompeo (Menteri Luar Negeri Amerika Serikat), dan Jenderal Mark Milley (Ketua Kepala Gabungan).

Para pejabat tersebut menghalangi keinginan Presiden untuk bergerak maju dalam serangan militer dan juga memperingatkan bahwa serangan dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas. Trump sendiri diketahui mengajukan pertanyaan tersebut setelah sebuah laporan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan Iran telah menimbun uranium. Pada tanggal 2 November 2020 lalu, pihak pengawas nuklir melaporkan Iran telah memiliki persediaan sebesar 2.442,9 kg uranium yang diperkaya rendah dan itu mengalami kenaikan dari yang sebelumnya mencapai 2.105,4 kg pada tanggal 25 Agustus 2020 lalu.

2. Hubungan antara Amerika Serikat dengan Iran hingga saat ini semakin tegang

Takut Konflik Meluas, Trump Putuskan Tidak Menyerang IranSuasana di kota Teheran, Iran. (Pixabay.com/mostafa_meraji)

Seperti yang diketahui, hubungan antara Amerika Serikat dengan Iran semakin tegang hingga saat ini. Hal itu dikarenakan Amerika Serikat telah memberlakukan apa yang disebut "kampanye tekanan maksimum" terhadap Iran menyusul dikeluarkannya perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dalam kampanye tersebut berisi penerapan kembali hukuman sanksi ekonomi yang telah menekan ekonomi Iran dan menyebabkan seperti melonjaknya inflasi dan kekurangan obat-obatan.

Namun, Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, telah menawarkan janji terhadap Iran dengan mencari jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi dengan menandai perubahan mencolok dalam retorika agresif Trump terhadap Iran. Akan tetapi, ekskalasi dengan Iran bisa membuat sulit Biden untuk menyelamatkan perjanjian nuklir, yang dia janjikan untuk bergabung kembali sebagai titik awal untuk negosiasi lanjutan jika pihak Iran kembali mematuhi aturan itu.

Baca Juga: Presiden Iran: AS Tidak Bisa Bernegosiasi dan Berperang Melawan Iran

3. Puncak ketegangan Iran terjadi saat jenderal terkemuka Iran tewas pada awal tahun 2020 lalu

Takut Konflik Meluas, Trump Putuskan Tidak Menyerang IranDonald Trump saat berkampanye menjelang Pemilu Presiden Amerika Serikat. (Instagram.com/realdonaldtrump)

Puncak ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran terjadi pada tanggal 3 Januari 2020 di mana seorang jenderal Iran terkemuka, Qasem Soleimani, tewas akibat serangan udara Amerika Serikat di bandara Baghdad, Irak. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bertekad membalas serangan tersebut dan mengumumkan 3 hari berkabung nasional. Soleimani sendiri dianggap sebagai tokoh kedua terkuat di Iran sehingga banyak yang mengecam tindakan pasukan militer Amerika Serikat saat itu.

Di sisi lain, Trump justru menilai Soleimani telah membunuh dan melukai ribuan orang Amerika Serikat dan pihaknya akan melakukan serangan yang lebih gencar lagi setelah peristiwa tersebut. Sebuah pernyataan dari Pentagon, yang merupakan markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengatakan Soleimani telah mengembangkan rencana untuk menyerang diplomat dan anggota layanan Amerika Serikat di Irak dan seluruh wilayah sekitar.

Baca Juga: Iran dan Irak Tingkatkan Kerjasama Militer untuk Bendung Teroris

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya