Tuai Kritikan, Keputusan UEA Tunjuk al-Jaber Didukung AS

Sebelumnya, Kerry absen saat perhelatan COP27 tahun lalu

Jakarta, IDN Times - Utusan iklim AS, John Kerry, mendukung keputusan yang diambil UEA dalam menunjuk Sultan al Jaber sebagai Presiden Negosiasi Iklim PBB. Padahal, penunjukan mendapatkan banyak kritikan dari berbagai pihak.

Al Jaber merupakan CEO dari perusahaan minyak milik negara di UEA. Dia juga merupakan orang kepercayaan dari pemimpin UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Baca Juga: UEA Tunjuk Sultan al Jaber sebagai Presiden Negosiasi Iklim PBB

1. Dia menolak usulan bahwa penunjukan al-Jaber harus didiskualifikasi secara otomatis  

Dilansir dari The Guardian, mantan Menteri Luar Negeri AS mengakui bahwa UEA dan negara-negara lainnya mengandalkan bahan bakar fosil untuk mendanai kas negara dalam menghadapi "keseimbangan" di depan. Namun, dia justru menolak usulan bahwa penunjukan al-Jaber harus didiskualifikasi secara otomatis karena dia merupakan pemimpin Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi.

Aktivis iklim menyamakannya dengan meminta pedagang senjata untuk memimpin pembicaraan damai ketika pihak berwenang mengumumkan pencalonannya pada Kamis (12/1/2023) lalu.

"Saya pikir Dr. Sultan al-Jaber merupakan pilihan yang bagus karena dia adalah kepala perusahaan. Perusahaan itu tahu perlu transisi dan kepemimpinan UEA berkomitmen untuk melakukan transisi," ungkap Kerry dalam sebuah pernyataannya pada Minggu (15/1/2023) waktu setempat yang dikutip dari The Guardian.

Kerry merujuk pada pidato yang diberikan al-Jaber pada Sabtu (14/1) lalu di Abu Dhabi, di mana dia menyerukan Cop yang akan datang untuk bergerak dari tujuan menjadi menyelesaikannya melintasi mitigasi, adaptasi, keuangan, dan kerusakan.

Al-Jaber juga memperingatkan bahwa dunia harus jujur dengan diri sendiri mengenai seberapa banyak kemajuan yang sebenarnya telah dicapai dan seberapa jauh serta lebih cepat kita benar-benar harus melangkah.

Baca Juga: Dapat Investasi Miliaran Dolar, Korsel Dukung UEA Selenggarakan COP28

2. Kerry berharap dalam COP28 ini ekonomi bahan bakar fosil harus didorong dalam transisi menuju energi bersih 

Kerry juga mengutarakan harapannya pada COP28 ini dengan mengatakan ekonomi bahan bakar fosil harus didorong untuk memimpin transisi ke energi bersih. Konferensi iklim PBB berikutnya akan diadakan mulai akhir November 2023 ini di negara yang dikenal pengeboran minyak dan gas.

Menurutnya, sangat menarik bahwa UEA akan menjadi tuan rumah COP dan sangat penting untuk meningkatkan langkah negara penghasil minyak dan gas dan mengatakan telah paham akan tantangan krisis iklim.

"Mereka sangat pintar karena mereka tahu bahwa apa yang muncul dari tanah tidak selamanya. baik secara fisik maupun politik, dan mereka melihat seperti apa dunia baru nantinya. Jika akan ada bentuk baru dari energi yang mereka inginkan untuk menjadi salah satu penyedianya, seperti saat ini," ungkap penjelasan dari Kerry yang dikutip dari Reuters.

Pada KTT COP27 yang digelar di Mesir pada akhir November 2022 lalu, Kerry terpaksa absen karena positif COVID-19. Itu memaksanya untuk melakukan negosiasi melalui telepon alih-alih secara langsung selama 48 jam terakhir.

Dia mengatakan penyakitnya mempersingkat apa yang dia harapkan bisa menjadi pengumuman bersama AS-China tentang pengurangan emisi metana dari dua penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

Baca Juga: Kerja Sama Netral Karbon, Korsel Ingin  Gandeng UEA

3. Al Jaber memiliki pengalaman dalam bidang iklim sampai saat ini

Penunjukan al Jaber sendiri memang banyak mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Tetapi, tak banyak yang tahu kalau al Jaber pernah memimpin proyek ambisius untuk memiliki kota "netral karbon" senilai 22 miliar dolar AS atau setara dengan Rp333 triliun di pinggiran Abu Dhabi.

Bahkan saat ini, dia menjabat sebagai ketua Masdar, sebuah perusahaan energi bersih yang tumbuh dari proyek tersebut.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, ditanya mengenai apakah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menganggap seseorang yang terlibat dengan bahan bakar fosil harus memimpin COP28, menekankan bahwa PBB sama sekali tidak terlibat dalam pemilihan tersebut.

"Karena itu, sains sangat jelas. Kita kalah dalam pertempuran untuk mencegah dampak terburuk dari krisis iklim. Sekretaris Jenderal menegaskan kembali bahwa tidak ada cara untuk menghindari bencana iklim seperti itu tanpa mengakhiri kecanduan kita terhadap bahan bakar fosil," ungkap penjelasan dari Dujarric yang dikutip dari AP News.

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya