Xi Jinping Tetapkan Tiongkok Sebagai Titik Poros Perdagangan Global
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beijing, IDN Times - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menetapkan Tiongkok menjadi titik poros perdagangan bebas global dalam pidatonya kepada para pemimpin Asia Pasifik di Kuala Lumpur, Malaysia pada hari Kamis, 19 November 2020, waktu setempat. Pidato tersebut dilakukan setelah Tiongkok bersama 14 negara lainnya telah menandatangani perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) beberapa hari lalu. Bagaimana awal ceritanya?
1. Ia menilai Asia Pasifik merupakan cikal bakal adanya pertumbuhan global
Dilansir dari The Guardian, orang nomor satu di Tiongkok ini telah menetapkan Tiongkok sebagai titik poros untuk perdagangan bebas global dan bersumpah untuk menjaga perekonomian "super" tetap terbuka dan memperingatkan terhadap perlindungan dalam ekonomi global yang sempat turun akibat pandemi COVID-19. Ia juga menambahkan Asia Pasifik adalah cikal bakal pendorong pertumbuhan global di dunia yang dilanda berbagai tantangan, termasuk tantangan akibat virus COVID-19 yang memporak-porandakan ekonomi global.
Dalam pidato yang disampaikan, Xi menjelaskan mengenai kemenangan atas ketahanan dan vitalitas ekonomi Tiongkok setelah pulih akibat COVID-19. Xi juga memperingatkan negara-negara yang bersikeras pada hambatan perdagangan akan menderita luka yang ditimbulkan sendiri. Ia juga menambahkan pihak Tiongkok akan aktif bekerja sama dengan semua negara, wilayah, dan perusahaan yang ingin melakukannya serta terus memegang teguh keterbukaan dan kerjasama.
2. Pidato Xi datang saat menunggu petunjuk yang disampaikan oleh Joe Biden
Editor’s picks
Pidato Xi Jinping datang saat menunggu petunjuk dari Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, tentang bagaimana pihak mereka akan mendekati Tiongkok. Pihak Gedung Putih sendiri menolak mengatakan apakah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana untuk melakukan pidato di KTT Asia Pasifik. Pekan lalu, Trump meninggalkan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Robert O'Brien, untuk mewakili Amerika Serikat dalam pertemuan terpisah negara-negara Asia Tenggara.
Xi dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, telah berdebat sengit dalam pidato berturut-turut pada pertemuan APEC yang digelar 2 tahun lalu. Hampir satu dekade dalam proses pembuatan perjanjian RCEP telah menimbulkan pertanyaan apakah Amerika Serikat akan bergerak di bawah Biden untuk melawan pengaruh regional Tiongkok yang terus berkembang, terutama ketika Trump menarik diri dari Trans-Pacific Partnership pada tahun 2017 lalu.
Baca Juga: Xi Jinping Sebut Tiongkok Tidak akan Takut Berperang
3. Perjanjian RCEP yang telah disepakati mencakup hasil 30 persen ekonomi dunia
Pada hari Minggu, 15 November 2020, sebanyak 15 negara telah sepakat menandatangani perjanjian RCEP, yang merupakan kesepakatan perdagangan bebas terbesar sepanjang sejarah, dengan mencakup 2,2 miliar orang dan 30 persen dari hasil ekonomi dunia berasal dari 15 negara ini. Mereka diantaranya Tiongkok, Selandia Baru, Brunai Darussalam, Indonesia, Vietnam, Singapura, Jepang, Thailand, Australia, Laos, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Myanmar.
Dalam kesepakatan itu menetapkan ketentuan perdagangan barang dan jasa, investasi lintas batas, dan aturan baru untuk bidang yang semakin penting seperti perdagangan elektronik dan kekayaan intelektual. Menurut para analis, efek pada perdagangan barang antar negara-negara Asia akan sangat mencolok. Dalam pernyataan bersama, para pemimpin negara mengatakan kesepakatan perdagangan kali ini akan menjadi bagian penting dari rencana mereka untuk pulih dari pandemi COVID-19, yang telah memaksa negara-negara di seluruh dunia untuk mengambil kebijakan lockdown di perekonomian mereka.
Baca Juga: Xi Jinping Janji Tak Akan Monopoli Vaksin COVID-19 Buatan Tiongkok
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.