Para pengunjuk rasa banyak yang berpihak pada kelompok Mahasiswa Melawan Diskriminasi, dan telah menyatakan kemarahan mereka atas pidato Hasina yang mereka anggap sebagai tantangan terhadap pemerintahan sementara yang baru dibentuk.
Seorang pemimpin mahasiswa dari kelompok tersebut, Hasnat Abdullah, mengatakan telah memperingatkan media massa tentang pidato Hasina dan mengumumkan di Facebook pada Rabu bahwa 'Malam ini Bangladesh akan dibebaskan dari tempat ziarah fasisme'.
Pengunjuk rasa lainnya, Mohammed Arefin, menuturkan tidak ada alasan bagi rumah itu untuk tetap berdiri. Menurutnya, para mahasiswa telah membentuk pemerintahan melalui revolusi, maka pihaknya merasa sah untuk menghancurkannya.
Para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan yang mengkritik India, tempat Hasina melarikan diri dari Bangladesh pada Agustus lalu setelah pemberontakan mematikan yang dipimpin mahasiswa yang menentang kekuasaannya. Hasina dituduh mengawasi pembunuhan di luar hukum dan menekan suara oposisi selama 15 tahun pemerintahannya. Para kritikus juga menuduhnya membungkam perbedaan pendapat.
Banyak pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan yang menuntut eksekusi Hasina atas ratusan kematian selama pemberontakan tahun lalu terhadapnya. Insiden tersebut menjadi salah satu pergolakan terburuk di negara itu sejak kemerdekaan.
Gerakan yang dipimpin mahasiswa di balik protes tersebut telah menyuarkaan rencana untuk membongkar konstitusi negara tahun 1972. Alasannya, regulasi tersebut adalah perwujudan warisan pemerintahan ayah Hasina.