"Semua orang mengatakan aku bukan laki-laki seutuhnya - sampai aku mulai berpakaian waria." Begitu judul tulisan Al-Kadhi yang dipublikasikan oleh media Inggris, The Independent.
Ia menambahkan,"Tiba-tiba laki-laki heteroseksual jadi gila dan memanggilku 'lad' dan 'fella'. Ironisnya, ini tak pernah terjadi sampai aku memakai gaun dan riasa."
"Lad" atau "fella" adalah panggilan untuk laki-laki, misalnya seperti "bro". Bagi Al-Kadhi panggilan itu membutnya tak nyaman.
"Dipandang sebagai laki-laki oleh masyarakat membuatku sangat gelisah, karena aku telah dinilai gagal memenuhi ekspektasi sebagai laki-laki (di rumah, di sekolah, dan lagi di dunia secara umum). Secara tradisional aku tak 'maskulin', dan untuk banyak orang, itu adalah masalah," ungkapnya.
Al-Kadhi berpenampilan waria selama tiga kali dalam seminggu. Ini karena ia memiliki sebuah pertunjukan bersama teman-teman warianya. Menurutnya, berpakaian seperti itu membuatnya lebih bebas dan lepas dari kegelisahan.
Ia pun merasa aneh saat hari-hari biasa orang-orang melihatnya bukan sebagai laki-laki. Tapi begitu ia menjadi waria, mereka memaksanya untuk berpikir bahwa ia laki-laki dan tak sepantasnya berdandan demikian.
Al-Kadhi mengungkapkan bahwa ia tak sesuai dengan label laki-laki harus maskulin sebab menurut banyak orang ia tak bisa bermain sepak bola, cara berjalannya tidak tegap, dan suaranya tidak lantang. Ini membuatnya depresi.
"Setiap hari, target ideal tentang sikap laki-laki dipampang di depanku, dan aku dikonfrontasi dengan kegagalanku untuk memenuhinya kemanapun aku pergi. Satu-satunya saat aku dipanggil 'laki-laki' adalah saat aku dinyatakan bukan laki-laki seutuhnya," tulisnya.