Facebook, Twitter dan Google Dianggap Jadi Lokasi Penyebaran Paham Ekstrimis!
time.com
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam sebuah panel anggota Parlemen Inggris menyimpulkan kalau sosial media dan website di internet adalah penyebar paham ekstrimis. Facebook, Twitter dan Google dianggap menjadi lahan paling luas bagi para ekstrimis untuk menyebar pandangan mereka. Bahkan ketiga situs tersebut dianggap sebagai lumbung perekrutan teroris.
Seperti dilansir Independent, Kepala Parlemen Buruh Inggris, Keith Vaz mengatakan kalau Facebook, Twitter dan Google selama ini selalu menyebarkan propaganda dan membentuk platform bagi para teroris. Otoritas Inggris pun disarankan untuk beraksi atas hal ini, Vaz khawatir paham ekstrimis akan terlanjut melebarkan sayapnya.
Anggapan muncul setelah Facebook, Twitter dan Google gagal menghalangi masuknya paham ekstrimis dalam 'lingkungan' mereka.
Getty Images via independent.co.ukVaz melanjutkan kalau perusahaan besar seperti Google, Facebook dan Twitter memiliki pendapatan miliar-an Dollar. Namun, dengan besarnya perusahaan tersebut, harusnya bisa menyaring keluar masuknya informasi dan orang yang ada dalam situs. Justru mereka dianggap gagal untuk menghalangi tersebarnya paham ekstrimis bahkan proses perekrutan teroris terhadap warga Inggris.
Vaz mencurigai ketiganya justru 'bermain' di belakang dan bekerjasama dengan para ekstrimis. Facebook, Twitter dan Google pun dianggap sudah meninggalkan bagian dari internet yang tidak dalam pengawasan, tanpa peraturan dan sangat rahasia. Tempat-tempat seperti itulah yang dianggap jadi sarang para ekstrimis.
Yang dikhawatirkan Vaz adalah bertambahnya jumlah warga Inggris yang terpengaruh. Sejauh ini, menurut data yang dirangkum parlemen ada lebih dari 800 warga Inggris yang telah menuju Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok teroris.
Baca Juga: Nih 11 Alasan Terlalu Mengumbar Kemesraan Di Sosial Media Bikin Hidupmu Kacau
Para mantan warga Inggris yang pulang dari Suriah dan Irak menyebar pemahamannya.
time.comEditor’s picks
Inilah efek domino, menurut Vaz yang terus dilakukan melalui dunia maya. Facebook, Twitter dan Google jadi langkah para ekstrimis 'lokal' yang pulang kampung untuk merekrut orang lain. Tim pengawasan dari parlemen sendiri telah berusaha untuk menutup dan memberantas akun serta situs yang berkaitan dengan hal berbau ekstrimis.
Lebih dari 300 posting, tweet dan situs dihapus demi tidak tersebarnya paham terorisme di tanah Ratu Elizabeth. Terkait hal tersebut, ketiga situs tidak mempermasalahkan penghapusan dari pihak parlemen karena pada akhirnya mereka juga mendukung pemberantasan ekstrimis.
Facebook, Twitter dan Google telah berusaha keras.
wessexscene.co.ukPerwakilan dari ketiga perusahaan tersebut dikabarkan telah bertemu dengan anggota parlemen Inggris untuk membahas hal ini. Seperti diberitakan Digital Trends, meskipun laporan telah diberikan oleh ketiga perusahaan, para anggota tetap menganggap kalau masih ada potensi penyebaran propaganda ekstrimis ke netizen.
Juru bicara Facebook pun akhirnya ikut angkat bicara ke publik. Dirinya mengatakan kalau Facebook telah berusaha keras untuk mengambil bagian dari menghentikan penyebaran paham ekstrimis. Mereka pun mengaku menanggapi dengan serius terkait masalah perekrutan teroris. Tidak ada tempat bagi terorisme dan paham ekstrimis dalam Facebook. Facebook pun terus mengikuti peraturan dan hukum yang berlaku di masing-masing negara.
racefields.comMaka di Inggris sendiri, Facebook ikut apa yang menjadi kekhawatiran otoritas. Sementara itu, pihak Twitter pun mengaku telah membekukan lebih dari 365.000 akun yang diduga berkaitan dengan penyebaran paham terorisme. Tindakan ini telah dilakukan sejak tahun lalu. Meski begitu, isu-isu serupa terus muncul.
Sampai saat ini Parlemen masih perjuangkan aspirasi mereka untuk ditanggapi serius oleh pemerintah Inggris. Nah, menurutmu, pantaskah Facebook, Twitter dan Google disebut tempat penyebaran paham ekstrimis?
Baca Juga: Coba Cek! 21 Hal Ini Tunjukkan Bahwa Kamu "Pecandu" Sosial Media
Berita Terkini Lainnya
