Penjaga Perbatasan Libya Temukan 80 Migran Telantar di Padang Pasir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Penjaga perbatasan Libya telah menyelamatkan puluhan migran yang diduga ditelantarkan otoritas Tunisia di padang pasir. Mereka bertahan tanpa air, makanan, dan tempat tinggal.
Mengutip The Guardian, ratusan orang dari negara-negara sub-Sahara dibawa dengan paksa ke gurun dan wilayah terpencil, yang berbatasan dengan Libya dan Aljazair setelah kerusuhan rasial di Sfax, kota terbesar kedua di Tunisia, pada awal Juli.
Baca Juga: Migran dan Warga Lokal Ribut di Tunisia, 1 Warga Tewas
1. Suhunya mencapai 40 derajat
Saat ditemukan, para migran terlihat kelelahan dan dehidrasi dalam kondisi duduk atau berbaring di atas pasir. Mereka juga menggunakan semak-semak untuk melindungi diri dari panas terik musim panas yang suhunya mencapai 40 derajat celsius.
Penjaga perbatasan Libya memberikan para migran tersebut air dan membawanya ke penampungan. Setidaknya 80 orang ditemukan di daerah tak berpenghuni di dekat Al-Assah, sebuah kota dekat perbatasan Tunisia-Libya yang berjarak sekitar 150 km di barat Tripoli.
Baca Juga: Adang Migran, Uni Eropa Akan Beri Bantuan Rp15,9 T ke Tunisia
2. Ada wanita dan anak-anak yang ikut terlantar
Editor’s picks
Dalam sebuah video yang dibagikan di halaman Facebook unit Libya yang berjaga di perbatasan, seorang petugas menyebut ada kelompok yang ditemukan berisi anak-anak dan wanita.
Video tersebut menampilkan seorang pria yang diselamatkan dari daerah perbatasan, yang mengatakan bahwa polisi Tunisia mendeportasi mereka ke Libya.
Pria tersebut menambahkan, puluhan orang itu bisa mati di padang pasir jika tak mendapat bantuan dari penjaga perbatasan Libya.
Baca Juga: Tunisia Tunda Pembayaran Gaji Ribuan Guru yang Ikut Demo
3. Ratusan orang melarikan diri dari Sfax
Diketahui ratusan orang melarikan diri atau dipaksa keluar dari Sfax, setelah ketegangan rasial berkobar menyusul pembunuhan seorang pria Tunisia dalam pertengkaran antara penduduk setempat dan migran pada 3 Juli 2023.
Pelabuhan Sfax adalah titik keberangkatan bagi banyak migran dari negara-negara miskin dan dilanda kekerasan, yang mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.