Alami Malnutrisi, Ibu di Gaza Tidak Dapat Menyusui Bayi Mereka

Susu formula juga sulit ditemukan di pasar

Jakarta, IDN Times - Riham Al Balbasi, yang tinggal di kamp Jabalia di Gaza utara, berharap bisa memberikan susu bagi bayi perempuannya yang berusia tiga bulan, Soha. Seperti kebanyakan ibu lainnya di wilayah itu, ia tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga kesulitan memproduksi ASI.

“Persediaan ASI saya tidak mencukupi karena saya tidak bisa memberi makan diri saya dengan baik. Saya sangat menyadari saran yang diberikan kepada para ibu tentang perlunya makanan bergizi untuk menyusui. Saya ingin anak saya mendapat susu alami, tapi saya merasa sangat tidak berdaya,” ujar perempuan berusia 22 tahun itu, dikutipThe National.

Dokter mengatakan kepadanya bahwa Soha mengalami kekurangan gizi. Bayi itu juga kerap menangis karena kelaparan. Namun, Al Balbasi tidak dapat menemukan susu formula apa pun di pasaran, apalagi makanan tambahan untuk bayi dan sup.

“Situasinya sangat buruk; saya tidak bisa makan dengan baik, begitu pula anak saya,” tambahnya.

Baca Juga: Miris, Banyak Ibu Hamil di Gaza Alami Malnutrisi

1. Invasi dan blokade Israel mendorong masyarakat di Jalur Gaza ke ambang kelaparan

Pejabat PBB mengatakan bahwa perang Israel-Hamas, yang telah berlangsung sejak Oktober, telah mendorong seperempat dari 2,3 juta penduduk di Jalur Gaza ke ambang kelaparan.

Project Hope, sebuah kelompok kemanusiaan yang mengoperasikan klinik di Deir el-Balah di Gaza tengah, mengatakan bahwa 21 persen perempuan hamil dan 11 persen anak-anak di bawah usia lima tahun yang dirawat selama tiga pekan terakhir mengalami kekurangan gizi.

“Orang-orang melaporkan hanya makan roti putih karena buah, sayuran, dan makanan padat nutrisi lainnya hampir mustahil ditemukan atau terlalu mahal,” kata Project Hope, dikutip Al Jazeera.

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Selasa (27/2/2024) melaporkan bahwa dua bayi meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

“Dehidrasi dan malnutrisi mengancam kehidupan ribuan anak-anak dan wanita hamil di Jalur Gaza,” kata juru bicara kementerian, Ashraf al-Qudra, dalam sebuah pernyataan 

2. Bantuan tidak masuk ke Gaza utara selama lebih dari sebulan

Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan bahwa tidak bantuan yang masuk ke wilayah utara Gaza selama lebih dari sebulan terakhir. Israel telah melakukan inspeksi ketat terhadap setiap truk di perbatasan Mesir, sementara pengunjuk rasa ekstremis Israel menghadang truk bantuan di perbatasan Israel dengan Gaza.

“Kami menerima banyak kasus anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi dan malnutrisi yang sangat jelas, dan beberapa di antaranya bertahan berjam-jam sebelum akhirnya meninggal dan menjadi martir,” kata Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit Kamal Aidwan di kamp Jabalia.

Ia mengatakan bahwa dehidrasi dan malnutrisi telah mempengaruhi sebagian besar warga di Gaza utara dalam beberapa pekan terakhir. Akibatnya, berat badan mereka turun secara signifikan.

“Banyak anak yang datang ke rumah sakit dengan gejala pucat, kulit menguning, badan lemas, dan kurus akibat kekurangan gizi,” ujarnya.

“Kurangnya ketersediaan susu formula semakin memperparah penderitaan, terutama bagi bayi baru lahir, akibat kekurangan ASI dari ibu-ibu yang sama sekali kekurangan gizi."

Baca Juga: Sekjen PBB Serukan Penyelidikan Independen Pembunuhan Massal di Gaza

3. Rumah sakit Al-Awda di Jabalia dilaporkan berhenti beroperasi pada Rabu

Fasilitas kesehatan juga terkena dampak buruk dari pembatasan bantuan. Rumah sakit Al-Awda di Jabalia dilaporkan berhenti beroperasi pada Rabu (28/2/2024) karena kekurangan bahan bakar dan pasokan medis.

Al-Awda merupakan rumah sakit terakhir yang berfungsi di utara Gaza. Salah seorang pejabatnya, Muhammad Salha, mengatakan bahwa fasilitas tersebut akan menyebabkan hilangnya seluruh layanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Ia pun mendesak pengiriman bahan bakar dan pasokan medis dasar segera.

Menurut data PBB, hanya sepertiga dari rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian.  Sementara itu, rumah sakit yang masih beroperasi kewalahan menangani pasien dan kekurangan pasokan medis.

Serangan bom Israel juga menyebabkan kebakaran di rumah sakit Nasser pada Rabu. Fasilitas kesehatan terbesar di Gaza selatan itu sudah tidak berfungsi lagi, namun masih memiliki 120 pasien yang menunggu evakuasi medis. 

PBB dan organisasi kemanusiaan mengatakan bahwa hambatan logistik, termasuk pembatasan pergerakan, pemeriksaan perbatasan dan penutupan penyeberangan, serta pembekuan visa bagi banyak staf, telah menghambat upaya pengiriman bantuan ke Gaza.

“Diperlukan waktu hingga satu bulan agar pasokan bisa masuk ke Gaza, karena setiap kotak di setiap truk harus diperiksa,” kata Médecins Sans Frontières (MSF) pekan ini. 

Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan Indonesia Masuk ke Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya