Amnesty International: Arab Saudi Eksekusi Mati 100 Orang Tahun Ini

Saudi sebelumnya berjanji akan kurangi eksekusi mati

Jakarta, IDN Times - Pengawas hak asasi manusia Amnesty International mengatakan Arab Saudi telah mengeksekusi 100 tahanan selama 2023. Hal ini dinilai bertentangan dengan janji negara tersebut sebelumnya untuk mengurangi penggunaan hukuman mati.

“Pembunuhan besar-besaran yang dilakukan pihak berwenang menimbulkan kekhawatiran serius terhadap nyawa para terpidana mati yang berusia di bawah 18 tahun pada saat kejahatan terjadi,” kata Heba Morayef pada Jumat (8/9/2023), Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Morayef mengungkapkan ada sejumlah kasus di mana orang-orang dijatuhi hukuman mati akibat postingan mereka di media sosial atau pelanggaran terkait narkoba. Para tahanan ini digiring ke pengadilan, yang menurut mereka sangat tidak adil dan jauh dari standar hak asasi manusia internasional.

Baca Juga: Arab Saudi Eksekusi Mati Warga AS yang Bunuh Ayahnya

1. Arab Saudi eksekusi 196 pada 2022

Pada Agustus, seorang pensiunan guru sekolah, Mohammed bin Nasser al-Ghamdi, dijatuhi hukuman mati lantaran tweet-nya yang mengkritik pemerintah Arab Saudi. Beberapa tuduhan yang dikenakan padanya termasuk mengkhianati agama, mengganggu keamanan masyarakat, dan berkonspirasi melawan pemerintah.

Laporan Organisasi Saudi Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ESOHR), yang diterbitkan pada awal tahun ini, menyebutkan bahwa rata-rata 129 orang telah dihukum mati setiap tahunnya sejak 2015. Pada 2022, Arab Saudi mengeksekusi 196 orang, jumlah eksekusi tahunan tertinggi yang pernah dicatat oleh Amnesty International di negara tersebut dalam 30 tahun terakhir.

Amnesty International menentang hukuman mati dalam kasus apa pun tanpa terkecuali. Hingga saat ini, 112 negara telah menghapus hukuman mati untuk semua kejahatan.

Baca Juga: Penjaga Perbatasan Arab Saudi Dilaporkan Membunuh Ratusan Migran

2. Eksekusi mati dinilai merupakan senjata MBS untuk menekan suara miring terhadap kerajaan

Eksekusi mati di Arab Saudi secara luas dipandang sebagai bagian dari upaya Putra Mahkota Mohammed bin Salman, atau biasa dikenal sebagai MBS, untuk memberantas perbedaan pendapat di kerajaan.

MBS, yang menjadi penguasa de facto Arab Saudi sejak 2015, telah berusaha menampilkan dirinya sebagai seorang modernis. Ia berjanji untuk mengurangi penggunaan hukuman mati untuk kejahatan tanpa kekerasan, namun jumlah eksekusi tahunan meningkat hampir dua kali lipat pada masa pemerintahannya.

“Konsep modernisasi yang dipraktikkan MBS bersifat selektif dan bergantung pada suasana politik,” kata Ali Adubisi, direktur ESOHR kepada DW awal tahun ini.

“Eksekusi ini merupakan pilar penting dari perilaku represif MbS yang melaluinya ia melakukan intimidasi terhadap rakyatnya untuk memastikan sebisa mungkin diam.”

3. Tidak mendapat sanksi dari internasional

Meskipun memiliki catatan hak asasi manusia yang buruk, Arab Saudi tidak menghadapi sanksi serius apa pun dari internasional. Negara ini telah memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alamnya yang sangat besar, dan sebagian besar eksekusi tidak menarik perhatian media internasional.

Pada 2018, kasus pembunuhan terhadap jurnalis AS-Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul menimbulkan gelombang kejutan di seluruh dunia. Adapun putra mahkota, yang dilaporkan mengetahui rencana pembunuhan tersebut, telah diberikan kekebalan oleh AS, dikutip DW.

Baca Juga: Temui Pangeran MBS, Luhut Dapat Kepastian Arab Saudi di Proyek IKN

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya