AS Dikecam karena Selalu Gagalkan Upaya Gencatan Senjata di Jalur Gaza

AS sudah tiga kali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB

Jakarta, IDN Times - Médecins Sans Frontières (MSF) atau dikenal sebagai Dokter Lintas Batas, mengecam Amerika Serikat (AS) karena memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza

“Selama 138 hari, kami telah menyaksikan kehancuran sistem kesehatan yang telah kami dukung selama beberapa dekade. Kami telah menyaksikan pasien dan kolega kami terbunuh dan menjadi cacat," kata Sekretaris Jenderal Internasional MSF Christopher Lockyear kepada anggota DK PBB pada Kamis (22/2/2024), dikutip Al Jazeera.

"Situasi ini adalah puncak dari perang yang dilancarkan Israel terhadap seluruh penduduk Jalur Gaza, perang hukuman kolektif, perang tanpa aturan, perang dengan segala cara. Kami terkejut karena AS menggunakan kekuasaannya sebagai anggota tetap DK PBB menghalangi mengadopsi resolusi yang paling jelas, yaitu menuntut gencatan senjata segera dan berkelanjutan," tambahnya. 

1. Anak-anak di Gaza alami cedera psikologis

Pada Selasa (20/2/2024), AS memveto permintaan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, dan malah mendorong dewan untuk menyerukan gencatan senjata sementara demi membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas. AS sendiri telah memveto tiga resolusi DK PBB sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober.

Dalam pemungutan suara pada Selasa, Inggris abstain sementara 13 anggota dewan lainnya mendukung rancangan resolusi tersebut.

Saking parahnya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, Lockyear mengungkapkan bahwa medis telah membuat akronim baru, yaitu WCNSF yang berarti "anak yang terluka, tidak ada keluarga yang selamat".

“Anak-anak yang selamat dari perang ini tidak hanya akan menanggung luka traumatis yang terlihat, namun juga luka yang tidak terlihat,” ujarnya.

“Ada pengungsian berulang kali, ketakutan terus-menerus dan menyaksikan anggota keluarga tercerai-berai di depan mata mereka. Cedera psikologis ini telah membuat anak-anak berusia lima tahun mengatakan kepada kita bahwa mereka lebih memilih mati," tambah dia. 

Baca Juga: Israel Sebut Hamas Bangun Terowongan di Bawah Markas UNRWA di Gaza

2. AS berusaha menekan Hamas untuk menerima perjanjian yang ada

Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood menampik apa yang disampaikan Lockyear. Dia mengatakan bahwa AS telah mendorong Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza, dan melarang sekutunya itu untuk melanjutkan serangan darat di Rafah, Gaza selatan, tanpa adanya rencana yang untuk melindungi warga sipil.

“Kita semua ingin melihat konflik ini berakhir secara permanen. Kecepatan perundingan penyanderaan bisa membuat frustasi. Dukungan dewan terhadap diplomasi ini sangat penting untuk meningkatkan tekanan pada Hamas agar menerima perjanjian yang ada," kata Wood, dikutip Reuters.

Sementara itu, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan kepada dewan bahwa dia merasa terkejut dengan pengarahan yang disampaikan Lockyear.

“Kami berharap gambaran tragis yang dia lukiskan tentang Gaza untuk kita dapat menyentuh hati nurani salah satu anggota dewan ini,” kata Zhang.

"Dewan macam apa kita jika kita tetap tidak tersentuh oleh pengarahan penuh air mata yang kita dengar hari ini dari sekretaris jenderal Médecins Sans Frontières?" tanya Duta Besar Slovenia untuk DK PBB, Samuel Zbogar.

3. Hampir 30 ribu orang di Gaza tewas akibat serangan Israel

Konflik terbaru di Gaza meletus ketika para pejuang Hamas melancarkan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang dilaporkan menewaskan 1.200 orang dan membuat 253 lainnya disandera.

Sebagai pembalasan, Israel kemudian melancarkan serangan militer besar-besaran ke Gaza. Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina tersebut melaporkan bahwa hampir 30 ribu orang di Gaza telah terbunuh, sementara ribuan mayat lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan. Adapun sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

PBB mengatakan, serangan Israel juga telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kurangnya makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.

“Hari ini staf kami kembali bekerja mempertaruhkan nyawa mereka sekali lagi demi pasien mereka. Apa yang ingin Anda pertaruhkan?” tanya Lockyear kepada dewan.

Baca Juga: Menlu Retno akan Bicara soal Pendudukan Israel di ICJ Hari Ini

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya