Dokter Relawan Dicambuki Milisi Bersenjata Sudan

Kelompok MSF tuntut jaminan keamanan demi bisa beroperasi

Jakarta, IDN Times - Kelompok bersenjata menyerang belasan anggota tim Doctors Without Borders/Médecins Sans Frontières (MSF) yang bekerja di rumah sakit utama di Khartoum, Sudan, pada Jumat (21/7/2023).

MSF menjelaskan, 18 anggotanya dihentikan oleh para pria bersenjata pada Kamis (20/7/2023) sore saat sedang mengangkut pasokan ke Rumah Sakit Turki, yang terletak di selatan ibu kota. Kelompok tersebut awalnya menanyai alasan kehadiran tim MSF, kemudian memukuli beberapa dari mereka.

“Setelah berdebat tentang alasan kehadiran MSF, orang-orang bersenjata itu secara agresif menyerang tim kami, memukul dan mencambuk mereka secara fisik,” kata MSF di situs webnya.

Salah seorang pengemudi sempat ditahan, namun kemudian dilepas. Kelompok tersebut juga mencuri kendaraan tim MSF.

1. MSF meminta jaminan keselamatan

Usai insiden tersebut, MSF memperingatkan bahwa aktivitas di rumah sakit berada dalam bahaya serius, dan mereka tidak dapat melanjutkan pelayanan medis apabila jaminan keselamatan minimum tidak terpenuhi.

“Untuk menyelamatkan nyawa orang, nyawa staf kami yang ada di sana untuk melakukan pekerjaan ini tidak boleh terancam,” kata Christophe Garnier, manajer darurat MSF untuk Sudan.

“Jika kejadian seperti ini terulang lagi, dan jika kemampuan kami untuk memindahkan persediaan terus terhambat, maka sayangnya, kehadiran kami di Rumah Sakit Turki akan segera menjadi tidak dapat dipertahankan.”

Rumah Sakit Turki adalah satu dari hanya dua rumah sakit yang masih berfungsi di seluruh Khartoum selatan. Kedua fasilitas itu didukung oleh MSF. Adapun MSF merupakan salah satu dari sedikit organisasi kemanusiaan medis internasional yang masih tersisa di kota tersebut.

Baca Juga: Jaksa ICC Selidiki Dugaan Kejahatan Perang di Sudan

2. Ribuan orang tewas akibat bentrokan

Sudan telah diguncang oleh kekerasan sejak pertengahan April. Pemicunya adalah pertemmpuran antara militer yang dipimpin oleh Abdel Fattah Burhan dengan Pasukan Pendukung Cepat paramiliter (RSF), dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamden Dagalo.

Sejak saat itu, konflik menyebar ke beberapa wilayah negara, menjadikan Khartoum sebagai medan perang dan juga memicu kekerasan etnis di Darfur.

Menurut laporan pemerintah Sudan, bentrokan telah menewaskan lebih dari 3 ribu orang dan melukai lebih dari 6 ribu lainnya hingga Juni. Namun, dokter dan aktivis mengatakan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan, lebih dari 3 juta orang telah mengungsi di Sudan atau melarikan diri ke negara tetangga.

3. Fasilitas kemanusiaan jadi target kekerasan

Di jalan-jalan Khartoum, pasukan RSF tampak lebih unggul.

Menurut warga dan aktivis, selama tiga bulan terakhir, pasukan itu telah menduduki rumah-rumah penduduk dan properti sipil lainnya, dan mengubahnya menjadi basis operasional.

Tentara Sudan menanggapinya dengan serangan udara dan penembakan di daerah sipil yang padat penduduk, dikutip dari Associated Press.

Sementara itu, perusakan dan penjarahan yang meluas juga dilaporkan terjadi di seluruh Khartoum dan kota terdekat Omdurman.

Fasilitas kemanusiaan sering menjadi sasarannya. Setidaknya dua situs Program Pangan Dunia telah dijarah, satu di Khartoum dan satu lagi di pusat kota El Obeid.

Baca Juga: PBB: 87 Mayat Etnis Masalit Ditemukan di Kuburan Massal Sudan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya