Israel Akan Lanjutkan Perang di Gaza Meski Tanpa Dukungan Global

Gencatan senjata dinilai akan menguntungkan Hamas

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengatakan, negaranya akan terus melanjutkan perang di Jalur Gaza dengan atau tanpa dukungan internasional. Menurutnya, gencatan senjata hanya akan menguntungkan Hamas.

“Gencatan senjata pada tahap saat ini adalah hadiah bagi organisasi Hamas, dan akan memungkinkan mereka kembali bangkit dan mengancam penduduk Israel,” kata Cohen, dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Australia Tim Watts di Yerusalem Barat, pada Rabu (13/12/2023). 

Tekanan global terhadap Israel semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah korban warga sipil Gaza yang tewas, dan memburuknya krisis kemanusiaan di sana.

1. AS sebut Israel telah kehilangan dukungan global

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, Israel telah kehilangan dukungan di seluruh dunia karena melakukan pengeboman tanpa pandang bulu di Gaza.

“Ini adalah pemerintahan paling konservatif dalam sejarah Israel,” kata Biden pada Selasa (12/12/2023), di acara penggalangan dana kampanye di Washington.

Tokoh-tokoh penting seperti Wakil Presiden Kamala Harris dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah berbicara tentang tingginya tingkat korban sipil di Gaza dan kesenjangan antara komitmen serta tindakan Israel.

Terlepas dari kritik tersebut, AS belum secara terbuka mengecam Israel dan terus menolak seruan gencatan senjata. Namun, Biden mendesak Israel agar memberi akses bantuan kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera yang disandera oleh Hamas, dan strategi militer yang lebih tepat sasaran.

Baca Juga: Menlu Retno: Peran Aktif Indonesia untuk Gaza Diapresiasi

2. Majelis Umum PBB sepakati gencatan senjata dalam resolusi yang tidak mengikat

Pada sesi darurat Majelis Umum PBB, 153 negara anggota memberikan suara mendukung resolusi tidak mengikat yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan memastikan akses kemanusiaan.

Resolusi tersebut kemudian disetujui, meskipun 10 negara termasuk Israel dan AS memberikan suara menentang resolusi tersebut. Sementara Inggris dan Jerman termasuk di antara 23 negara yang abstain.

Resolusi ini diajukan oleh negara-negara Arab dan muslim setelah AS memveto resolusi yang mengikat di Dewan Keamanan PBB pada Jumat (8/12/2023).

3. Sembilan tentara Israel tewas diserang Hamas

Selasa mejadi salah satu hari yang paling mematikan bagi militer Israel sejak serangan darat mereka dimulai. Militer mengatakan, sembilan pasukannya tewas dalam penyergapan terkoordinasi oleh Hamas di distrik Shejaiya di Kota Gaza, yang menjadi menjadi fokus operasi darat dalam beberapa hari terakhir.

"Hamas melemparkan bahan peledak ke arah tentara dan menembak mereka dari dalam bangunan tempat tinggal di mana infrastruktur teror bawah tanah juga berada," kata militer.

Hamas mengatakan, hal itu menegaskan kegagalan para pemimpin dan militer Israel dalam menghadapi perlawanan kuat dari sayap bersenjata kelompok tersebut.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan, hari terbunuhnya kesembilan prajurit tersebut merupakan hari yang sulit bagi Israel. Namun, dia tetap menolak seruan gencatan senjata.

“Kami terus melanjutkan (perang) sampai akhir, tidak ada pertanyaan. Saya mengatakan hal ini meskipun ada rasa sakit yang luar biasa dan tekanan internasional. Tidak ada yang bisa menghentikan kami, kami akan terus melanjutkannya hingga akhir, hingga kemenangan, tidak kurang,” katanya, saat berbicara dengan para komandan militer, dikutip Associated Press.

4. Korban tewas dan luka-luka di Gaza terus meningkat secara signifikan

Koordinator kemanusiaan lokal PBB, Lynn Hastings, mengatakan situasi yang terjadi di lapangan tidak mendatangkan manfaat apa pun bagi kedua pihak yang berseteru.

"Apa yang terjadi di lapangan tidak akan membawa perdamaian dan keamanan bagi Palestina atau Israel selama bertahun-tahun, bahkan generasi mendatang. Jadi gencatan senjata adalah kepentingan semua orang saat ini," kata Hastings, dikutip BBC.

Dia memperingatkan jumlah warga Gaza yang terbunuh dan terluka terus meningkat secara signifikan setiap hari. Hampir setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza telah melarikan diri ke wilayah Rafah selatan, di perbatasan dengan Mesir, dalam upaya untuk menghindari pemboman Israel.

Ia menambahkan, runtuhnya sistem layanan kesehatan, ditambah dengan kondisi yang memprihatinkan di tempat penampungan yang penuh sesak, juga akan memicu epidemi dan bencana kesehatan masyarakat.

PBB memperkirakan sejauh ini terdapat 360 ribu kasus penyakit menular, termasuk meningitis, infeksi saluran pernapasan, dan diare, yang merupakan penyebab utama kematian anak-anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia.

Baca Juga: Cerita Relawan MER-C Berhasil Dievakuasi dari Jalur Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya