Paramedis Palestina Hilang setelah Serangan di Festival Musik Israel

Keluarga Awad terus mencari informasi tentang keberadaannya

Jakarta, IDN Times - Seorang warga Palestina yang tinggal di Israel, Awad Dawarshah, termasuk di antara ratusan orang yang hilang sejak perang Israel-Gaza dimulai pada Sabtu (7/10/2023). Keluarganya kini sedang menanti-nanti informasi tentang keberadaannya

Pria berusia 23 tahun itu bekerja sebagai paramedis di festival musik Supernova di Israel selatan, di mana 250 orang terbunuh dan puluhan lainnya dibawa ke Gaza pada Sabtu pagi. 

“Ini menyakitkan bagi saya untuk mengatakannya, tapi kami tidak memiliki satu pun informasi terverifikasi tentang nasib Awad. Kami tidak mendapat informasi dari pihak berwenang,” kata sepupunya Saeed Dawarshah kepada The National 

“Kami tidak berhenti menghubungi rumah sakit, Shin Bet dan tentara… Ini adalah permainan menunggu, tidak ada yang bisa kami lakukan selain menunggu, mengetahui bahwa ibu dan ayah sedang menantikan berita. Kurangnya informasi menambah ketakutan dan kecemasan kami.”

Baca Juga: 16 WNI Diupayakan Keluar dari Israel Lebih Cepat

1. Sekitar 70 warga Palestina di Israel dilaporkan tewas atau hilang

Kelompok hak asasi manusia memperkirakan, sekitar 70 warga Palestina di Israel dilaporkan tewas atau hilang sejak Sabtu. Beberapa orang diyakini termasuk di antara para sandera yang dibawa ke Gaza.

“Kami kehilangan semua kontak dengannya pada Sabtu pagi. Kami tidak tahu nasibnya, kondisinya. Kami tidak tahu apakah dia termasuk di antara mayat-mayat itu,” kata Musa, ayah Awad, dalam video yang diposting online. 

Awad, yang merupakan sopir ambulans, dikontrak untuk bekerja di festival tersebut dan tiba di lokasi pada Kamis (5/10/2023), dua hari sebelum serangan terjadi. Dalam foto yang dibagikan oleh keluarga, Awad terlihat sedang merawat penonton festival yang terluka pada malam sebelum serangan.

Keluarganya telah melakukan perjalanan ke selatan untuk mencarinya di rumah sakit, namun hasilnya masih nihil. Serangan di festival musik itu merupakan salah satu serangan terbesar Israel selatan, dengan sedikitnya 260 orang dilaporkan tewas.

Baca Juga: Asal Usul Konflik Israel-Palestina di Gaza, Berlangsung Puluhan Tahun!

2. Warga Palestina merupakan 20 persen dari populasi Israel

Warga Palestina di Israel mencakup 20 persen dari populasi negara Yahudi itu, dengan beberapa di antaranya telah mengungsi sejak 1948. Sebagian besar dari mereka tinggal di utara, selatan, dan di desa-desa dekat Jalur Hijau, yang memisahkan Israel dari Tepi Barat yang diduduki.

Menurut informasi dari Waleed Al Hwashla, anggota Knesset dan Otoritas Darurat Arab,  tujuh warga Palestina di gurun Negev selatan juga hilang. Kebanyakan dari mereka berasal dari Rahat, kota Badui terbesar di selatan negara itu.

Namun beberapa kelompok mengatakan sekitar 50 orang masih hilang. Forum Negev untuk Hidup Berdampingan mengatakan bahwa 16 warga Palestina tewas dalam serangan udara di sejumlah kota dan desa di Badui.

“Empat puluh enam lainnya masih hilang. Beberapa dibawa ke Gaza bersama sandera lainnya,” kata Chloe Portheault, koordinator advokasi internasional forum tersebut.

3. Sekitar dua ribu orang tewas di kedua sisi

Sekitar dua ribu orang telah terbunuh di kedua sisi, sejak Hamas meluncurkan serangan tiba-tiba ke Israel pada Sabtu malam. Serangan kali ini merupakan yang terburuk dalam konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade.

Para pemimpin Israel mengatakan kekerasan seperti itu belum pernah terjadi terhadap komunitas Yahudi sejak Holocaust, sementara pejabat Palestina menuduh Israel melakukan serangan genosida ketika tentara terus menggempur Jalur Gaza dan menyebabkan sekitar dua juta orang tidak memiliki akses terhadap air atau listrik.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahan bakar generator darurat di rumah sakit di Gaza bisa habis dalam beberapa jam.

“Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat. Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan, dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil," kata Direktur Regional ICRC Fabrizio Carboni, dikutip Reuters.

Menteri Energi Israel Israel Katz mengatakan pihaknya tidak akan berhenti mengepung Gaza sampai para sandera dibebaskan.

"Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada saklar listrik yang akan dicabut, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai para sandera Israel dipulangkan. Kemanusiaan untuk kemanusiaan. Dan tidak ada yang boleh memberi tahu kami tentang moral," tulis Katz di media sosial X.

Baca Juga: Israel Bersumpah Akan Habisi Pasukan Hamas

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya