Remaja Iran Armita Geravand Alami Mati Otak, Diduga Diserang Polisi

Ia jatuh koma sejak awal bulan ini

Jakarta, IDN Times - Armita Geravand, seorang remaja Iran yang jatuh koma awal bulan ini setelah diduga diserang oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbab, dilaporkan mengalami mati otak. 

“Tindak lanjut terhadap kondisi kesehatan terkini Geravand menunjukkan bahwa kondisi mati otaknya tampaknya pasti terjadi meskipun ada upaya dari staf medis,” lapor media pemerintah pada Minggu (22/10/2023).

Baca Juga: Dukung Palestina, Iran Serukan Negara Arab Embargo Minyak ke Israel

1. Iran bantah Geravand diserang oleh polisi moral

Menurut kelompok hak asasi manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia, perempuan berusia 16 tahun itu diserang oleh agen polisi moral di stasiun metro Shohada di Teheran pada Minggu (1/10/2023). 

Kelompok itu mengatakan Geravand dan teman-temannya dihentikan oleh polisi karena tidak mengenakan jilbab. Petugas kemudian mendorong remaja itu hingga terjatuh dan mengakibatkan kepalanya terbentur. Ia pun jatuh pingsan. Ia kemudian dirawat di rumah sakit karena mengalami cedera otak parah.

Media pemerintah telah memublikasikan video Geravand yang dibawa keluar dari kereta bawah tanah dalam kondisi tak sadarkan diri. Namun tidak ada rekaman video di dalam kereta yang dirilis.

Pihak berwenang membantah bahwa Geravand terluka akibat konfrontasi dengan petugas dan mengklaim bahwa remaja tersebut pingsan karena tekanan darah rendah.

Para pembela hak asasi manusia khawatir bahwa Geravand akan bernasib sama dengan dengan Mahsa Amini. Perempuan Kurdi berusia 22 tahun itu meninggal dalam tahanan polisi moral karena tidak mengenakan jilbab di depan umum. Kematiannya memicu protes anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Iran.

Baca Juga: Iran Tegaskan Telah Bentuk Tim Investigasi Kasus Mahsa Amini 

2. Banyak perempuan Iran mulai berani menentang aturan berpakaian sejak kematian Amini

Pemerintah Iran telah memberlakukan aturan berpakaian untuk perempuan sejak revolusi rakyat pada 1979 yang menggulingkan rezim Shah yang sekuler. Undang-undang mewajibkan perempuan untuk menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian panjang dan longgar.

Mereka yang melanggar aturan tersebut akan dikenai teguran publik, denda atau penangkapan. Namun sejak kematian Amini, banyak perempuan mulai menentang aturan berpakaian di Iran.

3. Dua jurnalis Iran hadapi persidangan terkait liputan mereka tentang kematian Amini

Sementara itu, media pemerintah melaporkan bahwa pengadilan telah menjatuhkan hukuman penjara kepada dua jurnalis perempuan Iran terkait liputan mereka tentang kematian Amini.

Niloofar Hamedi dan Elaheh Mohammadi masing-masing dijatuhi hukuman 13 dan 12 tahun penjara atas beberapa tuduhan, termasuk kolaborasi dengan pemerintah AS dan bertindak melawan keamanan nasional.

Namun pengacara kedua jurnalis tersebut menolak tuduhan itu. Hamedi ditahan setelah dia mengambil foto orang tua Amini yang saling berpelukan di rumah sakit Teheran di mana putri mereka terbaring dalam keadaan koma. Sementara itu, Mohammadi ditahan setelah dia meliput pemakaman Amini di kota asal Kurdi, Saqez, tempat protes dimulai.

Adapun keduanya dapat mengajukan banding atas putusan tersebut, dilansir The Guardian.

Baca Juga: Kanada Jatuhkan Sanksi ke Iran Terkait Kematian Mahsa Amini

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya