Taliban Larang 100 Mahasiswi Afghanistan Kuliah di Dubai

Para mahasiswi mendapatkan beasiswa di Universitas Dubai

Jakarta, IDN Times - Taliban telah melarang 100 mahasiswi Afghanistan yang mendapat beasiswa untuk belajar di Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu (23/8/2023).

Khalaf Ahmad Al Habtoor, ketua dan pendiri Al Habtoor Group, salah satu bisnis yang paling sukses di UEA, mengatakan bahwa dia telah mensponsori sekitar 100 mahasiswi Afghanistan agar dapat melanjutkan pendidikan melalui kerja sama dengan Universitas Dubai.

“Pemerintah Taliban menolak mengizinkan anak-anak perempuan yang datang untuk belajar di sini. Mereka menolak untuk naik pesawat dan kami sudah membayar biaya pesawatnya, kami sudah mengatur segalanya untuk mereka di sini, akomodasi, pendidikan, keamanan transportasi,” ujarnya, dikutip dari Reuters.

1. Al Habtoor minta pihak internasional bantu menyelesaikan masalah tersebut

Sejak merebut kembali Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban melarang anak perempuan bersekolah setelah kelas enam dan mencegah para mahasiswi untuk mengikuti kuliah di universitas nasional.

Langkah ini kemudian mendorong Al Habtoor pada Desember untuk menawarkan beasiswa kepada mahasiswi Afghanistan, demi membantu mereka melanjutkan pendidikan.

Pengusaha UEA itu menyampaikan kekecewaannya lantaran para mahasiswi tidak dapat mencapai Dubai. Dia kemudian memohon Taliban untuk mengizinkan mereka melakukan perjalanan dan meminta bantuan internasional untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“Pihak berwenang di Afghanistan, tanpa alasan yang masuk akal, mencegah kepergian mereka, membatasi kebebasan mereka secara tidak adil. Ini merupakan tragedi besar, sebuah pukulan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan, pendidikan, kesetaraan, dan keadilan,” tambah Al Habtoor.

“Saya meminta semua pihak yang terlibat untuk segera turun tangan dan membantu menyelamatkan serta membantu para mahasiwi yang kesulitan ini," tambah dia. 

Taliban tidak segera mengomentari laporan tersebut.

Baca Juga: PBB: 200 Lebih Eks Tentara Afghanistan Tewas Sejak Taliban Berkuasa

2. Para mahasiwi tidak diizinkan menaiki pesawat meski ditemani walinya

Al Habtoor juga mengunggah rekaman suara dari seorang mahasiswi yang dilarang bepergian ke Dubai tanpa mengungkapkan identitasnya. Perempuan itu mengatakan, meski dia ditemani oleh pendamping laki-laki, otoritas bandara di Kabul tetap melarang dia dan yang lainnya menaiki pesawat.

“Saat ini kami berada di bandara, namun sayangnya, pemerintah (tidak) mengizinkan kami terbang ke Dubai. Bahkan mereka tidak mengizinkan kami bepergian dengan mahram (wali laki-laki),” kata mahasiswi tersebut.

“Mereka tidak mengizinkan kami ketika mereka melihat visa dan tiket pelajar. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Tolong bantu kami. Kami sangat prihatin dengan masalah ini,” tambahnya.

Mengutip Middle East Eye, ini bukan pertama kalinya Taliban melarang pelajar perempuan Afghanistan terbang ke luar negeri. Pada Agustus tahun lalu, sekitar 62 mahasiswi dilarang menaiki penerbangan ke Qatar, hanya karena mereka tidak bepergian dengan wali laki-laki.

Taliban biasanya mengizinkan perempuan Afghanistan melakukan perjalanan jarak jauh dengan syarat ditemani oleh pendamping laki-laki, seperti suami, ayah, atau saudara laki-laki mereka.

3. PBB desak pembatasan terhadap perempuan Afghanistan dicabut

Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) berulang kali mengkritik pembatasan ketat terhadap perempuan yang diterapkan oleh Taliban. PBB juga mendesak Taliban untuk membatalkan kebijakan itu dan mengatasi masalah hak asasi manusia Afghanistan lainnya.

Belum ada negara asing yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban. PBB mengatakan tidak akan memberikan pengakuan internasional terhadap penguasa de facto di Kabul, kecuali pembatasan terhadap perempuan Afghanistan dicabut, dikutip dari VOA News.

Baca Juga: Tentara Turki Dipenjara Maksimum karena Perkosa Pengungsi Afghanistan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya