Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Francois Bozize Dituduh Lakukan Kudeta Republik Afrika Tengah

Mantan Presiden Republik Afrika Tengah, Francois Bozize. (Twitter.com/ABA_ICLC)

Bangui, IDN Times - Francois Bozize dituduh telah melakukan kudeta terhadap pemerintahan Republik Afrika Tengah oleh otoritas setempat. Ia merupakan mantan Presiden Republik Afrika Tengah pada periode tahun 2003 hingga 2013. Bagaimana awal ceritanya?

1. Berawal dari penolakan terhadap Bozize untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Afrika Tengah

Kunjungan kampanye oleh Francois Bozize pada akhir Juli 2020 lalu. (Facebook.com/François-Bozizé-110603115656866)

Dilansir dari BBC, pihak otoritas Republik Afrika Tengah menuduh Francois Bozize melakukan percobaan kudeta, sebagai koalisi kelompok pemberontak yang bergabung melawan pemerintah. Dikatakan pasukan yang setia kepada Fancois Bozize ini berada di dekat kota Bossembele, Republik Afrika Tengah, dan berencana untuk berbaris di ibukota Republik Afrika Tengah, Bangui. Ketegangan semakin meningkat setelah pencalonan Bozize ditolak oleh pengadilan tinggi negara sebagai calon Presiden Republik Afrika Tengah.

Pada hari Jumat, 18 Desember 2020, lalu PBB mengatakan bahwa telah mengerahkan pasukan penjaga perdamaian. Kelompok pemberontak telah merebut beberapa kota yang dekat dengan Bangui, bentrok dengan pasukan pemerintah dan menjarah berbagai properti, serta PBB mengatakan pasukannya bekerja untuk mencegah blokade di Bangui. Republik Afrika Tengah merupakan salah satu negara termiskin dan paling tidak stabil di benua Afrika meskipun kaya akan sumber daya seperti berlian dan uranium.

PBB memperkirakan bahwa sebanyak setengah dari total populasi di negara Republik Afrika Tengah bergantung pada bantuan kemanusiaan dan hingga seperlima diantaranya telah memilih mengungsi. 

2. Pada hari Sabtu, 19 Desember 2020, sebanyak 3 kelompok pemberontak menuding Presiden Republik Afrika Tengah mencoba melakukan kecurangan pada Pemilihan Presiden

Presiden Republik Afrika Tengah, Faustin-Archange Touadera. (Twitter.com/AU_PSD)

Pada hari Sabtu, 19 Desember 2020, lalu sebanyak 3 kelompok pemberontak utama telah mengumumkan bahwa mereka telah membentuk aliansi yang disebut Coalition of Patriots for Change (CPC) serta menuduh Presiden Republik Afrika Tengah, Faustin-Archange Touadera, mencoba melakukan kecurangan terhadap Pemilu Presiden Republik Afrika Tengah. Dalam sebuah pernyataan, aliansi CPC mengundang semua kelompok lainnya untuk masuk dan meminta anggotanya untuk dengan cermat menghormati integritas penduduk sipil.

Saat kampanye Pemilu Presiden memanas, pihak media sosial Facebook mengatakan awal pekan ini pihaknya telah mengidentifikasi kampanye disinformasi saingan untuk memengaruhi pemungutan suara, yang didalangi oleh individu yang diketahui memiliki hubungan dengan militer Prancis dan pengusaha terkemuka asal Rusia, Yevgeniy Prigozhin. Sebuah laporan penyelidik dari PBB mengatakan pihak militer Amerika Serikat dan jurnalis juga telah mendokumentasikan aktivitas di negara tersebut oleh Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta yang diduga dimiliki oleh Prigozhin.

3. Bozize belum lama ini memutuskan kembali ke negaranya setelah beberapa tahun dalam pengasingan

Francois Bozize bertemu dengan para warga Republik Afrika Tengah dalam melakukan kampanye politik. (Facebook.com/François-Bozizé-110603115656866)

Bozize sebelumnya memutuskan untuk mengasingkan diri setelah digulingkan pada tahun 2013 lalu oleh koalisi pemberontak Seleka, yang menuduhnya melanggar perjanjian perdamaian saat itu. Sejak saat itu juga, konflik terus terjadi setelah Bozize dicopot dari jabatannya serta pertikaian antar-agama, baik itu dari pihak Kristen maupun pihak Muslim. Pada akhir tahun 2019 lalu, Bozize memutuskan kembali ke negaranya setelah mengasingkan diri di beberapa negara seperti Benin, Kamerun, dan Republik Demokratik Kongo.

Meski sudah tak lagi menjadi orang nomor satu di Republik Afrika Tengah, Bozize tampaknya masih memiliki banyak pendukung, terutama di sektor militer serta kelompok etnis terbesar di negaranya, Gbaya. Sayangnya, Bozize akan menghadapi sanksi dari PBB atas dugaannya mengeluarkan dukungan terhadap kelompok "anti-Balaka", yang merupakan kelompok dengan sebagian besar beragama Kristen, pada tahun 2013 lalu. Otoritas setempat juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapannya karena dituduh melakukan kejahatan genosida, sehingga inilah yang menjadi penghalang bagi Bozize untuk mencalonkan diri sebagai calon Presiden Republik Afrika Tengah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us