Ratusan Little Blue Penguin Mati di Selandia Baru karena Kelaparan

Kematian massal tersebut dipicu oleh perubahan iklim

Jakarta, IDN Times — Ratusan little blue penguin ditemukan mati terdampar di pantai-pantai Pulau Utara, Selandia Baru. Memiliki nama ilmiah Eudyptula minor, ilmuwan menyatakan, kematian spesies penguin asli Selandia Baru tersebut dipicu oleh perubahan iklim.

Hal ini terjadi karena suhu laut yang meningkat menyebabkan ikan-ikan yang sering diburu Kororā, sebutan lainnya, berenang menuju perairan dalam yang lebih dingin. Karena tak makan, burung-burung tersebut tak mampu berenang dan akhirnya mati kelaparan.

1. Temuan bangkai little blue penguin sudah ada sejak awal Mei 2022

Sejak Mei lalu, sudah ditemukan ratusan bangkai little blue penguin di sejumlah pantai Pulau Utara, Selandia Baru. Secara spesifik, The Guardian melaporkan, lebih dari 100 ekor penguin mati ditemukan di Cable Bay.

Di minggu yang sama, 183 bangkai kororā, ditambah temuan 109 ekor lainnya pada akhir Mei, tersapu ke Ninety Mile Beach. Tidak hanya itu, seorang penduduk juga mendapati bangkai penguin sebanyak kurang lebih 40 ekor di Tokerau Beach pada pertengahan Mei.

Sebenarnya, sulit untuk menentukan jumlah pasti dari penguin yang mati. Pasalnya, bisa jadi beberapa bangkai sudah terlanjur dikubur warga. Namun, jika diakumulasikan, berkisar 500 bangkai little blue penguin terdampar di pantai-pantai Pulau Utara terhitung awal Mei.

Akan tetapi, Graeme Taylor, penasihat sains utama di Departemen Konservasi (DoC) Selandia Baru, meyakini bahwa angka sebenarnya kemungkinan besar mencapai 1.000 ekor.

Baca Juga: Bangkai Paus Sperma Terdampar di Filipina, Kondisi Tubuh Penuh Luka

2. Mati kelaparan

Mulanya, para ilmuwan berspekulasi bahwa kematian ratusan little blue penguin di Selandia Baru disebabkan oleh penyakit baru ataupun terpapar racun. Asumsi lain mengatakan, burung-burung tersebut bisa jadi mati lantaran diserang anjing ataupun tertabrak kendaraan.

Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut, ilmuwan menyimpulkan bahwa para penguin mati kelaparan. Hal ini bisa dilihat dari tubuh mereka yang underweight atau kekurangan berat badan.

Taylor memaparkan bahwa berat badan kororā idealnya berada dalam kisaran 800–1.000 gram. Dari semua temuan bangkai yang ada, berat badan mereka hanya setengah dari angka ideal tersebut.

Karena tak ada makanan yang masuk, burung-burung tersebut lantas tidak memiliki energi untuk berburu. Alhasil, mereka mati kelaparan atau mengalami hipotermia akibat dari kekurangan lemak dalam tubuh.

3. Perubahan iklim menyebabkan para penguin kesulitan mencari makan

Ratusan Little Blue Penguin Mati di Selandia Baru karena Kelaparankawanan little blue penguin (flickr.com/Andrea Schaffer)

Bukan tanpa sebab kawanan burung berbulu biru pucat tersebut mengalami kelaparan. Menurut Taylor, kondisi ini ada sangkut-pautnya dengan perubahan iklim.

Ia menjelaskan, suhu Bumi yang naik membuat temperatur air menjadi lebih hangat. Akibatnya, ikan-ikan yang sering disantap kororā berenang lebih dalam menuju perairan yang lebih dingin.

Dari Smithsonian Magazine, little blue penguin sendiri sebenarnya merupakan penyelam yang andal. Hal ini sesuai dengan nama genus mereka, Eudyptula, yang berarti 'perenang kecil yang baik'.

Meskipun begitu, Eudyptula minor tergolong penyelam perairan dangkal. Mereka hanya mampu menyambangi lautan hingga kedalaman 20–30 meter saja.

4. Fenomena mati massal penguin bukan hal baru

Ratusan Little Blue Penguin Mati di Selandia Baru karena Kelaparankawanan little blue penguin (commons.wikimedia.org/Tanya Dropbear)

Fenomena penguin mati massal sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Dilansir The Washington Post, DoC Selandia Baru mengungkapkan, cukup umum menemukan beberapa kawanan spesies Eudyptula minor tersapu ke pantai dalam keadaan sakit, terluka, ataupun sudah tak bernyawa pada November setiap tahunnya.

Dalam laporan tahun lalu, mereka juga menyatakan bahwa sebagian kasus kematian little blue penguin adalah hal yang wajar dan biasanya memang terjadi sekali dalam 10 tahun.

Sebagai contoh, pada 1974, sebanyak 4.737 penguin tersapu ke pantai. Selang 11 tahun berikutnya, kejadian serupa terulang dengan jumlah lebih banyak, yakni 5.386 ekor.

Di samping itu, badai hebat, gelombang panas, dan fenomena cuaca lainnya juga bisa menyebabkan kematian massal kawanan burung tersebut.

Baca Juga: Kenalan dengan Penguin Gentoo, Perenang Tercepat di Keluarga Penguin

5. Meskipun sejumlah kematian little blue penguin wajar, populasinya kian menurun

Ratusan Little Blue Penguin Mati di Selandia Baru karena Kelaparanlittle blue penguin (flickr.com/Kimberley Collins)

Walaupun beberapa kasus kematian little blue penguin tergolong wajar, jumlahnya yang mencapai ribuan serta frekuensi kematiannya yang kian meningkat semakin menimbulkan kekhawatiran.

Taylor mengatakan, setidaknya terjadi 3 kali mati massal selama 10 tahun terakhir. Padahal, secara teori, fenomena tersebut seharusnya hanya terjadi sekali dalam 10 tahun.

Apabila kondisi ini terus berlangsung, tidak menutup kemungkinan populasi kororā di perairan Pulau Utara, Selandia Baru, mengalami kepunahan. Akan tetapi, menurut Taylor, hal ini tidak berlaku bagi spesies yang berada di Pulau Selatan di mana perairannya cenderung lebih dingin.

Hingga saat ini, pemerintah Selandia Baru telah menetapkan status konservasi Eudyptula minor sebagai at risk-declining, yaitu populasinya di alam relatif banyak, tetapi terus menurun.

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya