Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)
Ilustrasi (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)

Intinya sih...

  • Putaran negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas menunjukkan kemajuan signifikan di Doha, dengan Hamas memberikan daftar 34 tawanan Israel yang ditangkap pada 7 Oktober 2023.
  • Israel mengizinkan warga kembali ke rumahnya di Gaza utara setelah melewati pemeriksaan di koridor Netzarim, sebagai konsesi untuk mencegah Hamas mengkonsolidasikan kendalinya atas wilayah tersebut.
  • Perundingan gencatan senjata telah berjalan tanpa progres selama setahun terakhir, namun delegasi Israel optimis bahwa kesepakatan dapat diselesaikan dalam beberapa hari ke depan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Upaya negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas kini mulai memunculkan angin segar. Di Doha, putaran negosiasi yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) ini mulai menyepakati beberapa pengajuan.

Hamas mengatakan pada Senin (6/1/2025) bahwa mereka telah memberikan kepada para mediator daftar 34 tawanan Israel yang ditangkap pada 7 Oktober 2023. Daftar itu dapat dibebaskan sebagai bagian dari tahap pertama dari kesepakatan pertukaran tawanan.

”Daftar tersebut mencakup para wanita, anak-anak, dan orang tua serta korban luka yang tersisa,” kata Hamas, dilansir The Guardian. 

Israel mengatakan, kelompok tersebut belum menyampaikan apakah mereka yang ditulis masih hidup atau sudah meninggal. Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP bahwa kelompok tersebut membutuhkan setidaknya seminggu ketenangan di Gaza untuk menentukan lokasi para sandera dan berkomunikasi dengan para penyandera tentang status mereka.

1. Warga kini bisa pulang ke Gaza utara

Anak-anak di Gaza saat mengungsi di sekolah-sekolah PBB. (commons.wikimedia.org/licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 2.0 Generic license.)

Dilansir Jerusalem Post, Senin, warga kini bisa kembali ke rumahnya di Gaza utara. Mereka akan diizinkan kembali ke Utara dari Jalur Gaza selatan setelah melewati pemeriksaan di koridor Netzarim.

Hal ini dianggap sebagai konsesi yang signifikan bagi pemerintah, yang berupaya mencegah Hamas mengkonsolidasikan kembali kendalinya atas wilayah tersebut. Menurut laporan tersebut, inspeksi di koridor Netzarim akan dipantau oleh entitas internasional eksternal.

Langkah ini juga menandai kemajuan signifikan dalam proses perundingan gencatan senjata Israel dan Hamas. Israel mengatakan bahwa Hamas tertarik pada kesepakatan tersebut. Para mediator juga mengatakan bahwa mereka telah melihat sinyal yang menggembirakan.

Mereka mengklaim bahwa tidak hanya pimpinan Hamas di luar negeri tetapi juga mereka yang berada di Jalur Gaza ingin mencapai kesepakatan, kemungkinan karena meningkatnya tekanan militer Israel.

2. Perundingan bakal tercapai sebelum Donald Trump dilantik

Perundingan gencatan senjata telah berjalan tanpa progres selama setahun terakhir. Beberapa pejabat seringkali menyatakan optimisme, namun kembali gagal tercapai.

Harian Israel Haaretz melaporkan pada Senin bahwa negosiasi dengan Hamas kini mendekati persimpangan jalan. Delegasi Israel optimis bahwa kesepakatan dapat diselesaikan dalam beberapa hari ke depan.

“Jika kita tidak mencapai kesepakatan dalam dua minggu ke depan, saya yakin kesepakatan itu akan tercapai pada suatu titik, mudah-mudahan lebih cepat daripada lambat,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

Kesepakatan juga diprediksi bakal tercapai sebelum dilantiknya Donal Trump sebagai presiden AS pada 20 Januari mendatang. Trump telah menyatakan dukungan penuhnya terhadap Israel dan telah memperingatkan Hamas konsekuensi jika tak membebaskan para sandera.

3. Hamas ingin kesepakatan secepat mungkin

Hamas dan kelompok-kelompok lain diyakini menahan sekitar 100 sandera Israel dan lainnya. Militer Israel mengatakan sekitar sepertiga dari mereka telah tewas dalam penahanan, namun tak ada angka pastinya.

Hamas mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya berkomitmen untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin. Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa kesepakatan untuk memulangkan sandera Israel akan bergantung pada Israel untuk menarik diri dari Gaza dan gencatan senjata permanen atau berakhirnya perang.

“Namun, hingga saat ini, pendudukan tetap bersikukuh pada kesepakatan mengenai masalah gencatan senjata dan penarikan pasukan, dan belum mengambil langkah maju apa pun,” kata pejabat itu, dilansir The National.

Adapun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara konsisten mengatakan perang akan berakhir hanya jika Hamas diberantas sepenuhnya.

Hamas mengatakan akan membebasakan satu per satu sandera setiap dua hari. Hamas juga menuntut agar pasukan Israel mundur ke pinggiran Jalur Gaza, lebih dekat ke perbatasan Israel, selama pembebasan para tawanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team