Israel Akan Menggila di Gaza jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Jakarta, IDN Times – Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Israel Katz, pada Rabu (1/1/2025) malam, mengancam akan meningkatkan serangan terhadap Hamas jika sandera tak kunjung dibebaskan dan tak berhenti menembakkan roket.
"Jika Hamas tidak segera mengizinkan pembebasan tawanan Israel, meskipun Israel bersedia memberikan konsesi yang signifikan dan terus menembaki kota-kota Israel, maka Hamas akan menghadapi serangan hebat yang belum pernah disaksikan Gaza dalam waktu yang lama," ancam Katz, dilansir dari Anadolu Agency.
Pernyataan Katz muncul setelah ia mengunjungi kota selatan Netivot. Kota itu menjadi sasaran dua roket yang ditembakkan dari Gaza tengah pada Rabu dini hari. Salah satu roket berhasil dicegat, sementara yang lain jatuh di area terbuka.
1. Hamas siap berunding, tapi Israel menolak
Dilansir dari Middle East Monitor (MEMO), Hamas telah berulang kali menyatakan kesanggupannya untuk berunding dengan Israel. Namun, langkah itu tak dapat dilanjutkan karena keengganan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melanjutkan negosiasi.
Pada Selasa malam, Hamas kembali mengusulkan gencatan senjata selama seminggu dengan tawaran daftar nama-nama para sandera. Hamas tak memaksakan prasyarat untuk negosiasinya.
“Hamas akan memberikan daftar tawanan pada hari keempat gencatan senjata, seperti yang diminta oleh Israel, setelah itu otoritas Israel akan memutuskan apakah akan memperpanjang gencatan senjata atau melanjutkan permusuhan,” lapor MEMO.
Hamas menyatakan bahwa mereka tidak dapat menyusun daftar lengkap selama perang terus berlanjut. Gerakan tersebut belum mengomentari laporan itu lebih lanjut.
2. Netanyahu menghalang-halangi gencatan senjata
Netanyahu kerap memberikan alasan persyaratan baru untuk menolak proposal yang telah disetujui Hamas. Tindakan Netanyahu ini acap kali dipandang sebagai upaya untuk menghalang-halangi tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
“Para pemimpin oposisi dan keluarga sandera Israel menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan untuk mempertahankan posisi politiknya,” lapor Anadolu.
Beberapa menteri ekstremis, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, mengancam akan menggulingkan pemerintah jika gencatan senjata di Gaza disepakati. Di samping itu, Netanyahu berkeinginan untuk menghancurkan Hamas di Gaza secara total.
3. Krisis di Gaza semakin parah
Blokade Israel ke Gaza kini telah memasuki bulan ke-18. Saat ini kondisi di Gaza semakin parah. Krisis kemanusiaan berupa kekeurangan makanan dan kebutuhan lainnya semakin marak dihadapi oleh warga.
Kondisi semakin parah saat ini, di mana wilayah Gaza sedang dilanda musim dingin dan penghujan. Warga, terutama anak-anak, menderita karena kurangnya kebutuhan dasar, seperti selimut dan penghangat ruangan.
Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 korban, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak. Serangan itu berlanjut meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Pada November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga kini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas konflik yang ditimbulkannya di Gaza.