Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perbatasan Gaza
ilustrasi perbatasan Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

Intinya sih...

  • Hamas telah mengembalikan 22 dari 28 jenazah sandera yang meninggal dunia sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan.

  • Hamas mengaku kesulitan mencari jenazah sandera Israel.

  • Israel menuduh Hamas sengaja memperlambat proses pemulangan jasad tersebut.

  • Ancaman krisis kemanusiaan di tengah blokade bantuan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Hamas telah menyerahkan sebuah peti mati berisi jenazah sandera kepada Palang Merah Internasional di Gaza. Militer Israel mengonfirmasi penerimaan jenazah tersebut, yang diklaim sebagai jenazah sandera terbaru yang tewas selama konflik.

Jenazah yang dikembalikan tersebut segera diserahkan ke militer Israel, lalu dibawa ke Pusat Nasional Kedokteran Asing di Tel Aviv untuk proses identifikasi resmi. Jika jenazah ini berhasil dikonfirmasi sebagai sandera, maka kini tersisa enam jenazah sandera Israel yang masih berada di Gaza, dilansir BBC pada Rabu (5/11/2025).

1. Enam jenazah sandera Israel masih berada di Gaza

Pengembalian jenazah ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), yang dimulai hampir sebulan lalu pada 10 Oktober. Berdasarkan perjanjian fase pertama, Hamas setuju untuk mengembalikan total 20 sandera yang masih hidup dan 28 jenazah sandera, baik warga Israel maupun warga negara asing.

Dengan penyerahan terakhir ini, Hamas kini telah mengembalikan 22 dari 28 jenazah sandera yang meninggal dunia sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan. Sebelumnya, Israel juga telah menerima jasad tentara Israel-Amerika, Staf Sersan Itay Chen, yang terbunuh di Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023.

Pemerintah Israel menegaskan bahwa upaya pemulangan para sandera ini adalah prioritas utama dan akan terus diusahakan.

"Upaya untuk mengembalikan para sandera kami sedang berlangsung dan tidak akan berhenti sampai sandera terakhir dikembalikan," ujar kantor Perdana Menteri Israel, dilansir The New Arab.

2. Hamas mengaku kesulitan mencari jenazah sandera Israel

Proses pemulangan jenazah sandera yang tewas ini menjadi salah satu masalah utama yang menyebabkan alotnya gencatan senjata. Israel menuduh Hamas sengaja memperlambat proses pemulangan jasad tersebut.

Di sisi lain, Hamas mengaku kesulitan besar menemukan jenazah karena banyaknya puing-puing dan kerusakan di Gaza. Kondisi ini diperparah dengan pembatasan yang diberlakukan Israel atas masuknya alat berat seperti buldoser yang sangat dibutuhkan untuk membantu pencarian.

Menurut laporan Al Jazeera, jenazah yang diserahkan baru-baru ini ditemukan setelah empat hari penggalian intensif di bawah puing-puing. Jenazah ditemukan di lingkungan Shujayea di timur Kota Gaza, sebuah area yang telah lama berada di bawah kendali dan operasi tentara Israel.

Upaya pencarian ini melibatkan tim ahli dari Mesir, menunjukkan kompleksitas dan tantangan teknis yang dihadapi dalam menemukan para sandera yang meninggal. Sebagai balasan, Israel telah membebaskan hampir 2 ribu tahanan Palestina sebagai bagian dari pertukaran sandera hidup.

3. Ancaman krisis kemanusiaan di tengah blokade bantuan

anak-anak di Gaza berdesakan mengantri makanan. (Ashraf Amra, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Kemajuan yang lambat dalam pemulangan jenazah sandera berdampak pada pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata. Israel menyatakan bahwa mereka tidak akan memenuhi semua komitmen dalam fase pertama, termasuk aliran bebas bantuan kemanusiaan ke Gaza, hingga semua jenazah sandera dikembalikan.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di antara kelompok bantuan dan organisasi kemanusiaan internasional. PBB memperingatkan bahwa meskipun pengiriman bantuan telah meningkat sejak Oktober, jumlah makanan dan bantuan lain yang masuk masih belum memadai.

Abeer Etefa, juru bicara senior Program Pangan Dunia (WFP) PBB, menekankan perlunya akses penuh dan cepat, mengingat ancaman musim dingin yang semakin dekat. Kebutuhan di Gaza sangat besar, dengan banyak warga sipil yang masih menderita kelaparan.

"Mereka bilang ada gencatan senjata, tapi ini gencatan senjata palsu karena pengepungan masih berlangsung," kata Hind Hijazy, seorang warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team