Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)
ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)

Intinya sih...

  • Konflik Gaza timbulkan krisis kemanusiaan

  • Lebih dari 66.200 warga Palestina tewas akibat serangan Israel

  • Gaza hampir tidak lagi layak huni akibat kelaparan dan penyakit yang meluas

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan pada Kamis (2/10/2025) bahwa kelompoknya akan segera memberikan respons terhadap rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mengakhiri perang Gaza yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Anggota biro politik Hamas, Mohammed Nazzal, menuturkan kepada stasiun televisi Al Jazeera di Doha bahwa usulan tersebut sedang ditelaah dengan serius meski banyak keberatan muncul.

“Kami tidak menangani [rencana tersebut] dengan logika bahwa waktu adalah pedang yang diarahkan ke leher kami,” kata Nazzal. Hamas menilai ada banyak poin yang masih bermasalah meski rencana itu sudah diumumkan Gedung Putih.

Dilansir dari Anadolu Agency, pada 29 September 2025, Gedung Putih merilis rencana 20 poin yang mencakup gencatan senjata segera, rekonstruksi Gaza, dan penataan ulang politik serta keamanan wilayah. Proposal itu juga memuat pembebasan seluruh tawanan Israel yang ditahan Hamas dalam waktu 72 jam setelah persetujuan, dengan imbalan ratusan tahanan Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

1. Konflik Gaza timbulkan krisis kemanusiaan

ilustrasi krisis kemanusiaan (pexels.com/Ahmed akacha)

Perang yang pecah sejak Oktober 2023 usai serangan Hamas ke Israel, yang menewaskan 1.129 orang menurut catatan Israel, telah menimbulkan dampak kemanusiaan parah di Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 66.200 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Laporan itu menambahkan bahwa jumlah korban sesungguhnya bisa tiga kali lipat lebih tinggi.

PBB dan kelompok hak asasi manusia mengingatkan bahwa Gaza hampir tidak lagi layak huni akibat kelaparan dan penyakit yang meluas. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menyebut tindakan Israel sebagai pembersihan etnis dan genosida yang sedang berlangsung. Ia menilai jumlah kematian warga sipil telah jauh melampaui balas dendam atas serangan Oktober 2023.

2. Mesir dorong Hamas terima usulan gencatan senjata

Bendera Mesir (pexels.com/aboodi vesakaran)

Abdelatty, menyatakan bahwa Mesir bersama Qatar dan Turki sedang mengupayakan agar Hamas bersedia menerima usulan gencatan senjata dari Trump. Ia memberi peringatan bahwa penolakan bisa berujung pada situasi yang lebih buruk.

“Jika Hamas menolak, Anda tahu, maka itu akan sangat sulit. Dan tentu saja, kita akan menghadapi eskalasi lebih lanjut,” kata Abdelatty, dikutip dari Al Jazeera.

Abdelatty juga menegaskan dukungan hati-hati terhadap rencana tersebut, tetapi menekankan bahwa masih banyak detail yang perlu dirundingkan.

“Ada banyak celah yang perlu diisi; kami perlu lebih banyak diskusi tentang bagaimana mengimplementasikannya, terutama pada dua isu penting – tata kelola dan pengaturan keamanan,” ujarnya.

Mesir secara tegas menolak pemindahan paksa warga Palestina. Abdelatty menambahkan bahwa pemindahan paksa tidak akan terjadi karena hal itu akan berarti akhir dari perjuangan Palestina.

3. Dunia berikan reaksi beragam terhadap rencana Trump

Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Tanggapan dari komunitas internasional atas rencana Trump sangat beragam. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), Kaja Kallas, meminta Hamas untuk menerima usulan tersebut, membebaskan semua sandera, dan menyerahkan senjatanya. Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan dukungan dengan syarat langkah itu mengarah pada solusi dua negara.

Rencana yang ditawarkan Trump juga mencakup amnesti bagi anggota Hamas yang bersedia hidup damai dan menyerahkan senjata, serta menyediakan jalur aman bagi mereka yang ingin meninggalkan Gaza.

Namun, analis politik Xavier Abu Eid memberikan kritik tajam dan membandingkan usulan itu dengan intervensi Barat yang gagal di Irak.

“Fakta bahwa mereka mencoba mendatangkan sekelompok orang asing yang dipimpin oleh seseorang dengan sejarah yang sangat kelam di wilayah kami, seperti Tony Blair, bukanlah sesuatu yang akan membuat orang sangat antusias,” katanya kepada Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team