Ilustrasi bendera El Salvador. (Pixabay.com/jorono)
Pengumuman tersebut merupakan tindakan terbaru dari sikap garis keras Castro. Sebelumnya, untuk mengendalikan meningkatnya kejahatan geng, dia memberlakukan keadaan darurat pada Desember 2022.
Konsekuensi dari kebijakan itu adalah penangguhan sebagian konstitusi. Langkah Castro menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia, yang menuduhnya menerapkan taktik keras terhadap kejahatan terlalu jauh.
Langkah yang dilakukan Honduras saat ini mirip dengan kebijakan dari Presiden El Salvador Nayib Bukele. Namun, keberhasilan Bukele dalam memberantas geng yang pernah meneror sebagian besar negaranya telah membuatnya dikagumi di seluruh wilayah, termasuk di Honduras, di mana masyarakat yang lelah ingin melihat hasilnya.
Para kritikus tetap skeptis tindakan seperti Bukele dapat memberikan hasil di Honduras. Pasalnya, geng-geng masih kuat dan korupsi masih mengakar, meskipun angka pembunuhan baru-baru ini menurun.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Honduras Gustavo Sanchez mengumumkan pemerintah mencatat 20 persen lebih sedikit pembunuhan dalam lima bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingkat pembunuhan di negara ini hampir enam kali lipat rata-rata global, dengan 34 orang per 100 ribu orang terbunuh pada tahun 2023.