Hong Kong Normal Kembali Usai Diterjang Topan Wipha

- Bandara Hong Kong normal kembali setelah 1.000 penerbangan tertunda oleh Topan Wipha.
- Pemerintah bersihkan kerusakan akibat badai, 33 orang terluka dan kerugian ekonomi mencapai Rp4,1 triliun.
- Topan Wipha juga mendarat di China dan Filipina, menyebabkan ratusan ribu orang terdampak di kedua negara tersebut.
Jakarta, IDN Times – Kota Hong Kong mulai kembali beroperasi normal pada Senin (21/7/2025), meskipun hujan deras masih mengguyur sebagian wilayah. Bandara Internasional Hong Kong berhasil menangani sekitar 1.000 penerbangan yang sebelumnya tertunda akibat amukan Topan Wipha selama akhir pekan. Para pelaku usaha kini mulai menghitung potensi kerugian dari badai yang memicu sinyal No 10 pertama dalam dua tahun terakhir itu.
Peringatan sinyal No 10 merupakan level tertinggi dalam sistem peringatan topan yang dikeluarkan oleh Observatorium Hong Kong (HKO). Meski Wipha telah melemah menjadi depresi tropis, HKO memperingatkan bahwa badai dan petir masih bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan.
“Meskipun Wipha, sebagai topan, tidak sekuat Saola pada tahun 2023, yang menjadi topan super saat mendekati Hong Kong, kekuatan angin perifer mereka sebenarnya serupa,” kata petugas ilmiah senior HKO, Lee Shuk-ming, dikutip dari South China Morning Post.
1. Bandara hadapi antrean panjang saat ratusan penerbangan kembali aktif

Direktur Eksekutif Otoritas Bandara, Steven Yiu Siu-chung, mengatakan badai ini datang tepat pada puncak musim liburan, sehingga tantangan pemulihan cukup besar. Namun, ia menilai keberhasilan normalisasi cepat berkat kerja sama lintas lembaga antara otoritas bandara, maskapai, operator taksi, dan Korporasi Mass Transit Railway (MTR). Tambahan tenaga kerja juga disiapkan guna mempercepat proses layanan bandara.
Antrean panjang terlihat di area check-in sejak pagi karena banyak penumpang datang lebih awal demi menghindari penundaan. Jenny Cheung, seorang pekerja klinik berusia 43 tahun, mengatakan bahwa ia sudah berada di bandara pukul 06.00 untuk mengejar penerbangan ke Tokyo pada pukul 09.10 waktu setempat.
“Kami beruntung karena saya tidak memilih hari Minggu sebagai tanggal keberangkatan pertama kami, kalau tidak anak-anak saya akan menyesal atas libur musim panas mereka,” kata Cheung kepada South China Morning Post.
Ia juga mengaku kesulitan mencari staf bandara untuk bertanya meski situasi terlihat tertib.
2. Pemerintah bersihkan kerusakan dan warga laporkan luka hingga pohon tumbang

Kepala Sekretaris Hong Kong, Eric Chan Kwok-ki, menyebut sejumlah departemen pemerintah telah melakukan inspeksi untuk menghapus struktur yang dinilai berisiko. Pemerintah mencatat 33 orang terluka akibat badai, terdiri dari 18 pria dan 15 wanita, seluruhnya sudah menjalani perawatan darurat. Laporan kerusakan juga membanjiri otoritas sejak hari Minggu (20/7/2025).
Lebih dari 700 laporan pohon tumbang diterima pemerintah, menyebabkan beberapa ruas jalan harus ditutup sementara. Di Temple Mall North, kawasan Wong Tai Sin, banjir menyebabkan eskalator lumpuh dan beberapa toko mengalami kerusakan. Di wilayah North Point, sebuah perancah bangunan runtuh akibat angin kencang dan menimpa jalan di bawahnya.
Para ekonom memperkirakan kerugian ekonomi dari Topan Wipha mencapai 2 miliar dolar Hong Kong atau sekitar Rp4,1 triliun hanya dalam satu hari. Selama hari Minggu, sinyal topan No 8 atau lebih tinggi aktif selama 19 jam, termasuk tujuh jam di antaranya berada pada peringatan tertinggi No 10, sebelum akhirnya diturunkan ke level No 3 pada pukul 19.40 waktu setempat.
3. Wipha hantam China dan Filipina, ratusan ribu orang terdampak

Dilansir dari Al Jazeera, Topan Wipha dilaporkan mendarat di pesisir kota Taishan, provinsi Guangdong, China selatan, pada Minggu pukul 17.55 waktu setempat. Setelah mencapai daratan, badai ini melemah menjadi badai tropis parah dengan kecepatan angin mencapai 30 meter per detik. Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa wilayah Guangdong dan Hainan ditempatkan dalam status siaga tinggi oleh otoritas setempat.
Badai juga memberikan dampak besar di Filipina serta sebagian wilayah Taiwan. Menurut Dewan Nasional Pengurangan Risiko Bencana dan Manajemen (NDRRMC) Filipina, dua orang dilaporkan hilang akibat cuaca ekstrem yang dipicu Wipha. Lebih dari 370 ribu orang terdampak di berbagai wilayah, termasuk 43 ribu warga yang terpaksa mengungsi karena banjir, longsor, dan terpaan angin kencang.