Oposisi Kuwait Memperoleh 24 Kursi Parlemen dari 50 Kursi

Tidak ada partai politik di Kuwait

Kota Kuwait, IDN Times - Perhitungan suara parlemen dalam pemilu Kuwait telah diumumkan oleh media pemerintah, pada Minggu (6/12). Hasilnya para kandidat yang tergabung dalam oposisi atau cenderung ke oposisi meraih 24 kursi parlemen dari 50 kursi.

Dalam pemilu parlemen Kuwait kali ini tidak ada kandidat wanita yang berhasil masuk ke parlemen, yang membuat perempuan semakin terbatas perannya di Kuwait. 

1. Dari 16 kursi menjadi 24 kursi di parlemen

Oposisi Kuwait Memperoleh 24 Kursi Parlemen dari 50 KursiIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari Middle East Eye, pada Minggu 6 Desember komisi pemilihan mengumumkan hasil pemilu Kuwait melalui tv pemerintah. Hasil tersebut menunjukkan 24 kursi parlemen dari 50 kursi diraih oleh kandidat yang oposisi atau cenderung oposisi. Jumlah kursi yang diperoleh oposisi naik delapan kursi, sebelumnya jumlah anggota parlemen oposisi 16 anggota. 

Dalam pemilu parlemen Kuwait yang berlangsung empat tahun sekali, kali ini ada 31 anggota baru parlemen. 30 anggota parlemen yang terpilih 30 berada di usia di bawah 45 tahun, yang memberikan tanda kepada kaum muda untuk adanya perubahan. 

Partai polititk dilarang di Kuwait, namun para opisisi di Kuwait berkoalisi secara individu. Para oposisi Kuwait telah mengusulkan adanya reformasi dalam pemilu dan pengampunan bagi para pembangkang, banyak yang menjauhi emir saat ini.

"Ada perubahan besar dalam komposisi Majelis Nasional yang baru. Ini merupakan indikasi kemarahan pemilih atas kinerja parlemen sebelumnya dan keinginan mereka untuk perubahan di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan layanan," kata analis Kuwait Ayed Al-Manaa kepada AFP, yang dilansir dari Middle East Eye.

Analis politik Mohamad al-Dosayri juga menyatakan bahwa oposisi memiliki keinginan perubahan. Berikut pernyataanya kepada Reuters.

"Hasil yang dicapai oleh oposisi lebih besar dari yang diharapkan. Ada keinginan untuk membalikkan meja pada mereka yang bersekutu dengan pemerintah."

Dalam pemerintahan Kuwait sering terjadi kebuntuan antara kabinet dan parlemen telah menyebabkan perombakan pemerintah berturut-turut dan melakukan pembubaran parlemen dalam beberapa tahun terakhir, yang telah menghambat kemajuan ekonomi Kuwait.

Baca Juga: Gara-gara Sebuah Video, Filipina Stop Total Pengiriman TKW ke Kuwait

2. Tidak ada kandidat perempuan yang terpilih

Oposisi Kuwait Memperoleh 24 Kursi Parlemen dari 50 KursiIlustrasi wanita yang berjuang memperoleh tempat di parlemen. Sumber:pixabay.com/bones64

Menurut laporan dari DW, ada sekitar 326 kandidat dalam pemilu parlemen Kuwait, termasuk 29 kandidat perempuan, namun tidak ada kandidat perempuan yang terpilih. Tidak adanya anggota perempuan dalam parlemen merupakan yang pertama sejak 2012. Wanita diberikan hak memilih di Kuwait selama 15 tahun.

Menjelang pemilu kandidat perempuan dan pembela hak asasi manusia memberitahu kepada Middle East Eye bahwa perempuan dalam politik di Kuwait memiliki peran yang sangat terbatas mereka juga kerapa mendapat kritik yang tinggi dibandingkan para laki-laki.

Laporan dari OECD di 2019 menunjukkan bahwa peran perempuan di Kuwait masih sangat terbatas, mereka sebagian besar hanya mengurusi rumah tangga dan kerap menghadapi sejumlah diskriminasi. Perempuan juga tidak memiliki status dan hak hukum yang sama seperti laki-laki, dan didiskriminasi dalam masalah "perceraian, hak asuh anak, kewarganegaraan, tempat kerja, dan dalam keadaan tertentu, nilai kesaksian mereka dalam pengadilan syariah."

Meski berharap banyak pada anggota parlemen berusia muda, Lulwa Saleh Al-Mulla, kepala Masyarakat Sosial dan Budaya Wanita Kuwait menyayangkan tidak ada kandidat perempuan yang terpilih dalam pemilihan Majelis Nasional.

"Tetap saja, orang-orang berpartisipasi secara positif dalam pemungutan suara untuk perubahan dan menggulingkan beberapa elemen korup yang merusak citra demokrasi dan menyalahgunakan posisi mereka di majelis." Dilansir dari DW.

3. Perekonomian Kuwait defisit 46 miliar dolar tahun ini

Oposisi Kuwait Memperoleh 24 Kursi Parlemen dari 50 KursiPotret gedung di Kuwat City ibu kota negara Kuwait. Sumber:unplash.com/Noor Alanjari

Melansir dari Reuters, perekonomian Kuwait saat ini sedang mengalami penurunan. Perekonomian sebelumnya bernilai hampir 140 miliar dolar, namun di tahun ini telah mengalami defisit 46 miliar dolar.

Saat ini fokus utama pemerintah mengesahkan RUU yang akan memungkinkan Kuwait memanfaatkan pasar utang internasional. Sidang pertama para anggota parlemen terpilih akan berlangsung, pada 15 Desember. 

Perdana Menteri Sabah Al Khalid Al Sabah telah melakukan penguduran diri kabinet, pada hari Minggu yang merupakan prosedur rutin setelah pemilihan, setelah itu emir akan memilih perdana menteri yang akan membentuk kabinet baru.

Pemilu ini merupakan pemilihan pertama di era Emir Syekh Nawaf Al-Ahmad Al-Sabah, yang mengantikan saudara laki-lakinya Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah, yang meninggal di bulan September pada usia 91 tahun.

Pada pemerintahan Almarhum Sheikh Sabah Al-Ahmad di 2012 sebuah keputusan dilakukan dengan menggunakan kekuasaan eksekutif untuk mengubah sistem pemungutan suara, yang menimbulkan protes.

Pada sistem yang yang diterapkan di 2012 memungkinkan suara hanya untuk satu kandidat, yang menurut oposisi membuat aliansi sulit terbentuk. Dalam sistem pemilihan sebelumnya pemilih diizinkan untuk memberikan suara hingga empat kandidat, yang membuat oposisi dapat membentuk aliansi karena absennya partai politik.

Saat ini dengan semakin banyaknya oposisi di parlemen kemungkinan perubahan sistem semakin besar terjadi di Kuwait.

Baca Juga: Majikan Pembunuh Pembantu Filipina di Kuwait Dijatuhi Hukuman Gantung

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya