Penasihat FDA Dukung Vaksin Pfizer untuk Anak 5-11 Tahun

Orang tua khawatir terhadap efek samping vaksin

Jakarta, IDN Times - Sebuah panel dari 18 ahli yang menasihati regulator obat-obatan Amerika Serikat (AS), Food and Drug Administration (FDA), pada hari Selasa (26/10/2021) memutuskan untuk mendukung vaksinasi untuk anak-anak berusia 5-11 tahun dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Dari 18 ahli, 17 memberikan dukungan penggunaan dan satu abstain.

Dukungan diberikan karena manfaat vaksinasi dianggap lebih besar daripada risiko efek samping. Meski mendapat dukungan penggunaan masih membutuhkan persetujuan dari FDA dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Dosis yang direncanakan untuk diberikan kepada anak kelompok usia 5-11 tahun adalah 10 mikrogram, sepertiga dosis untuk orang dewasa.

1. Lebih dari 1,9 juta kasus COVID-19 di AS menginfeksi anak-anak berusia 5-11 tahun

Melansir dari Evening Standard, dari hasil uji coba Pfizer-BioNTech kepada 2.268 anak sekolah dasar yang diberi dua suntikan plasebo atau dosis yang lebih rendah, tiga minggu terpisah, menunjukkan anak-anak yang divaksinasi mengembangkan antibodi sekuat remaja dan dewasa muda. Data menunjukkan vaksin 90,7 persen efektif mencegah penyakit simtomatik.

Lonjakan kasus anak-anak di AS telah mendorong otoritas kesehatan menyerukan vaksinasi untuk kelompok usia yang lebih muda. Saat ini kasus positif di AS telah menurun sejak melonjak pada bulan September, dengan puncak 285.058 kasus per hari, meski menurun para ahli memperingatkan musim dingin dan hari libur dapat meningkatkan kasus.

Peter Marks, direktur FDA Center for Biologics Evaluation and Research (CBER), mengatakan dalam rentang usia 5-11 tahun ada lebih dari 1,9 juta kasus infeksi, dengan 8.300 kasus rawat inap, yang sepertiganya butuh perawatan intensif, dan ada lebih dari 2.500 kasus gangguan inflamasi multisistem.

Hampir 100 anak berusia 5-11 tahun meninggal akibat virus corona. Saat ini anak-anak usia 5-11 tahun memiliki salah satu tingkat kasus tertinggi dari semua kelompok usia, terhitung sekitar satu dari 10 dari semua kasus di AS. Mereka juga yang paling sering terkena MIS-C, gangguan inflamasi yang mempengaruhi organ.

Meski kasus COVID-19 pada anak-anak lebih jarang, tapi juga cenderung tidak diketahui.

2. Risiko COVID-19 lebih tinggi daripada efek samping vaksin

Penasihat FDA Dukung Vaksin Pfizer untuk Anak 5-11 TahunIlustrasi vaksinasi COVID-19. (Unsplash.com/CDC)

Melansir dari The Guardian, beberapa ahli telah menyarankan vaksinasi anak-anak untuk mengurangi kasus. Saat ini belum ada data yang menunjukkan seberapa baik vaksin untuk anak-anak, tapi dari data di antara orang dewasa menunjukkan kemungkinan vaksinasi berhasil menurunkan penyebaran di AS.

Uji coba Pfizer-BioNTech pada bulan Juni telah mencakup 1.518 anak yang divaksinasi, serta tambahan 1.591 anak pada Agustus, ketika FDA meminta perusahaan untuk memperluas uji coba dan mengatasi masalah keamanan.

Efek samping vaksin seperti demam dan kedinginan lebih jarang terjadi pada anak-anak dibandingkan kelompok usia yang lebih tua. Saat ini belum ada laporan miokarditis di antara sekitar 3.100 anak yang menerima vaksin.

H Cody Meissner, profesor pediatrik di Tufts University School of Medicine, mengatakan efek samping seperti miokarditis meski jarang terjadi, tapi menjadi perhatian utama dalam memvaksinasi anak-anak.

Matthew Oster, petugas medis untuk CDC, mengatakan kasus miokarditis setelah vaksinasi cenderung terjadi dalam waktu seminggu, biasanya ditemukan pada remaja laki-laki, dengan usia 16 dan 17 tahun pada tingkat tertinggi, pada 0,007 persen. Oster memberitahu kasus lebih tinggi pada remaja laki-laki karena adanya hormon testosteron yang sedang meningkat.

Dari hasil analisi FDA menyampaikan risiko COVID-19 jauh lebih besar daripada risiko efek samping miokarditis setelah vaksin. 

Baca Juga: Vaksin Moderna dan Pfizer Lindungi Anak Usia 5-11 Tahun

3. Keraguan terhadap vaksin

Penasihat FDA Dukung Vaksin Pfizer untuk Anak 5-11 TahunIluatrasi vaksinasi COVID-19. (Pixabay.com/kfuhlert)

Melansir dari BBC, vaksinasi di AS mendapat tantangan keraguan terhadap vaksin. Saat ini cakupan vaksinasi pada populasi orang dewasa di AS telah terhenti di bawah 60 persen selama beberapa bulan terakhir.

Dalam sebuah survei pada bulan lalu yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation menunjukkan hanya sepertiga orang tua akan segera memvaksinasi anak-anak mereka, sepertiga lainnya masih ingin menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai vaksin.

Beberapa orang tua di AS telah menyatakan keprihatinan tentang ratusan kasus miokarditis, peradangan otot jantung, yang ditemukan pada dewasa muda setelah mereka vaksin, sebagian besar setelah suntikan kedua.

Dr Liz Mumper, kepala eksekutif Rimland Center for Integrative Medicine, menyarankan agar anak-anak tidak diberikan vaksin, dia menentang karena risiko tertular lebih rendah dan kurangnya data jangka panjang vaksinasi anak-anak. Dia mengatakan saat ini sebagian besar anak-anak yang terinfeksi memiliki kasus ringan.

James Versalovic, kepala patologi di Rumah Sakit Anak Texas, mengatakan memvaksinasi anak-anak merupakan hal penting mengigat meningkatnya kasus akibat varian Delta dan sekolah yang dibuka kembali. Dia memberitahu sejak pandemik rumah sakitnya telah mendiagnosis1.500 anak terpapar COVID-19.

Kekhawatiran terhadap vaksin semakin meningkat dengan adanya  perlindungan secara hukum kepada perusahaan obat hingga 2024 yang membuat orang yang terkena efek samping berbahaya tidak dapat menuntut.

Baca Juga: Studi: Efikasi 2 Dosis Pfizer Hanya Bertahan 6 Bulan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya