Rusia Dituduh Pengaruhi Opini Melalui Situs Berita

Rusia pernah dituduh melakukan hal serupa

Jakarta, IDN Times - Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Kejahatan dan Keamanan Universitas Cardiff, menemukan komentar di 32 situs media terkemuka di 16 negara telah disusupi oleh pihak yang mendukung Rusia.

Berdasarkan kabar yang dirilis hari Senin (6/9/2021) ini pihak pro-Kremlin itu dituduh mempengaruhi opini melalui komentar dengan mengambarkan sesuatu yang baik mengenai negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin.

1. Ditemukan hampir 250 komentar yang mendukung Rusia atau anti-Barat

Rusia Dituduh Pengaruhi Opini Melalui Situs BeritaIlustrasi orang yang memberikan komentar di situs berita. (Unsplash.com/

Melansir dari Evening Standard, beberapa media yang dilaporkan termasuk komentar beritanya disusupi adalah Daily Mail, Daily Express, The Times, Fox News, dan The Washington Post. Hasil penelusuran tim peneliti di Cardiff menemukan hampir 250 komentar mengandung sentimen pro-Kremlin atau anti-Barat. Dalam komentar yang ditemui berisi hal-hal yang terkait Rusia, seperti perselisihan dengan Ukraina terkait Krimea.

Merespons kabar tersebut Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, menyampaikan laporan itu menunjukkan ancaman Rusia terhadap Inggris, dia menyampaikam akan bekerja sama dengan sekutu internasional untuk melawan manipulasi opini yang dilakukan Rusia.

Dalam mempengaruhi opini melalui berita komentar diunggah tak lama setelah berita rilis agar menerima jumlah tanggapan dari pembaca lain untuk menyukai dan tidak menyukai. Komentar itu kemudian secara selektif dipilih untuk dijadikan artikel di media Rusia, yang menjadi gambaran tidak bagus mengenai pihak Barat.

Kemudian artikel itu akan diperkuat opininya melalui media sosial, serta di situs web lainnya dengan rekam jejak penyebaran disinformasi dan propaganda, beberapa dengan tautan ke badan intelijen Rusia.

2. Komentar yang ditulis untuk mempengaruhi opini

Baca Juga: Rusia Ingin India Produksi Lebih Banyak Alutsista Rusia

Melansir dari Sky News, beberapa contoh artikel yang disampaikan dari hasil penelitian ini adalah artikel yang muncul di situs Daily Mail pada 1 April dengan judul, "AS memberikan dukungan 'tak tergoyahkan' untuk Ukraina dengan Rusia mengirim kereta penuh tank ke Krimea di tengah meningkatnya ketegangan".

Artikel itu berhasil menarik 900 komentar pembaca selama 48 jam. Komentar yang dibuat dalam artikel, yang menunjukkan pro-Kremlin seperti Putin orang paling kuat di Planet ini, tapi kelanjutannya meremehkan AS dengan mengatakan Biden bukan siapa-siapa. Komentar lain mengatakan AS kesulitan menjaga perbatasannya, sehingga tidak mungkin membantu negara lain.

Para peneliti memberitahu komentar tersebut kemudian dimasukkan dalam sebuah artikel di situs terkait Rusia, dengan judul, "Pembaca Daily Mail tentang dukungan 'tak tergoyahkan' dari AS untuk Ukraina: apa yang membuat AS bergerak? di Ukraina yang tidak kita ketahui?". Media lainnya yang terkait Rusia juga merilis artikel berdasarkan komentar itu dengan menulis judul "Pembaca Daily Mail mencemooh kesediaan AS untuk mendukung Ukraina".

Beberapa komentar yang dilaporkan diambil media Rusia mengenai artikel yang membahas penarikan pasukan dari Afghanistan.

3. Keamanan situs berita rentan

Melansir dari BBC, profesor Martin Innes yang memimpin penelitian ini menyampaikan dalama melakukan tindakan ini penulis komentar mengambil keuntungan dari keamanan situs berita yang rentan menghentikan orang membuat banyak identitas palsu. Dalam salah satu akun yang ditemukan telah berubah lokasi sebanyak 69 kali dan berganti nama 549 kali sejak dibuat Juni lalu.

Innes menyampaikan untuk situs media sosial lebih dihindari pembuat komentar karena memiliki keamanan yang lebih baik. Dia mengigatkan ada anggapan bahwa hanya media sosial yang digunakan untuk mempengaruhi opini.

Hasil temuan ini merupakan riset yang dilakukan oleh program Penelitian Analisis Komunikasi Sumber Terbuka di Lembaga Penelitian Kejahatan dan Keamanan Universitas Cardiff, yang didanai oleh Kemeneterian Luar Negeri Inggris.

Tindakan manipulasi opini yang dilakukan telah berulang kali dituduhkan pada Rusia. Pada 2016 Washington menuduh Kremlin mencoba membangun opini yang merugikan, dilakukan menjelang pemilihan presiden AS 2016.

Baca Juga: Rusia Denda Booking.com atas Tudingan Monopoli Pasar

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya