Rusia Kirim 300 Instruktur Militer ke Afrika Tengah

Menjelang pemilu kekerasan telah meningkat

Bangui, IDN Times - Menjelang pemilu nasional pada 27 Desember kekerasan pemberontak di Afrika Tengah semakin meningkat. Untuk itu Afrika Tengah telah meminta bantuan Rusia, yang mengirim 300 instruktur militer ke negara tersebut pada hari Selasa (22/12).

Serangan di Afrika Tengah meningkat setelah mantan presiden Francois Bozize dilarang mencalonkan diri dalam pemilu. Pemerintah telah menuduh Bozize berusaha melakukan kudeta dengan kelompok-kelompok bersenjata sebelum pemilu mendatang.

1. Militer Rusia tidak akan terlibat dalam pertempuran

Rusia Kirim 300 Instruktur Militer ke Afrika TengahIlustrasi instruktur militer Rusia yang sedang memberikan pelatihan militer. Sumber:twitter.com/Robert Cyubahiro McKenna

Melansir dari Al Jazeera, lonjakan kekerasan pemberontak di Afrika Tengah terjadi menjelang pemilu pada hari Minggu, 27 Desember, yang membuat pemerintah meminta bantuan kepada Rusia. Pada hari Selasa Rusia telah mengirim 300 instruktur militer untuk melatih tentara Afrika Tengah. Rusia sebelumnya telah mengirim 175 instruktur militer ke Afrika Tengah. 

Rusia telah membantu Afrika Tengah dalam serangan diplomatik dan keuangan sejak 2018 dengan imbalan konsesi kepada perusahaan Rusia untuk mengeksploitasi kekayaan mineralnya.

Melansir dari BBC, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan bahwa militer negaranya tidak ikut campur dalam pertempuran di Afrika Tengah, ia mengatkan instruktur militer tersebut bukan bagian dari tentara atau bagian dari pasukan khusus.

Namun juru bicara pemerintah Afrika Tengah Ange Maxime Kazagui mengatakan bahwa pasukan Rusia telah diundang sebagai bagian dari perjanjian bilateral untuk mendukung pemerintah dan Rusia telah mengirim, "beberapa ratus tentara dan senjata berat."

Saat ini ada penjaga keamanan swasta Rusia yang bekerja di Afrika Tengah untuk menjaga keamanan pemerintah dan melindungi aset perekonomian negara.

2. Rwanda juga mengirim tentara dan polisi untuk membantu

Rusia Kirim 300 Instruktur Militer ke Afrika TengahPaul Kagame Presiden Rwanda. Sumber:twitter.com/Paul Kagame

Melansir dari BBC, Afrika Tengah juga akan dapat bantuan dari Rwanda, yang telah memiliki pasukan dalam misi keamanan PBB. Rwanda akan menambah pasukannya di Afrika Tengah.

Pasukan Rwanda yang dikirim ke Afrika Tengah akan memiliki, "aturan keterlibatan yang berbeda yang akan memungkinkan mereka untuk melindungi pasukan kami dari serangan, dan melindungi warga sipil", kata Presiden Rwanda Paul Kagame.

Saat ini setidaknya ada 750 tentara dan polisi Rwanda yang beroperasi di bawah pasukan penjaga perdamaian Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi di Republik Afrika Tengah (MINUSCA). Pasukan MINUSCA dalam membantu menangani pemberontakan telah berpatroli di luar ibu kota Bangui.

Baca Juga: Afrika Selatan Temukan Varian Baru COVID-19 di Negaranya

3. Pemilu tetap akan berlangsung di hari Minggu

Rusia Kirim 300 Instruktur Militer ke Afrika TengahIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari VOA News, Afrika Tengah adalah negara yang kaya akan sumber daya alam mineral, namun negara ini sangat miskin. Afrika Tengah telah berusaha memperoleh kembali stabilitas sejak Presiden Francois Bozize digulingkan, pada tahun 2013 oleh pemberontak Seleka, yang sebagian besar beragama Islam.

Seleka dituduh telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, yang memicu pembalasan dari milisi Anti-balaka yang sebagian besar beragama Kristen, yang membuat terjadinya perang saudara dan konflik kedua kubu terus terjadi.

Kekerasan di Afrika Tengah meningkat setelah setelah mantan presiden Bozize dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan hari Minggu. Pemerintah telah menuduh Bozize merencanakan kudeta.

Meski konflik dengan pemberontak terus terjadi dan ada desakan dari beberapa partai politik agar pemilu ditunda, pemerintah tetap akan mengelar pemilu di hari Minggu, 27 Desember, sementara think tank International Crisis Group mendesak kepala negara tetangga pada hari Selasa untuk membantu Bozize dan Presiden Touadera mencapai kesepakatan agar pemilu bisa dilaksanakan dengan damai.

Pada hari Selasa dikabarkan bahwa kelomopok pemberontak telah menguasai kota Bambari, yang merupakan pusat perdagangan sekitar 380 kilometer timur dari ibu kota Bangui.

Mengenai dikuasainya Bambari pemerintah tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangannya. Utusan PBB untuk Afrika Tengah, Mankeur Ndiaye mengatakan dalam konferensi pers hari Selasa bahwa situasi keamanan saat ini relatif tenang dan tindakan keamanan telah dilakukan.

"Jika pemilihan tidak berlangsung ... kita berisiko memasuki periode ketidakstabilan yang tidak terkendali," kata Ndiaye.

Baca Juga: Krisis Air, Afrika Selatan Ingin Redupkan Matahari 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya