Selama Lockdown, Jumlah Perokok Muda di Inggris Naik

Stres diyakini sebagai pemicu merokok

London, IDN Times - Penelitian yang didanai oleh Cancer Research UK menemukan terjadi lonjakan perokok muda berusia 18 hingga 34 tahun di Inggris selama pembatasan COVID-19 pertama pada tahun lalu. Menurut penelitian yang dilaporkan pada hari Rabu (25/8/2021) peningkatan perokok muda sebesar 25 persen.

1. Jumlah peminum alkohol juga mengalami peningkatan

Selama Lockdown, Jumlah Perokok Muda di Inggris NaikIlustrasi minuman alkohol. (Unsplash.com/Yutacar)

Melansir dari Sky News, data penelitian yang diperoleh di Inggris pada periode Maret-Juli 2020 dan hasilnya dirilis dalam jurnal Addiction, mengaitkan prevalensi merokok di kalangan dewasa muda dan peningkatan prevalensi meminum alkohol di antara semua kelompok sosio-demografis.

Studi itu menunjukkan jumlah perokok berusia 18 hingga 34 tahun bertambah lebih dari 652 ribu orang, tetapi juga ditemukan jumlah perokok melakukan upaya berhenti selama pembatasan COVID-19 pertama dan banyak yang sukses berhenti, secara keseluruhan para peneliti, dari University College London dan University of Sheffield, mengatakan ada peningkatan 99 persen di semua kelompok usia yang berhasil berhenti.

Hasil riset juga menemukan adanya kenaikan peminum alkohol sebesar 40 persen di antara semua kelompok usia. Penelitian itu menemukan bahwa kesenjangan sosial-ekonomi mempengaruhi pola perilaku minum, yang hasilnya ditunjukkan peningkatan 55 persen pada wanita dan mereka yang berasal dari latar belakang kurang beruntung mengalami peningkatan sebesar 64 persen.

2. Stres karena lockdown diperkirakan menjadi pemicu merokok

Selama Lockdown, Jumlah Perokok Muda di Inggris NaikIlustrasi merokok. (Pexels.com/lilartsy)

Baca Juga: Protes Anti-Lockdown di Australia Berujung Bentrok

Melansir dari BBC, hasil studi itu tidak menjelaskan korelasi penyebab mereka yang berusia muda merokok selama pandemik, tapi para ahli percaya banyak yang beralih ke rokok atau minuman alkohol sebagai upaya yang dilakukan untuk merespons stres.

Peneliti utama riset ini Dr Sarah Jackson, dari University College London, mengatakan bahwa pembatasan COVID-19 pertama merupakan hal pertama orang-orang aktivitasnya dibatasi, sehingga mengubah kehidupan sehari-hari. Dia menyampaikan bahwa pembatasan pertama tahu lalu menimbulkan periode stres besar bagi banyak orang, yang terlihat adanya peningkatan jumlah perokok dan konsumsi minuman alkohol pada kelompok yang paling terpukul oleh pandemik.

Dr Jackson mengingatkan perlunya pengawasan untuk mengetahui bagaimana peningkatan merokok dan minum alkohol ini berkembang dari waktu ke waktu, sehingga bisa dilakukan penanganan yang tepat dapat diakses oleh mereka yang membutuhkan.

3. Badan amal mengigatkan bahaya merokok

Selama Lockdown, Jumlah Perokok Muda di Inggris NaikIlustrasi perokok. (Unsplash.com/Riccardo Fissore)

Melansir dari The Guardian, badan amal Cancer Research UK, yang terlibat dalam riset menyampaikan merokok merupakan penyebab kanker terbesar yang bisa dicegah, yang dapat menyebabkan setidaknya 15 jenis penyakit yang berbeda. Badan amal itu juga menyampaikan minum alkohol dalam jumlah sedikit saja akan meningkatkan risiko tujuh jenis kanker yang berbeda.

Pemimpin badan amal tersebut, Michelle Mitchell, menyampaikan program kesehatan masyarakat dan layanan pencegahan berperan membantu berhenti merokok dan memastikan hal itu terus terjadi. Mitchell menyerukan agar pemerintah memanfaatkan rencana pengendalian tembakau untuk mengurangi tingkat perokok.

Namun, dia mengigatkan rencana mengurangi perokok hanya bisa dilakukan dengan investasi yang tepat, karena saat ini dalam membantu berhenti merokok menggunakan dana industri tembakau, dia meyakini tanpa campur tangan industri, dapat dilakukan langkah-langkah yang lebih baik untuk mencegah orang mulai merokok dan membantu  untuk berhenti.

Deborah Arnott, kepala eksekutif badan Action on Smoking and Health, mengatakan tindakan cepat diperlukan untuk membantu orang berhenti dan mencegah perokok baru, Arnott memberitahu kecanduan rokok bisa meningkatkan risiko kematian dini dan kecacatan yang sulit dihindari. Dia mendesak pemerintah berbuat lebih agar target bebas asap rokok pada 2030 bisa tercapai.

Baca Juga: Inggris Harap Tiongkok dan Rusia Bisa Buat Taliban Jadi Moderat

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya