Inggris Harap Tiongkok dan Rusia Bisa Buat Taliban Jadi Moderat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Inggris mengharapkan Rusia dan Tiongkok bisa menggunakan pengaruhnya membentuk pemerintahan Afghanistan yang moderat di bawah rezim Taliban. Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, secara tidak langsung mengakui kedekatan dua negara itu dengan Taliban.
Meski, dia juga sulit menaruh kepercayaan terhadap pemimpin kedua negara tersebut.
“Kami harus membawa negara-negara dengan pengaruh yang berpotensi memoderatkan, seperti Rusia dan China, betapa pun tidak nyamannya itu," kata Raab kepada surat kabar The Sunday Telegraph, Minggu (22/8/2021).
1. Hubungan Inggris dengan Rusia dan Tiongkok memburuk
Sepanjang tahun ini, Inggris dan Tiongkok telah berseteru dalam berbagai hal. Termasuk, perbedaan sikap terhadap Hong Kong dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap etnis Uighur di Xinjiang.
Relasi London dan Moskow juga memburuk sejak 2018 pascakasus Novichok, agen intelijen Rusia yang berkhianat serta beralih kepada badan intelijen Inggris MI6. Hubungan keduanya semakin buruk usai jurnalis BBC yang bekerja di Moskow dipaksa meninggalkan negara itu.
Baca Juga: Rusia: Tidak Ada Alternatif Selain Taliban di Afghanistan
2. Tony Blair sebut keputusan menarik pasukan sebagai tindakan egois
Editor’s picks
Pasukan Inggris telah mengevakuasi 3.821 orang dari Kabul sejak 13 Agustus, termasuk 1.323 orang telah mencapai Inggris, demikian laporan Kementerian Pertahanan. Pihak yang dievakuasi adalah staf kedutaan, warga negara Inggris, danwarga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP).
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, pada Sabtu (21/8/2021), mengatakan pengabaian atas Afghanistan adalah fenomena yang tragis, berbahaya dan egois.
Blair merupakan pemimpin yang mengirim pasukan Inggris ke Afghanistan pada 2001, ketika mantan Presiden Amerika Serikat George W Bush mengirim militer untuk program war on terrorism, tindakan balas dendam atas insiden 9/11 atau serangan terhadap Pentagon dan WTC.
Pada saat yang sama, Blair menilai keputusan menarik pasukan dari Afghanistan merupakan kebijakan yang dilandasi kalkulasi politik, bukan kalkulasi strategi perang.
3. Inggris berharap dunia memberi kesempatan kepada Taliban
Sebelumnya, Kepala Staf Pertahanan Inggris, Nick Carter, meminta seluruh negara agar memberi ruang kepada Taliban membentuk pemerintahan baru di Afghanistan.
Menurut Carter, Taliban yang berhasil merebut Kabul pada Minggu (15/8/2021) berbeda dengan Taliban yang pernah berkuasa sepanjang 1996-2001. Ia meyakini Taliban hari ini lebih masuk akal.
"Kami harus bersabar, kami harus menahan diri dan kami harus memberi mereka ruang untuk membentuk pemerintahan, dan kami harus memberi mereka ruang untuk menunjukkan kredensial mereka," kata Carter pada Selasa (18/8/2021), dilansir Reuters.
"Mungkin Taliban ini adalah Taliban yang berbeda dengan yang diingat orang dari tahun 1990-an,” tambahnya.
Baca Juga: Inggris Sebut Taliban yang Sekarang Berbeda, Lebih Masuk Akal