UE Beri Saran Pembatasan Perjalanan bagi Pelancong AS 

Rekomendasi UE juga untuk lima negara lainnya

Jakarta, IDN Times - Uni Eropa (UE) pada hari Senin (30/8/2021) menyarankan 27 anggotanya untuk kembali menerapkan pembatasan perjalanan yang tidak penting bagi pelancong dari Amerika Serikat (AS). Saran UE ini diberikan karena AS saat ini sedang mengalami lonjakan kasus COVID-19, yang dikhawatirkan meningkatkan penyebaran di Eropa.

1. Rekomendasi pembatasan tidak mengikat

UE Beri Saran Pembatasan Perjalanan bagi Pelancong AS Ilustrasi penerbangan dari AS ke negara anggota UE. (Unsplash.com/Arkin Si)

Melansir dari BBC, namun, rekomendasi UE ini tidak bersifat mengikat, yang berarti setiap negara anggota akan diizinkan untuk memutuskan sendiri apakah mereka masih ingin mengizinkan pengunjung AS dengan menerapkan aturan perjalanan seperti bukti vaksinasi, tes negatif, atau isolasi diri.

Saran dari UE ini juga berlaku untuk Israel, Kosovo, Lebanon, Montenegro, dan Makedonia Utara yang telah dihapus dari daftar perjalanan aman UE.

Rekomendasi UE yang menyarankan pembatasan kembali untuk kedatangan dari AS telah membalikkan saran di bulan Juni yang melonggarkan pembatasan untuk pelancong AS menjelang liburan yang diharapkan membantu pariwisata.

Meskipun UE pada pada bulan Juni telah memberikan pelonggaran untuk kedatangan turis AS, tapi negara pimpinan Presiden Joe Biden itu tetap memberlakukan larangan terhadap perjalanan tidak penting ke Eropa, yang mulai diterapkan sejak Maret 2020.

Karena tidak ada timbal bailik penghapusan perjalanan AS untuk kedatangan dari Eropa, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, awal bulan ini mengatakan kurangnya timbal balik tidak akan dibiarkan "berlarut-larut selama berminggu-minggu".

2. Pasien rawat inap COVID-19 mengalami peningkatan

UE Beri Saran Pembatasan Perjalanan bagi Pelancong AS Ilustrasi pasien COVID-19 yang mendapat perawatan di rumah sakit. (Pexels.com/RODNAE Productions)

Tindakan UE ini karena melihat kondisi di AS yang saat ini mengalami peningkatan kasus penyebaran virus corona varian Delta yang lebih menular. Kasus baru yang dikonfirmasi AS pada hari Jumat mencapai 176.742 kasus, dan rata-rata kasus baru dalam tujuh hari sekitar 147.030 kasus, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention data (CDC), yang dikutip dari ABC News.

Kasus yang meningkat juga diikuti tingkat kematian yang mencapai rata-rata lebih dari 1.000 per hari.

Melansir dari CNN, peningkatan ini memicu lonjakan permintaan perawatan di rumah sakit untuk pasien COVID-19. Florida pada hari Sabtu memiliki tingkat rawat inap mencapai 75 pasien per 100 ribu orang. Negara bagian Itu juga mencapai tingkat tertinggi kasus pada hari Jumat, melaporkan 690,5 kasus baru per 100 ribu orang setiap hari dari 20-26 Agustus.

Di Florida jumlah rawat inap lebih dari 16 ribu, tertinggi di AS, diikuti Texas dan California. Peningkatan rawat inap di AS membuat beberapa rumah sakit di Florida, Carolina Selatan, Texas, dan Louisiana mengalami kelangkaan tabung oksigen, beberapa rumah sakit ada yang berisiko harus menggunakan cadangan oksigen dalam waktu dekat.

Baca Juga: Nikaragua Blokir Enam NGO Asal AS dan Uni Eropa

3. Orang yang tidak divaksinasi 29 kali lebih berpotensi dirawat di rumah sakit

UE Beri Saran Pembatasan Perjalanan bagi Pelancong AS Ilustrasi petugas medis menyuntikan vaksin. (Unsplash.com/Mat Napo)

Vaksinasi lengkap di AS untuk orang yang berusia 18 tahun ke atas telah mencapai 63,3 persen, sedangkan di UE orang berusia lebih dari 18 tahun telah mencapai 67,4 persen yang sudah memperoleh vaksinasi penuh. Menurut CDC pada hari Sabtu, secara nasional 52,1 persen populasi telah divaksinasi penuh.

Saat ini di Carolina Selatan, Louisiana, dan Texas kurang dari 50 persen orang telah menerima vaksinasi lengkap. Penelitian telah menyarakan agar orang divaksinasi penuh untuk perlindungan optimal terhadap varian Delta. Penelitian CDC menunjukkan mereka yang tidak divaksinasi sekitar 29 kali lebih berpotensi dirawat di rumah sakit daripada mereka yang divaksinasi penuh.

Dr Anthony Fauci pakar penyakit menular terkemuka pemerintah AS telah menyampaikan situasi saat ini di negaranya dapat diatasi dengan memberikan vaksin kepada mereka yang belum. Persetujuan penuh Food and Drug Administration pada pekan lalu untuk vaksin buatan Pfizer-BioNTech diharapkan dapat meningkatkan vaksinasi.

Baca Juga: 3 Negara Uni Eropa Ini Dianggap Tidak Ramah LGBT

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya