Uganda Berlakukan Lockdown Selama 42 Hari

Total kasus di Uganda 68.779 kasus dan 584 kematian

Kampala, IDN Times - Pemerintah Uganda pada hari Jumat (18/6/2021), waktu setempat, mengumumkan untuk memberlakukan pembatasan sosial selama 42 hari. Langkah-langkah ini diterapkan demi menekan kasus infeksi yang melonjak dalam gelombang kedua COVID-19 di Uganda. Namun, keputusan yang diambil pemerintah ini dianggap akan semakin memperburuk situasi bagi warga Uganda.

1. Lockdown selama 42 hari

Uganda Berlakukan Lockdown Selama 42 HariPresiden Uganda, Yoweri Museveni pada 10 Juni 2021 menyampaikan bahwa tingkat kemiskinan telah berkurang di beberapa wilayah. (Twitter.com/Yoweri K Museveni)

Dilansir Al Jazeera, pengumuman tersebut dilakukan oleh Presiden Uganda, Yoweri Museveni, pada Jumat Malam. Langkah-langkah yang dibatasi termasuk larangan transportasi pribadi dan umum di dalam dan di seluruh distrik, termasuk di ibu kota, Kampala. Hanya kendaraan yang membawa kargo dan mereka yang mengangkut orang sakit atau pekerja penting yang diizinkan tetap beroperasi.

Jam malam akan terus berlanjut, yang sebelumnya dimulai pada jam 9 malam dimajukan menjadi jam 7 malam sementara tempat-tempat seperti toko-toko yang ramai, tempat ibadah, dan arena olahraga akan ditutup. Pembatasan ini akan berlangsung selama 42 hari. Sebelumnya Uganda pada minggu lalu telah menutup sekolah, bar, dan melarang sebagian besar pertemuan.

Dilansir VOA News, dalam pengumumannya Museveni juga menyampaikan bahwa warga Uganda telah melanggar larangan perjalanan antar distrik sebelumnya. Dalam sambutannya, Museveni mengatakan setiap desa memiliki petugas kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan keluarga dan mencatat status kesehatan desa. Mereka tahu berapa banyak orang di desa, berapa banyak yang hamil, berapa banyak yang punya anak, dan lain-lain.

2. Kasus COVID-19 di Uganda

Uganda Berlakukan Lockdown Selama 42 HariIlustrasi virus corona. (Unsplash.com/CDC)

Kasus virus corona di Uganda meningkat dalam tiga minggu terakhir dari kurang dari 100 menjadi lebih dari 1.700. Total kasus yang telah tercatat adalah 68.779 dan ada 584 kematian, diyakini jumlah tersebut jauh lebih tinggi. Kasus infeksi telah menyebar secara signifikan di 108 kabupaten, di mana 20 di antaranya, termasuk Kampala dan Wakiso, yang paling terkena dampaknya.

Dilansir VOA News, tingkat rawat inap dan kematian di Uganda memiliki angka yang sangat tinggi untuk pasien COVID-19 di antara semua kelompok umur. Museveni mengatakan bahwa warga belum serius dan belum mematuhi arahan COVID-19 sebelumnya dan dia menyampaikan pada hari Jumat bahwa dia lelah menerima telepon tentang kematian akibat COVID-19.

Saat ini negara yang berada di Afrika tersebut telah mencatat bahwa jumlah pasien COVID-19 yang sakit parah dan kritis meningkat lebih dari dua kali lipat, membebani sistem kesehatan, terutama pasokan oksigen yang tersedia. Sementara rata-rata pasien non-COVID-19 membutuhkan satu hingga dua silinder per hari, pasien COVID-19 yang sakit parah membutuhkan empat hingga enam silinder per hari.

"Dengan perkiraan peningkatan pasien COVID-19 dalam beberapa minggu mendatang, konsumsi oksigen harian akan meningkat menjadi 25 ribu silinder per hari dalam satu bulan, kecuali jika kita mengubah arah. Ini hampir sembilan kali lipat peningkatan kebutuhan oksigen nasional secara keseluruhan," kata Museveni.

Krisis yang membebani sistem kesehatan dan mengancam nyawa warga membuat kementerian Kesehatan minggu ini berencana memasang tujuh pabrik oksigen setelah mendapatkan 7 juta dolar AS (Rp101,4 miliar) dari Global Fund.

Baca Juga: Mobil Menteri Uganda Ditembak dalam Upaya Pembunuhan

3. Lockdown dianggap memperburuk situasi warga

Uganda Berlakukan Lockdown Selama 42 HariIlustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir VOA News, keputusan pemerintah untuk kembali memperketat pembatasan dianggap semakin memperburuk kondisi warga. Sebelumnya distribusi makanan tahun lalu kepada penduduk kota yang rentan, upaya tersebut tidak menjangkau banyak orang yang menjadi sasaran dan memicu keluhan tentang makanan. Kini warga Uganda harus menunggu hingga 30 Juli untuk melanjutkan kehidupan normal kecuali penyebaran virus corona dapat dikendalikan sebelum itu.

Sarah Birete, direktur eksekutif di Pusat Tata Kelola Konstitusional, mengkritik arahan Museveni, dengan mengatakan bahwa itu hanyalah daftar keinginan yang hanya akan memperburuk situasi yang sudah sulit bagi warga.  

"Ini hal yang baik untuk dilakukan, tetapi tanpa garis anggaran, tanpa kapasitas, tanpa pengaturan. Cara sistem kami biasanya tidak terorganisir, ini adalah daftar keinginan dan itu akan lebih membahayakan nyawa orang. Ketika Anda melihat batasan batasan umum pada transportasi. Anda tahu orang tidak ingin terlibat dengan LDU (unit pertahanan lokal) dan cara mereka memperlakukan orang. Begitu banyak orang yang tidak ingin terjebak dalam pertengkaran itu cenderung mati dalam diam," kata Birete.

Dikutip dari Reuters, pembatasan yang diterapkan tahun lalu berkontribusi pada kontraksi ekonomi 1,1 persen, tetapi kementerian keuangan telah memproyeksikan sebelum langkah-langkah baru Jumat bahwa pertumbuhan akan naik menjadi 4,3 persen pada tahun fiskal mulai Juli.

Baca Juga: Mobil Menteri Uganda Ditembak dalam Upaya Pembunuhan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya