WHO: 83 Pekerja Bantuan Lakukan Pelecehan Seksual di Kongo

Tedros telah menyampaikan permintaan maaf

Jakarta, IDN Times - Panel independen yang diluncurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki dugaan pelecehan seksual di Kongo telah meliris hasil temuannya pada hari Selasa (28/9/2021). Hasil laporan itu menemukan ada 83 pekerja bantuan yang diidentifikasi telah melakukan pelecehan seksual selama penanganan wabah Ebola di Kongo pada 2018-2020.

Wabah Ebola telah dinyatakan berakhir pada bulan Juni oleh WHO. Di Kongo penyakit tersebut telah menewaskan Lebih dari 2 ribu orang.

1. 21 tersangka merupakan pekerja WHO

WHO: 83 Pekerja Bantuan Lakukan Pelecehan Seksual di KongoDirektur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Twitter.com/Tedros Adhanom Ghebreyesus)

Melansir dari BBC, laporan penyelidikan itu berdasarkan keterangan 50 wanita Kongo yang melaporkan telah dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan nasional dan internasional. Dari 83 pekerja bantuan yang dituduh melakukan pelecehan, 21 diidentifikasi sebagai pekerja WHO.

Setelah hasil laporan ini dirilis WHO mengatakan akan mengakhiri kontrak kerja empat orang yang dituduh melakukan pelecehan dan organisasi itu berjanji akan menerapkan tindakan yang lebih luas untuk merespons temuan tersebut.

"Saya minta maaf atas apa yang dilakukan kepada Anda oleh orang-orang yang dipekerjakan oleh WHO untuk melayani dan melindungi Anda. Ini adalah prioritas utama saya bahwa para pelaku tidak dimaafkan, tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers pada hari Selasa untuk menanggapi laporan itu.

Tedros dalam konferensi pers itu mengatakan dia berjanji untuk membantu dan melindungi para korban, juga akan merombak struktur WHO. Tedros menolak menyampaikan apakah dia akan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Prancis pada pekan lalu telah menominasikan Tedros untuk masa jabatan kedua.

Direktur regional WHO Afrika, Matshidiso Moeti juga meminta maaf kepada para korban, dia mengatakan laporan itu membuatnya menjadi rendah hati, merasa ngeri, dan juga patah hati.

2. Ada sembilan tuduhan pemerkosaan

WHO: 83 Pekerja Bantuan Lakukan Pelecehan Seksual di KongoIlustrasi pemerkosaan. (Pexels.com/Alex Green)

Baca Juga: 5 Aktor Hollywood yang Kariernya Hancur karena Kasus Pelecehan Seksual

Melansir dari Al Jazeera, Malick Coulibaly salah satu anggota panel penyelidikan independen ini, menyampaikan hasil penelusuran menemukan ada sembilan tuduhan pemerkosaan. Para pelaku dilaporkan tidak menggunakan alat kontrasepsi, yang mengakibatkan beberapa korban hamil. Beberapa wanita mengatakan pria yang memperkosa mereka memaksa mereka untuk aborsi.

Hasil wawancara penyidik  menemukan korban telah diperdaya dengan dicekoki minuman, "disergap" di rumah sakit, dipaksa berhubungan seks, dan ada yang diimingi tawaran pekerjaan, tapi harus melakukan seks sebagai imbalan.

Menurut keterangan korban termuda yang disebut sebagai  "Jolianne", mengatakan seorang pengemudi WHO telah memperkosanya di hotel, pelaku menipunya dengan menawari tumpangan pulang ketika dia menjual kartu telepon di kota Mangina pada April 2019.

Laporan ini telah menunjukkan kegagalan struktural dan kelalaian para pejabat WHO. Para korban diklaim belum diberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi peristiwa menyakitkan yang menimpa mereka.

Passy Mulabama, pendiri dan direktur eksekutif Inisiatif Aksi dan Pengembangan untuk Perlindungan Perempuan dan Anak di Kongo, menanggapi temuan tersebut dengan mengatakan laporan itu tidak bisa diterima, dia meminta mereka yang bertanggung jawab atas pelecehan ini harus dihukum.

3. Sebelumnya telah ada laporan yang mengklaim pekerja WHO melakukan pelecehan di Kongo

WHO: 83 Pekerja Bantuan Lakukan Pelecehan Seksual di KongoIlustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Penyelidikan ini diperintahkan Tedros pada Oktober tahun lalu setelah ada laporan dari sebuah media yang mengklaim petugas WHO melakukan pelecehan seksual di Kongo. Sebelum laporan panel independen ini dirilis, AP pada bulan Mei mengklaim adanya pelecehan di 2019 yang dilakukan petugas WHO dan pejabat di organisasi itu dilaporkan telah menerima laporan adanya dugaan kasus pelecehan.

Dalam laporannya AP mengklaim DR. Michel Yao, seorang pejabat senior WHO yang mengawasi wabah di Kongo, telah menerima laporan tentang adanya berbagai tuduhan pelecehan seksual. Namun, Yao dilaporkan tidak membuat tanggapan.

Temuan media tersebut mengatakan dokter WHO, Jean-Paul Ngandu telah menghamili seorang wanita. Ngandu dan dua pejabat WHO dilaporkan telah menandatangani kontrak yang menjanjikan untuk membeli tanah bagi seorang wanita yang diduga telah dihamili Ngandu. Menurut keterangan Ngandu, dia dipaksa untuk menyetujui kontrak itu demi melindungi reputasi WHO.

Panel menyampaikan Tedros baru mengetahui kasus Ngandu setelah AP merilis artikelnya. Laporan panel mengatakan dua pejabat WHO, Andreas Mlitzke, seorang kepala divisi kepatuhan, manajemen risiko dan etika, dan David Webb, pejabat pengawas internal, keduanya merupakan pejabat yang diduga membuat kesepakatan bersama Ngandu.

Kedua pejabat WHO itu bersama Ngandu berusaha menentukan apakah wanita yang menuduh Ngandu ini perlu diberikan bantuan atau tidak, mengingat kontrak hukumnya dengan Ngandu. Webb telah menyerukan untuk tidak perlu meluncurkan investigasi karena masalah tersebut telah diselesaikan dengan “kesepakatan damai.”

Laporan AP juga mengindentifikasi dokter WHO Boubacar Diallo telah mengajak seorang wanita muda bernama Shekinah untuk berhubungan seks, dengan imbalan pekerjaan. Shekinah berharap Diallo tidak diperkejakan lagi oleh WHO dan dihukum.

Baca Juga: WHO Buat Standar Baru Tingkat Aman Polusi Udara

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya