Setelah Anjlok 25 Persen, Harga Minyak Dunia Kembali Naik 

Kenaikan dipicu oleh AS yang akan memangkas produksi

New York, IDN Times - Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Kenaikan tersebut dipicu oleh produsen AS yang akan memangkas produksi. Namun, keuntungan dinilai terbatas bila dibandingkan dengan perang harga Arab Saudi dan Rusia pada Senin (9/3).

Dikutip dari The Straits Times, minyak mentah berjangka Brent naik US$1,44, atau 3,9 persen, menjadi US$38,66 per barel pada 0226 GMT. Sementara, minyak mentah US West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,12, atau 3,3 persen menjadi US$35,48 per barel, menyusul lompatan lebih dari 8 persen pada hari sebelumnya.

"Harapan bahwa produsen minyak AS akan memangkas produksi membantu meningkatkan sentimen pasar," kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas dengan Rakuten Securities.

1. Harga minyak rebound memicu peningkatan daya beli

Setelah Anjlok 25 Persen, Harga Minyak Dunia Kembali Naik Ilustrasi kilang minyak IDN Times/Arief Rahmat

Pada Senin (9/3), Presiden AS Donald Trump menjanjikan langkah besar untuk menyeimbangkan ekonomi AS terhadap dampak penyebaran wabah virus corona. Pemerintah Jepang juga berencana untuk menghabiskan lebih dari US$ 4 miliar dolar dalam paket langkah kedua untuk mengatasi virus.

Produsen serpih AS, termasuk Occidental Petroleum Corp, memperdalam pemotongan belanjanya yang dapat mengurangi produksi.

“Hampir ada tanggapan langsung dari produsen AS untuk memangkas pengeluaran yang kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya produksi minyak AS dalam beberapa bulan ke depan,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, seperti dikutip Antara. Ia mengatakan “Kecepatan respons itu membantu pasar setelah keruntuhan harga Senin lalu."

Minyak anjlok sekitar 25 persen pada perdagangan Senin (9/3). Kemudian, minyak rebound pada Selasa (10/3) bersama dengan ekuitas dan pasar keuangan lainnya.

"Harga minyak naik hari ini karena turun gila-gilaan kemarin, dan beberapa pemburu harga murah mendorong segalanya," kata Bjoernar Tonhaugen, kepala pasar minyak di konsultan energi Rystad. Ia mencatat "Ini akan turun lebih jauh dengan beberapa hari naik."

Baca Juga: Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 Persen

2. Harga minyak jatuh ke level terendah pada Senin (9/3)

Setelah Anjlok 25 Persen, Harga Minyak Dunia Kembali Naik Kilang minyak Pertamina. IDN Times/Surya Aditya

Kedua acuan harga minyak jatuh pada Senin (9/3) ke level terendah sejak Februari 2016, persentase satu hari terbesar penurunan mereka sejak 17 Januari 1991, pada awal Perang Teluk pertama.

Volume perdagangan di bulan depan untuk kedua kontrak jauh di bawah rekor tertinggi yang terlihat sehari sebelumnya. Ketika volume melonjak setelah Arab Saudi, Rusia dan produsen minyak utama lainnya mengakhiri tiga tahun kerja sama untuk membatasi pasokan dan memulai perang harga untuk pangsa pasar.

Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, meningkatkan ketegangan dengan rencana untuk memasok 12,3 juta barel per hari (bph) pada April, jauh di atas tingkat produksi saat ini sebesar 9,7 juta barel per hari, menurut CEO Saudi Aramco Amin Nasser.

"Harga minyak telah berhasil mempertahankan beberapa kenaikan meskipun ada pengumuman dari Arab Saudi untuk membuka pintu curah pada April," kata Tonhaugen dari Rystad. Menurut dia, "Arab Saudi tidak menggertak dan pasar akan merasakannya bulan depan."

3. OPEC kehilangan pendapatan lebih dari US$500 juta dolar per hari

Setelah Anjlok 25 Persen, Harga Minyak Dunia Kembali Naik Ilustrasi harga minyak IDN Times/Arief Rahmat

Dengan minyak menghapus lebih dari sepertiga nilainya minggu ini, anggota OPEC mengalami "pendarahan" dengan pendapatan yang hilang lebih dari US$500 juta dolar per hari, menurut perhitungan Reuters.

Menteri perminyakan Rusia Alexander Novak mengatakan dia tidak mengesampingkan langkah-langkah bersama dengan OPEC untuk menstabilkan pasar. Ia menambahkan bahwa pertemuan OPEC+ berikutnya direncanakan untuk Mei-Juni.

Namun, menteri energi Arab Saudi mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak melihat perlunya mengadakan pertemuan OPEC+ pada Mei-Juni jika tidak ada kesepakatan mengenai langkah-langkah untuk menangani dampak virus corona pada permintaan dan harga minyak.

"Saya gagal melihat kebijaksanaan untuk mengadakan pertemuan pada Mei-Juni yang hanya akan menunjukkan kegagalan kita dalam memperhatikan apa yang seharusnya kita lakukan dalam krisis seperti ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan," kata Pangeran Abdulaziz bin Salman.

"Perang harga dan pandemi bukanlah hal baru bagi pasar komoditas, tetapi keduanya terjadi secara bersamaan adalah sesuatu yang belum kita saksikan dalam karier kita," kata analis RBC dalam sebuah catatan.

4. Sentimen pasar terangkat setelah kunjungan Xi Jinping ke Wuhan

Setelah Anjlok 25 Persen, Harga Minyak Dunia Kembali Naik Ilustrasi harga minyak IDN Times/Arief Rahmat

Sentimen juga terangkat setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping yang melakukan kunjungan pertamanya ke Wuhan sejak wabah virus corona. Pemerintah setempat terpaksa mengisolasi kota berpenduduk 11 juta orang yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah tanda bahwa upaya untuk mengendalikan virus bekerja.

Harga minyak mentah mendapat dukungan dari perkembangan tersebut, meskipun analis memperkirakan permintaan minyak global akan terus merosot selama wabah, yang telah menyebar di luar Tiongkok dan mendorong Italia untuk menerapkan penguncian nasional.

Persediaan minyak mentah AS naik 6,4 juta barel pekan lalu menjadi 453 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan pada Selasa (10/3). Analis memperkirakan penambahan 2,3 juta barel. Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu (11/3).

Baca artikel menarik lainnya di IDN App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: Keperkasaan Arab Saudi di Balik Jatuhnya Harga Minyak Dunia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya