Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_7674.jpeg
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (Youtube Sekretariat Presiden)

Intinya sih...

  • CEPA membuka akses pasar dan investasi bernilai triliunan Euro, memperluas peluang bisnis di sektor digital dan energi hijau.

  • Perjanjian ini perkuat rantai pasok untuk transisi energi dan digital, dengan prinsip keberlanjutan dan standar etis perdagangan internasional.

  • CEPA tawarkan model bisnis berbasis nilai dan kepercayaan, menunjukkan kemitraan atas dasar kerja sama jangka panjang.

Jakarta, IDN Times – Setelah 10 tahun bernegosiasi, Indonesia dan Uni Eropa akhirnya menyepakati Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Kesepakatan ini diumumkan dalam kunjungan perdana Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke markas besar Uni Eropa di Brussels, Minggu (13/7/2025).

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan kesepakatan ini sebagai terobosan penting yang akan memperkuat kemitraan jangka panjang antar dua ekonomi besar dunia.

"CEPA akan membuka peluang besar dalam sektor digital dan energi hijau, sekaligus mempererat hubungan ekonomi yang saling menguntungkan," ujar Ursula, dalam live streaming Youtube Sekretariat Presiden.

1. Membuka akses pasar dan investasi triliunan euro

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden RI Prabowo Subianto. (Youtube Sekretariat Presiden)

CEPA akan memperluas akses pasar bagi produk dan jasa dari kedua kawasan. Ursula menekankan, Indonesia adalah salah satu pemasok utama barang-barang penting bagi transformasi digital dan energi hijau global.

"Indonesia memiliki GDP sebesar 1,2 triliun euro dan pasar dalam negeri yang tumbuh cepat. Tapi, saat ini, Indonesia baru menjadi mitra dagang kelima terbesar Uni Eropa di ASEAN. Masih banyak potensi yang belum tergali," ujar Ursula.

Melalui CEPA, pelaku usaha di sektor otomotif, pertanian, jasa, dan manufaktur di kedua belahan dunia akan mendapatkan keuntungan. Terbukanya pasar baru juga diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi langsung asing (FDI) ke Indonesia.

2. Perkuat rantai pasok untuk transisi energi dan digital

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (Youtube Sekretariat Presiden)

Kesepakatan ini juga mencakup kerja sama yang lebih erat dalam pengadaan bahan mentah penting, seperti nikel dan mineral lainnya, yang sangat dibutuhkan dalam produksi baterai, kendaraan listrik, dan infrastruktur energi terbarukan. Namun lebih dari sekadar rantai pasok, CEPA dirancang dengan prinsip keberlanjutan.

"Kami ingin pasokan yang tidak hanya aman, tapi juga bertanggung jawab. Ini mencakup penghormatan terhadap lingkungan, komunitas lokal, dan penciptaan nilai di dalam negeri," ujar Ursula.

Dengan demikian, CEPA juga mendorong standar etis dalam praktik perdagangan internasional yang sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan.

3. Tawarkan model bisnis yang berbasis nilai dan kepercayaan

Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen (Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden)

Ursula menyatakan, CEPA bukan hanya tentang angka ekonomi, tetapi juga soal nilai, keterbukaan, transparansi, dan saling menghormati. Kesepakatan ini, menunjukkan dunia di tengah ketidakpastian global, tapi ada alternatif berbasis kerja sama jangka panjang.

"Kami mengirim pesan kuat, kemitraan dapat dibangun atas dasar kepercayaan dan nilai bersama. Ini adalah cara Eropa berbisnis, dan Anda bisa mengandalkan kami,” ujarnya kepada Presiden Prabowo.

Dengan disepakatinya CEPA, Indonesia dan Uni Eropa resmi membuka babak baru kerja sama strategis yang akan berdampak langsung bagi pelaku usaha, masyarakat, dan ekonomi di kedua kawasan.

Editorial Team