Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Buka Peluang Diplomasi dengan Suriah dan Lebanon

Bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)
Bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyatakan keinginan menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Suriah dan Lebanon, dua rival lama di kawasan. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers pada Senin (30/6/2025), di tengah dinamika geopolitik Timur Tengah.

Pernyataan Saar muncul setelah lebih dari setahun konflik dengan Lebanon sejak akhir 2023 dan perubahan politik besar di Suriah pasca-penggulingan Bashar al-Assad pada Desember 2024. Namun, Saar menegaskan bahwa status Golan Heights tidak akan menjadi bahan negosiasi dalam perjanjian damai apa pun.

1. Upaya normalisasi Israel dengan Suriah dan Lebanon

Pada Mei 2025, Israel dan pemerintahan baru Suriah yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mulai menjalin kontak langsung untuk meredakan ketegangan di wilayah perbatasan. Pertemuan tatap muka dilakukan untuk mencegah konflik di sekitar Golan Heights.

Saar juga menyebut bahwa proses normalisasi ini bisa mengikuti model Abraham Accords, yang telah mempererat hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab.

“Kami melihat Suriah dan Lebanon sebagai kandidat potensial untuk normalisasi,” ujarnya, dikutip dari The Times of Israel.

Namun, ia menyatakan bahwa kepentingan keamanan Israel tetap menjadi syarat utama.

2. Golan Heights tidak untuk dinegosiasikan

Saar menegaskan bahwa Golan Heights, yang dianeksasi Israel pada 1981, setelah direbut dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967, bukan bagian dari agenda negosiasi damai.

Pasca-penggulingan Assad pada Desember 2024, pasukan Israel masuk ke zona demiliterisasi Suriah, termasuk Gunung Hermon yang strategis.

Dilansir Haaretz, langkah ini diambil untuk mencegah ancaman dari kelompok bersenjata, namun menuai kecaman dari pemerintah transisi Suriah yang menyebutnya pelanggaran kedaulatan.

Presiden interim Suriah, Ahmed al-Sharaa, pada Mei 2025 menyatakan komitmen terhadap perjanjian gencatan senjata 1974 dan zona penyangga di Golan.

“Kami tidak ingin Suriah menjadi ancaman bagi Israel,” ujar Sharaa.

Namun, penolakan Israel terhadap negosiasi Golan bisa menjadi kendala dalam proses normalisasi.

3. Tantangan diplomasi di tengah ketegangan regional

Konflik antara Israel dan Lebanon sejak akhir 2023 hingga 2024 memperburuk situasi regional.

Dilansir The Jerusalem Post, lebih dari 70 warga sipil Lebanon tewas akibat serangan Israel di selatan Lebanon sejak gencatan senjata November 2024.

Penggulingan Assad oleh HTS pada Desember 2024 turut mengubah lanskap politik Suriah. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut kejatuhan Assad sebagai peluang penting bagi tatanan baru di Timur Tengah.

“Kami harus memastikan bahwa Suriah baru tidak menjadi ancaman bagi Israel,” ujarnya.

Saar mengakui bahwa kehadiran kelompok bersenjata dan pengaruh asing seperti Turki menambah kompleksitas diplomasi kawasan.

“Kami ingin stabilitas, tetapi keamanan Israel adalah prioritas utama,” ujarnya, dikutip dari The Straits Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us