Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Israel Kembali Demo Tuntut Pemerintah Terkait Sandera di Gaza

Ilustrasi demo Israel-Palestina (pexels.com/Mehred Vosoughi)
Ilustrasi demo Israel-Palestina (pexels.com/Mehred Vosoughi)
Intinya sih...
  • Hamas nyatakan kesiapan bebaskan sandera Israel
  • Netanyahu bersikeras pada kesepakatan parsial demi kekuasaannya
  • AS ajukan proposal gencatan senjata 60 hari kepada Hamas

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang berunjuk rasa di seluruh Israel. Mereka menyerukan pembebasan para sandera yang ditawan di Jalur Gaza.

Demonstrasi diadakan di Tel Aviv, Yerusalem dan kota-kota lain. Protes tersebut menyusul konflik selama 12 hari antara Israel dan Iran yang meletus pada 13 Juni, ketika Tel Aviv melancarkan serangan udara terhadap lokasi militer, nuklir dan sipil Iran.

Serangan Israel ke Iran menewaskan 606 korban dan melukai 5.332 orang, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Iran. Sementara Teheran melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak balasan, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang di Israel.

1. Hamas sudah berulang kali nyatakan kesiapan

Pasukan Hamas dalam Peringatan 25 tahun Hamas yang dirayakan di Gaza pada Desember 2012. (commons.wikimedia.org/Hadi Mohammad)
Pasukan Hamas dalam Peringatan 25 tahun Hamas yang dirayakan di Gaza pada Desember 2012. (commons.wikimedia.org/Hadi Mohammad)

Para pejabat Israel menyatakan keterkejutannya atas pernyataan tersebut. Mereka menegaskan, tidak ada indikasi perubahan apa pun dalam posisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Melansir Anadolu, Minggu (29/6/2025), Hamas telah berulang kali menegaskan kesiapannya untuk membebaskan sandera Israel, sekaligus dengan imbalan diakhirinya perang genosida Israel, penarikan tentara Israel dari Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.

2. Demi kekuasaan Netanyahu

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Hudson Institute, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Hudson Institute, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Namun, Netanyahu bersikeras pada kesepakatan parsial dan menghindari penandatanganan kesepakatan dengan memberlakukan persyaratan baru, termasuk pelucutan senjata faksi-faksi Palestina.

Menurut oposisi Israel, Netanyahu saat ini bersikeras menduduki kembali Gaza untuk melayani kepentingan politiknya, khususnya mempertahankan kekuasaannya.

Sementara itu, pejabat Israel memperkirakan bahwa Presiden AS Donald Trump berupaya memanfaatkan momentum setelah berakhirnya konfrontasi Israel-Iran, untuk mencapai prestasi politik tambahan.

3. Proposal terbaru AS untuk gencatan senjata 60 hari

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Utusan khusus Presiden AS Steve Witkoff mengajukan proposal kepada Hamas yang mencakup pembebasan setengah dari sandera Israel yang masih hidup, dan setengah dari mereka yang tewas dalam tujuh hari sejak dimulainya kesepakatan potensial, dengan imbalan gencatan senjata selama 60 hari.

Tel Aviv memperkirakan bahwa ada 50 sandera Israel di Gaza, termasuk 20 yang masih hidup. Ada lebih dari 10.400 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, menderita penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, yang telah mengakibatkan banyak kematian, menurut laporan hak asasi manusia dan media Palestina dan Israel.

Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan lebih dari 56.400 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us