pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
Kelompok Hamas telah membantah bahwa pejuangnya terlibat dalam insiden penembakan yang menewaskan tentara Israel di Rafah. Hamas menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen penuh pada perjanjian gencatan senjata tersebut.
Namun, Hamas menyalahkan Israel atas eskalasi di Gaza yang kembali terjadi. Mereka juga meminta mediator dan penjamin gencatan senjata, seperti Qatar, Turki, dan AS, untuk segera menekan Israel menghentikan pembantaian di Gaza.
Presiden AS Donald Trump dan Qatar masih berharap gencatan senjata akan dipertahankan, meskipun terjadi pelanggaran-pelanggaran terbaru. Gencatan senjata ini sendiri merupakan hasil dari rencana 20 poin yang disepakati di bawah pemerintahan Trump.
Bagi penduduk Gaza yang telah lama menderita, serangan udara terbaru Israel kembali mengancam harapan mereka untuk hidup damai.
"Kami baru mulai bernapas lagi, mencoba membangun kembali hidup kami, ketika bombardir itu datang kembali. Anak-anak tidak bisa tidur, mereka pikir perang sudah berakhir” kata Khadija al-Husni, seorang ibu pengungsi di kamp Al-Shati, dilansir Al Jazeera.