Pelapor PBB: Puluhan Negara Terlibat dalam Genosida Israel di Gaza

- AS dan Jerman menjadi pemasok senjata utama Israel, dengan dukungan militer lain dari negara lain seperti Inggris dan program jet tempur F-35.
- Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Israel, sementara beberapa negara Arab memperdalam hubungan ekonomi melalui normalisasi.
- Pelapor PBB mendesak negara-negara untuk menangguhkan hubungan militer, diplomatik, dan ekonomi dengan Israel sampai kejahatannya berhenti.
Jakarta, IDN Times - Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis oleh Pelapor Khusus Francesca Albanese menyimpulkan bahwa genosida Israel di Gaza merupakan hasil dari kejahatan kolektif. Laporan tersebut menyatakan kejahatan Israel dimungkinkan oleh keterlibatan lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Albanese menyampaikan laporan bertajuk “Gaza Genocide: A Collective Crime” itu kepada Majelis Umum PBB pada Selasa (28/10/2025). Ia merinci bagaimana negara-negara berpengaruh telah memberikan dukungan yang signifikan kepada Israel. Bentuk keterlibatan ini mencakup dukungan militer, ekonomi, dan perlindungan diplomatik yang saling menguatkan.
1. AS dan Jerman jadi pemasok senjata utama Israel

Laporan Albanese menunjukkan bahwa kerja sama militer telah menjadi bahan bakar bagi mesin perang Israel. Amerika Serikat (AS) menjadi pemasok senjata utama, menyumbang dua pertiga dari impor senjata Israel, sementara Jerman menjadi eksportir terbesar kedua.
Selain penjualan senjata langsung, negara lain juga memberikan dukungan militer dalam bentuk lain. Inggris dilaporkan telah menerbangkan lebih dari 600 misi pengintaian di atas Gaza, dan 19 negara terlibat dalam program jet tempur F-35 yang komponennya digunakan oleh Israel dalam serangannya.
Di ranah diplomasi, AS kerap memberikan perlindungan politik yang penting bagi Israel di forum internasional. Washington tercatat telah menggunakan hak vetonya sebanyak tujuh kali di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir resolusi gencatan senjata.
“Tidak ada negara yang dapat dengan kredibel mengklaim menegakkan hukum internasional sambil mempersenjatai, mendukung, atau melindungi rezim yang melakukan genosida," ujar Albanese, dilansir situs OHCHR.
2. Uni Eropa mitra dagang terbesar Israel
Dari sisi ekonomi, Uni Eropa (UE) disebut sebagai mitra dagang utama Israel. UE menyumbang hingga sepertiga dari total nilai ekspor Israel yang mencapai 474 miliar dolar AS (sekitar Rp7.880 triliun) antara tahun 2022 dan 2024.
Sementara itu, beberapa negara Arab dilaporkan terus memperdalam hubungan ekonomi melalui perjanjian normalisasi. Hal ini kontras dengan negara lain seperti Turki yang menangguhkan semua perdagangan dengan Israel.
Laporan tersebut juga mengungkap adanya komponen ideologis yang mendasari berbagai bentuk keterlibatan ini. Para pemimpin Barat disebut telah menggemakan propaganda Israel dengan menghidupkan kembali kiasan kolonial yang merendahkan martabat warga Palestina.
Albanese juga menyinggung konsep "weaponization of aid" atau penggunaan bantuan sebagai senjata. Hal ini terlihat ketika tuduhan Israel yang tidak berdasar terhadap staf UNRWA menyebabkan 18 negara donor segera menangguhkan pendanaan mereka untuk badan kemanusiaan tersebut.
“Melalui tindakan melanggar hukum dan kelalaian yang disengaja, terlalu banyak negara telah merugikan, mendanai, dan melindungi sistem apartheid militeristik Israel. Tindakan ini memungkinkan proyek kolonial permukiman mereka berubah menjadi genosida, sebuah kejahatan terbesar terhadap penduduk asli Palestina,” kata Albanese, dikutip dari The National.
3. Albanese desak negara-negara tangguhkan kerja sama dengan Israel

Albanese mendesak semua negara untuk segera menangguhkan hubungan militer, diplomatik, dan ekonomi dengan Israel sampai kejahatannya berhenti. Presentasi laporan ini di Sidang Umum PBB sempat memicu reaksi keras. Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, melancarkan serangan pribadi terhadap Albanese dengan menjulukinya sebagai penyihir jahat.
“Jika tuduhan terburuk yang bisa Anda lemparkan padaku hanyalah sihir, saya menerimanya. Tapi seandainya saya punya kekuatan untuk merapal mantra, saya akan menggunakannya untuk menghentikan kejahatan kalian untuk selamanya dan memastikan mereka yang bertanggung jawab berakhir di balik jeruji besi,” balas Albanese, seperti dilansir Press TV.
Sebagai penutup, laporan tersebut memperingatkan bahwa situasi ini bukan hanya tentang Palestina, melainkan ujian bagi supremasi hukum internasional. Krisis ini menjadi pertaruhan bagi kelangsungan hidup PBB itu sendiri, yang menuntut adanya sistem multilateral baru yang berdasarkan pada keadilan.

















