Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tahanan penjara (pexels.com/Donald Tong)
ilustrasi tahanan penjara (pexels.com/Donald Tong)

Intinya sih...

  • ICRC dilarang kunjungi tahanan Palestina sejak meletusnya perang di Gaza

  • Akses ke tahanan dibatasi sampai seluruh sandera Israel dipulangkan

  • Tahanan Palestina hadapi penyiksaan sistematis di penjara Israel

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Israel telah melarang tim Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengunjungi tahanan Palestina dengan dalih masalah keamanan. Larangan ini berlaku bagi ribuan tahanan yang ditahan berdasarkan undang-undang mengenai kombatan ilegal.

“Pendapat yang disampaikan kepada saya tidak diragukan lagi bahwa kunjungan Palang Merah ke teroris di penjara akan sangat membahayakan keamanan negara. Keselamatan negara dan warga negara kita adalah yang utama,” kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (29/10/2025).

Istilah “kombatan ilegal” merujuk pada warga Palestina yang ditahan dari Jalur Gaza dan sekitarnya sejak Israel melancarkan perang di wilayah tersebut meletus pada 2023. Undang-undang terkait kombatan ilegal memungkinkan Israel menahan warga Palestina tanpa batas waktu, tanpa bukti di pengadilan terbuka, dan membatasi akses mereka terhadap pengacara.

1. ICRC telah dilarang kunjungi tahanan Palestina sejak meletusnya perang di Gaza

Dilansir dari The New Arab, ICRC menyatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan mengunjungi tahanan Palestina di penjara Israel sejak meletusnya perang di Gaza, kecuali untuk wawancara prapembebasan yang dilakukan berdasarkan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.

"Tujuan kunjungan ICRC ke tempat penahanan dan mereka yang kehilangan kebebasan hanyalah kemanusiaan semata. Kami bertujuan menilai perlakuan dan kondisi tahanan, bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan kondisi tersebut sesuai dengan standar internasional, serta memulihkan kontak antara tahanan dan keluarga mereka," kata ICRC.

Menurut beberapa LSM, pihak administrasi penjara Israel berpendapat bahwa kunjungan semacam itu dapat digunakan untuk mengirim atau menerima pesan ke dan dari kelompok Islam Palestina.

2. Akses ke tahanan dibatasi sampai seluruh sandera Israel dipulangkan

Keputusan ini dikeluarkan hanya beberapa jam sebelum Mahkamah Agung Israel mengadakan sidang terkait petisi untuk memulihkan kunjungan ICRC. Dalam persidangan tersebut, pengacara negara, Ron Rosenberg, mengatakan bahwa pengadilan telah memutuskan untuk memungkinkan pemindahan informasi ke Palang Merah, yang akan dilaksanakan dalam beberapa hari mendatang.

"Informasi yang diberikan hanya akan mencakup nama dan fasilitas penahanan, serta hanya berlaku untuk tahanan yang tidak terkait dengan Gaza atau Hamas," kata Rosenberg.

Ia juga menambahkan bahwa akses ke para tahanan akan tetap dibatasi sampai semua sandera Israel dikembalikan dari Gaza. Kelompok Hamas sejauh ini telah menyerahkan 15 dari 28 jenazah sandera, sementara seluruh 20 sandera yang masih hidup telah dibebaskan pada 13 Oktober lalu.

3. Tahanan Palestina hadapi penyiksaan sistematis di penjara Israel

Asosiasi Hak Sipil di Israel (ACRI), yang mengajukan petisi agar ICRC mendapat akses ke penjara Israel, mengatakan bahwa beberapa kombatan ditahan di pusat-pusat penahanan militer, sementara yang lain berada di penjara biasa.

ACRI menyebutkan bahwa sebelum gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober, Layanan Penjara Israel (IPS) menahan 2.673 tahanan yang dikategorikan sebagai kombatan ilegal. Ratusan di antaranya kemudian dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan sandera Israel.

Menurut kesaksian yang diperoleh pengacara Palestina, para tahanan tersebut mengalami penyiksaan sistematis selama di penjara, termasuk pemukulan berat, kelaparan, pengabaian medis, dan praktik brutal lainnya, dilansir dari Anadolu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team