Seorang anak yang mengungsi dari provinsi bagian selatan, yang meninggalkan rumah akibat peperangan antara Taliban dengan aparat keamanan Afghanistan, tidur di taman umum yang digunakan sebagai penampungan di Kabul, Afghanistan, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.
Untuk menghidupkan kembali ekonomi, Taliban telah menunjuk seorang menteri perdagangan dan dua deputi. Mereka menunjuk Nooruddin Azizi, seorang pengusaha dari provinsi Panjshir utara Kabul, sebagai Menteri Perdagangan dan Industri Afghanistan. Azizi akan bekerja sama dengan pejabat kementerian keuangan dan ekonomi, yang sudah diumumkan sebelumnya, untuk mengeluarkan Afghanistan dari jurang krisis.
Selain pemblokiran akses keuangan di luar negeri sejak Taliban berkuasa, kondisi kemanusiaan di Afghanistan diperparah dengan kekeringan dan pandemik COVID-19.
"Kami bekerja siang dan malam untuk ini dan memastikan bahwa masalah ekonomi diselesaikan secepat mungkin," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dikutip dari Reuters.
Tanpa memberi keterangan detail, Mujahid berjanji akan menggaji pegawai pemerintah yang belum dibayar sejak Juli. Dia juga menyoroti sejumlah permasalahan ekonomi di Afghanistan, seperti harga bahan pokok dan bahan bakar yang melambung dan antrean panjang di bank karena penarikan uang yang terbatas.
Sebelum Taliban berkuasa, data Asian Development Bank menunjukkan bahwa 47 persen penduduk Afghanistan hidup dalam kemiskinan. Sepertiga dari angka tersebut hanya hidup dengan 1,9 dolar AS per hari (sekitar Rp27 ribu).