Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jepang Mulai Uji Coba Jual Pil Pencegah Kehamilan Tanpa Resep Dokter

Ilustrasi obat. (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Jakarta, IDN Times - Jepang telah memulai uji coba penjualan pil pencegah kehamilan yang dijual bebas. Jepang mengambil langkah besar untuk bergabung dengan sekitar 90 negara dan wilayah lain yang menyediakan obat kontrasepsi darurat tanpa resep dokter.

Dilansir NHK News, Asosiasi Farmasi Jepang pada Selasa (28/11/2023) mulai menawarkan pil tersebut di 145 toko obat di seluruh negeri, dengan harga berkisar antara 7 ribu-9 ribu yen (sekitar Rp731 ribu-Rp940 ribu) sebagai bagian dari uji coba investigasi Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan.

1. Tingkat kemanjuran pil diklaim 80 persen

Untuk wanita berusia 16 tahun ke atas dan yang ingin memperoleh obat melalui penelitian, dapat membeli pil tersebut setelah menelpon apotek terlebih dahulu.

Sementara, perempuan yang berusia di bawah 18 tahun harus mendapat izin dan didampingi oleh orang tua atau wali saat melakukan pembelian.

Menurut kementerian, pil pencegah kehamilan tersebut, NorLevo dan versi generik levonorgestrel, bekerja paling baik dalam waktu 72 jam setelah berhubungan intim tanpa pengaman seperti kondom dan memiliki tingkat kemanjuran 80 persen, dikutip dari Kyodo News.

2. Ini persyaratan untuk toko obat yang menjual pil tersebut

Toko obat yang dipilih untuk penelitian ini harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki apoteker terlatih yang mampu menyediakan pil pada malam hari, akhir pekan, dan hari libur.

Mereka juga harus memiliki ruang konsultasi pribadi. Mereka dapat merujuk wanita yang meminum pil tersebut ke klinik dokter spesialis kebidanan dan ginekologi.

Mengenai apotek yang berpartisipasi, informasi tersedia di situs web khusus. Pembeli akan diminta menjawab kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian.

3. Pro dan kontra penjualan pil pencegah kehamilan di Jepang

Ilustrasi bendera Jepang. (twitter.com/iaeaorg)

Pada 2017, panel kementerian pernah membahas upaya untuk menjual obat tanpa resep, namun saat itu tidak adanya lampu hijau yang diberikan. Para kritikus juga menolak gagasan tersebut karena hal itu akan membuat orang cenderung melakukan hubungan seks yang tidak aman.

Diskusi mengenai ketersediaan pil kontrasepsi darurat yang dijual bebas kembali mengemuka, seiring dengan meningkatnya seruan untuk melindungi hak-hak perempuan.

Di Jepang, para profesional medis telah menyerukan akses yang lebih baik terhadap obat-obatan tersebut. Hal ini karena obat tersebut dapat memberikan perlindungan penting bagi korban pemerkosaan setelah kejadian traumatis, sekaligus berpotensi mengurangi kebutuhan akan aborsi yang dianggap lebih merusak secara fisik dan emosional.

Sebelum persidangan, perempuan di Negeri Sakura, termasuk korban kekerasan seksual, harus pergi ke klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan resep alat kontrasepsi darurat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us