Jepang Setujui Anggaran Pertahanan Senilai Rp893,6 Triliun

- Anggaran belanja pertahanan Jepang tahun fiskal 2025 mencapai rekor tertinggi, sebesar 8,7 triliun yen atau Rp893,6 triliun.
- Anggaran tersebut meningkat 9,4 persen dari tahun sebelumnya dan menandai peningkatan selama 13 tahun berturut-turut.
- Rencana anggaran itu untuk memperkuat kemampuan serangan balik negara melalui pertahanan jarak jauh dan meluncurkan rudal vertikal dari kapal selam.
Jakarta, IDN Times - Anggaran belanja pertahanan Jepang untuk tahun fiskal 2025 akan meningkat ke rekor tertinggi sebesar 8,7 triliun yen (sekitar Rp893,6 triliun). Jumlah tersebut naik 9,4 persen dari tahun sebelumnya, setelah menyetujui rancangan anggaran pertahanan pada 27 Desember.
Anggaran tersebut mencakup pendanaan untuk Badan Digital dan reorganisasi militer Amerika Serikat (AS). Rancangan anggaran itu menandai peningkatan selama 13 tahun berturut-turut karena Jepang berupaya untuk menghalangi China dan Korea Utara (Korut) yang terus memperluas kemampuan militernya, dilansir Yomiuri Shimbun pada Minggu (29/12/2024).
1. Peningkatan anggaran militer untuk kemampuan pertahanan jarak jauh
Rencana tersebut untuk memperkuat kemampuan serangan balik negara melalui kemampuan pertahanan jarak jauh, atau menyerang target dari luar jangkauan serangan musuh, serta memperoleh keunggulan di semua domain dengan sistem tak berawak dalam kerja sama dengan sekutu dan negara-negara yang memiliki pemikiran serupa.
"Jepang menghadapi situasi keamanan nasional yang paling serius dan rumit sejak berakhirnya Perang Dunia II," kata Menteri Pertahanan Nakatani.
"Ini adalah tugas yang mendesak, guna memperkuat kemampuan pertahanan secara mendasar," tambahnya.
Tokyo terus mendorong rencananya untuk mengalokasikan total sekitar 43 triliun yen (Rp4.416 triliun) untuk belanja pertahanan yang memasuki tahun ketiga dari rencana lima tahunnya yang dimulai pada tahun fiskal 2023, guna memperkuat Pasukan Bela Diri (SDF) Jepang.
Pemerintah berupaya memperoleh kemampuan serangan balik untuk tujuan pertahanan diri, seperti memperoleh kemampuan untuk menyerang pangkalan rudal musuh. Tokyo juga akan memulai penelitian untuk mengembangkan peralatan yang dapat meluncurkan rudal jarak jauh vertikal dari kapal selam.
Dalam anggaran yang diusulkan, 16,8 miliar yen (Rp1,7 triliun) dialokasikan untuk pengenalan jenis baru rudal yang diluncurkan dari kapal yang merupakan versi yang ditingkatkan dari rudal berpemandu permukaan-ke-kapal Tipe 12 milik SDF dengan jangkauan kemampuan serang yang diperluas di pulau terpencil.
2. Jepang akan membangun jaringan konstelasi satelit

Anggaran tersebut juga mengalokasikan 283,2 miliar yen (Rp29 triliun) untuk membangun jaringan konstelasi satelit, yang akan bekerja bersama sebagai 'mata' kemampuan serangan balik, guna mengidentifikasi target serangan. Dilaporkan, satelit-satelit tersebut akan diluncurkan satu per satu mulai akhir tahun fiskal 2025 dan konstelasi tersebut akan mulai beroperasi pada tahun fiskal 2027.
Pemerintah telah menyisihkan 41,5 miliar yen (Rp4,2 triliun) untuk membeli dua sistem pesawat tak berawak MQ-9B SeaGuardian. Ini mengingat sistem tak berawak, termasuk kendaraan udara dan bawah air, sebagai pengubah permainan yang inovatif yang dapat memperoleh keunggulan sepihak sambil meminimalkan kerugian manusia.
Drone (pesawat tak berawak) dan peralatan terkait diharapkan dapat menyediakan data intelijen, pengawasan, dan pengintaian waktu nyata bagi Pasukan Bela Diri Maritim.
3. Jepang akan meningkatkan perawatan dan lingkungan kerja anggota SDF

Jepang, seperti banyak negara maju lainnya, menghadapi kekurangan anggota pasukan pertahanan di tengah populasi yang menua.
Sebanyak 387,8 miliar yen (Rp39,8 triliun) akan dihabiskan untuk meningkatkan lingkungan hidup dan kerja anggota SDF, sementara 16,7 miliar yen (Rp1,7 triliun) dialoaksikan untuk meningkatkan perawatan termasuk pembayaran yang lebih baik. Selain itu, 1,9 miliar yen (Rp195 milyar) akan dihabiskan untuk membangun rencana karir seumur hidup yang baru. Sebab, personel SDF biasanya pensiun lebih awal daripada pekerja perusahaan biasa.
Pengeluaran penting lainnya termasuk 108,7 miliar yen (Rp11,1 triliun) untuk pengembangan bersama pesawat tempur generasi berikutnya dengan Inggris dan Italia pada tahun 2035, Kyodo News melaporkan.