Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You
Age VerificationThis content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

Jepang Tak Yakin Bakal Terlibat di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

20250605_093824.jpg
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dalam press briefing di Kantor Kedutaan Besar Jepang. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Proyek kereta cepat butuh anggaran besar
  • Jepang belum terima proposal dari Indonesia
  • MRT Jakarta jadi model kerja sama Jepang-Indonesia yang sukses

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, menanggapi rencana pemerintah Indonesia yang akan melanjutkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Ia mengatakan, ada sejumlah tantangan Jepang berhati-hati untuk terlibat lebih jauh dalam proyek tersebut.

Dubes Masaki tidak yakin sejumlah perusahaan Jepang akan terlibat dalam proyek ini, terlebih kereta cepat Jakarta-Surabaya merupakan perpanjangan dari proyek yang dibangun China. 

Ia menjelaskan, meskipun teknologi kereta cepat China dan Jepang memiliki kemiripan, namun tetap terdapat perbedaan signifikan yang bisa menyulitkan integrasi.

"Secara teknis, saya bukan ahli, tetapi saya tidak yakin kita dapat memperpanjang kereta cepat yang telah dibangun dengan teknologi negara lain," ujar Masaki, dalam sebuah pers briefing di Kantor Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (5/6/2025).

1. Proyek kereta cepat butuh anggaran besar

Kereta Cepat Whoosh tiba di Stasiun Padalarang. (dok. KCIC)
Kereta Cepat Whoosh tiba di Stasiun Padalarang. (dok. KCIC)

Di sisi lain, Masaki turut menyoroti masalah biaya sebagai salah satu faktor utama. Menurutnya, pembangunan dan pemeliharaan kereta cepat memerlukan anggaran yang sangat besar, dan bahkan di Jepang sendiri, tidak semua jalur Shinkansen menguntungkan secara ekonomi.

Misalnya, jalur Shinkansen Tokyo-Osaka-Kyoto memang sangat menguntungkan, tetapi jalur lain seperti Tohoku atau Hokuriku tidak selalu demikian. 

"Jalur Shinkansen yang menghubungkan Tokyo, Osaka, Kyoto, adalah jalur terbaik, yang menghasilkan keuntungan besar. Namun, jika Anda melihat jalur Shinkansen lainnya, seperti Tohoku, Hokkaido, atau Hokuriku, mereka tidak selalu menguntungkan. Jadi itu poin yang sangat penting," kata dia. 

"Jadi, bagaimana kita bisa menganalisis keuntungan untuk itu? Jadi saya tidak yakin bahwa kita bisa memiliki kelayakan dari sudut pandang keuangan," imbuh dia.

2. Jepang belum terima proposal dari Indonesia

20250605_093825.jpg
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dalam press briefing di Kantor Kedutaan Besar Jepang. (IDN Times/Amir Faisol)

Kendati demikian, Dubes Masaki menegaskan, Jepang tetap membuka peluang yang besar terhadap Indonesia untuk mendiskusikan lebih jauh terkait rencana pengembangan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, meskipun ada banyak rintangan yang harus dibahas. 

Sampai sejauh ini, Dubes Masaki mengaku, pihaknya belum menerima proposal kerja sama kereta cepat Jakarta-Surabaya dari pemerintah Indonesia.

"Jadi saya kira banyak rintangan yang harus dibahas. Tetapi kami belum menerima permintaan apa pun dari Indonesia mengenai hal itu," kata dia. 

"Jadi kalau pemerintah Anda meminta kami, tentu saja, saya janji kepada Anda, kami akan mempertimbangkannya. Tetapi terus terang saja tidak semudah itu," imbuhnya.

3. MRT Jakarta jadi model kerja sama Jepang-Indonesia yang sukses

Ilustrasi kereta MRT. (IDN Times/Aryodamar)
Ilustrasi kereta MRT. (IDN Times/Aryodamar)

Lebih jauh, Dubes Masaki mengatakan, MRT Jakarta merupakan salah satu contoh nyata kerja sama Jepang-Indonesia, yang membuahkan hasil positif.

Ia bahkan mengatakan, Jepang berhasil melakukan transfer teknologi, di mana perpanjangan jalur utara, 100 persen tenega pekerjanya merupakan tenaga lokal. 

"Sesuatu yang membuat saya sangat bangga melihat keberhasilan MRT, dan kami sekarang sedang membangun perpanjangan jalur utara. Baru-baru ini kami sepakat untuk memulai pembangunan jalur timur dan barat," kata dia. 

"Hal baik lainnya yang saya banggakan adalah jika Anda melihat MRT, kami berhasil mentransfer pengetahuan dan pengalaman kami kepada orang Indonesia. Jika Anda melihat MRT sekarang, 100 persen dikelola orang Indonesia. Jadi saya pikir ini adalah cara kerja sama kita. Jadi kami lebih suka Anda melanjutkan proyek semacam ini," tutur dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah