Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_8403.jpeg
Juru bicara PCO Philips J. Vermonte. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Intinya sih...

  • Persetujuan pihak terkait diperlukan sebelum membawa korban terluka dari Gaza ke Indonesia untuk perawatan medis.

  • Sikap RI dalam krisis kemanusiaan lintas negara memiliki sejarah panjang, menunjukkan peran kemanusiaan Indonesia sudah menjadi bagian dari identitas diplomasi RI.

  • Bantuan Indonesia untuk Palestina berlandaskan solidaritas kemanusiaan dan kepentingan strategis, termasuk stabilitas Timur Tengah dan perkembangan diplomasi internasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Philips J. Vermonte menilai, keterlibatan Indonesia dalam isu kemanusiaan di Gaza bukanlah hal baru. Menurutnya, sikap ini sudah menjadi bagian dari ‘DNA’ diplomasi RI sejak lama, sejalan dengan mandat konstitusi untuk menjaga perdamaian dunia.

“Ini sudah lewat titik kulminasi secara kemanusiaan. Semua orang yang punya hati dan perasaan akan melihat bahwa harus ada langkah konkret,” kata Philips, Rabu (13/8/2025).

1. Menunggu persetujuan pihak terkait

Peta Proyek Strategis Nasional yang berlokasi di Pulau Galang Baru, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Philips menegaskan, wacana membawa korban terluka dari Gaza ke Indonesia untuk perawatan medis bukanlah isapan jempol. Namun, langkah ini tidak bisa dilakukan sepihak.

“Harus ada consent dari mitra-mitra Indonesia di sana,” ujarnya.

Persetujuan tersebut, kata Philips, penting untuk memastikan hak para korban tetap terjamin, termasuk hak untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah pulih. Ia menegaskan, Indonesia ingin memastikan bantuan kemanusiaan yang diberikan tidak melanggar kesepakatan atau mengabaikan kondisi politik yang ada di kawasan.

Selain evakuasi medis, Indonesia juga siap menyalurkan bantuan dengan cara lain. “Kalau ada drop bantuan kemanusiaan lewat udara, Indonesia juga siap. Beberapa negara sudah melakukan itu dalam beberapa hari terakhir,” jelasnya.

Menurut Philips, semua langkah ini masih sejalan dengan posisi resmi Indonesia terkait Gaza.

2. Sikap RI bukan hal baru

Ilustrasi bantuan kemanusiaan dari Baznas yang dikirim masuk ke Palestina. (Dokumentasi Baznas)

Philips mengingatkan, keterlibatan Indonesia dalam krisis kemanusiaan lintas negara memiliki sejarah panjang. Pada 1980-an, saat terjadi konflik di Indochina yang melibatkan Kamboja, Vietnam, dan negara lain, Indonesia menginisiasi Jakarta Informal Meeting untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai.

Tidak hanya itu, Indonesia juga membuka Pulau Galang untuk menampung pengungsi Vietnam. “Kita punya preseden membantu negara-negara yang kita anggap perlu diberi bantuan, sesuai kapasitas yang kita punya,” kata Philips.

Hal ini menunjukkan bahwa peran kemanusiaan Indonesia sudah menjadi bagian dari identitas diplomasi RI sejak lama. Ia menekankan, mandat ini sejalan dengan konstitusi yang mengharuskan Indonesia ikut menjaga perdamaian dunia.

“Bahkan ketika ekonomi kita sulit pada 1950-an dan 1960-an, Indonesia tetap aktif mengirim pasukan penjaga perdamaian PBB,” tambahnya.

3. Ada kepentingan strategis

Presiden Prabowo Subianto (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Menurut Philips, bantuan Indonesia untuk Palestina tidak hanya berlandaskan solidaritas kemanusiaan, tetapi juga kepentingan strategis. Stabilitas Timur Tengah penting karena ada banyak warga negara Indonesia di sana, hubungan ekonomi yang erat, dan ikatan emosional masyarakat Indonesia terhadap kawasan tersebut.

Ia menilai, situasi saat ini juga bersinggungan dengan perkembangan diplomasi internasional. Beberapa negara seperti Australia dan Prancis telah memberi sinyal akan mengakui Palestina.

“Kalau nanti negara-negara itu mengakui Palestina, akan ada ruang baru yang selama ini terbentur tembok,” jelas Philips.

Selain itu, Presiden RI Prabowo Subianto telah menyatakan kesiapan Indonesia untuk terlibat dalam misi kemanusiaan jika diminta. “Kalau memang diperlukan dan diminta, Indonesia siap,” tegas Philips.

Baginya, keterlibatan ini akan mengurangi potensi konflik baru di dunia, yang kini sudah diwarnai oleh perang di Ukraina dan ketegangan di Asia Tenggara.

Editorial Team