Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jurnalis perang (Mstyslav Chernov/Unframe/http://www.unframe.com/, CC BY-SA 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0>, via Wikimedia Commons)
ilustrasi jurnalis perang (Mstyslav Chernov/Unframe/http://www.unframe.com/, CC BY-SA 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Secara keseluruhan, sekitar 17 jurnalis telah meninggal di zona perang Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022

  • Rusia dituding bertanggung jawab atas kematian Lallican

  • Prancis menyalahkan Rusia atas insiden itu

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jurnalis foto asal Prancis, Antoni Lallican, tewas akibat serangan drone di wilayah Donbas, Ukraina timur, pada Jumat (3/10/2025). Rekannya, jurnalis foto asal Ukraina, Heorgiy Ivanchenko, mengalami luka-luka.

Dilansir dari DW, militer Ukraina mengatakan keduanya mengenakan perlengkapan pelindung dan rompi antipeluru bertanda “Pers” saat serangan terjadi. Insiden tersebut masih dalam penyelidikan.

Dalam unggahan terakhirnya di Instagram tertanggal 21 September, Lallican mendokumentasikan pertempuran di Donbas dan dampaknya terhadap warga yang masih tinggal di wilayah tersebut. 

“Ketika garis depan semakin dekat dan penembakan semakin intensif, populasi terus menurun. Bagi para prajurit yang dikerahkan di sana, kehidupan sehari-hari ditandai dengan gemuruh artileri dan kekuatan bom glider Rusia. Selain pengeboman, kini ditambah dengan pengerahan besar-besaran drone kamikaze yang hampir ada di mana-mana," tulis pria berusia 38 tahun itu.

1. Jurnalis Prancis pertama yang terbunuh akibat serangan drone di Ukraina

Menurut Federasi Jurnalis Eropa (EFJ), Lallican adalah jurnalis Prancis pertama yang terbunuh akibat serangan drone dalam konflik Ukraina. Secara keseluruhan, sekitar 17 jurnalis telah meninggal di zona perang Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022.

EFJ menyatakan bahwa Lallican berada di Ukraina untuk tugas liputan dari agensi foto Prancis, Hans Lucas. Karyanya telah dipublikasikan di berbagai media, termasuk surat kabar Prancis Le Monde, Le Figaro dan Libération, serta media Jerman Der Spiegel, Zeit dan Die Welt.

"Lallican adalah jurnalis yang berpengalaman, berdedikasi, dan sangat penuh empati yang memfokuskan diri pada isu-isu sosial dan kemasyarakatan, dengan perhatian khusus pada zona konflik dan hak asasi manusia," tulis Hans Lucas dalam sebuah unggahan penghormatan di Instagram.

2. Rusia dituding bertanggung jawab atas kematian Lallican

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas kematian jurnalis tersebut. Ia menyalahkan Rusia atas insiden itu.

"Jurnalis foto Antoni Lallican mendampingi tentara Ukraina ke garis depan perlawanan. Saya menerima kabar kematiannya dengan kesedihan yang mendalam, menjadi korban serangan drone Rusia," tulis Macron di platform X.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, juga menyampaikan belasungkawa di akun media sosialnya.

"Rusia terus menerus menargetkan jurnalis, yang merupakan kejahatan keji dan pelanggaran hukum humaniter internasional. Kami akan melakukan segala upaya untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku. Keberanian Antoni dalam menginformasikan kepada dunia tentang agresi Rusia tidak akan pernah terlupakan," demikian pernyataan Sybiha.

3. Lallican disebut tewas akibat serangan drone FPV Rusia

Ketua Persatuan Jurnalis Ukraina (NUJU), Serhiy Tomilenko, mengatakan bahwa Lallican tewas akibat serangan drone first-person view (FPV) Rusia. Insiden itu terjadi di dekat kota Druzhkivka, salah satu wilayah yang paling aktif di garis depan sepanjang 1.250 km di wilayah Donbas.

“Saat ini, ancaman utama bagi jurnalis dan warga sipil adalah drone Rusia yang memburu orang-orang,” kata Tomilenko.

Dilansir dari CNN, warga sipil di kota-kota Ukraina yang dekat dengan garis depan sebelumnya mengungkapkan bahwa drone FPV Rusia telah menjadi ancaman terus-menerus. Hampir tidak ada satu pun yang aman" pejalan kaki, mobil, bus, bahkan ambulans pun pernah menjadi sasaran. Sementara itu, Rusia berulang kali menyatakan bahwa pihaknya tidak menargetkan warga sipil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team