Rusia Kirim Lebih Banyak Peralatan Militer ke Libya, AS Meradang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington, IDN Times - Pemerintah Amerika Serikat melalui Pentagon pada hari Jumat (24/07), menjelaskan jika Rusia melanjutkan pengiriman peralatan militernya ke Libya dalam jumlah yang lebih banyak.
Kementerian Pertahanan AS melihat terjadi peningkatan pengiriman persenjataan dari Rusia setelah Tentara Bayaran Rusia bersama Tentara Nasional Libya terpukul mundur akibat keterlibatan Turki yang mendukung Pemerintahan Tripoli, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Pengiriman peralatan militer terlihat melalui citra Satelit AS
Amerika Serikat sudah sering menuduh keterlibatan Rusia yang mengirimkan peralatan dan persenjataan berat ke Libya untuk mendukung Tentara Nasional Libya pimpinan Khalifa Haftar. Dikutip dari Reuters, setelah untuk kesekian kalinya, akhirnya Pentagon merilis citra satelit terbaru yang menangkap keberadaan Pesawat Kargo Militer Rusia, IL-76, yang dianggap mengirim peralatan tambahan untuk digunakan Tentara Bayaran Rusia, Grup Wagner.
Keterlibatan Grup Wagner sebagai salah satu tentara bayaran paling terkenal di dunia dalam Perang Saudara Libya, masih merupakan misteri dikarenakan Pemerintah Rusia menyangkal penggunaan tentara bayaran yang berasal dari Rusia itu untuk kepentingan mereka. Meskipun begitu, AS tidak henti-hentinya memprotes keras bantuan peralatan militer dari Rusia yang mengalir ke Libya secara diam-diam semenjak Haftar memulai ofensifnya terhadap Pasukan Pemerintah Tripoli pada tahun 2014.
2. Melanggar Resolusi UNSC 1970
Editor’s picks
Perang saudara yang berkecamuk di Libya akibat menyebarnya pengaruh Arab Sping atau gejolak demokrasi di Wilayah Timur Tengah membuat negara yang awalnya sangat kaya ini menjadi hancur berkeping-keping. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Dewan Keamanan sudah melarang segala bentuk pengiriman persenjataan ke Libya melalui Resolusi UNSC 1970 yang disetujui pada tahun 2011, dilansir CNN.
AS melihat aksi Rusia sebagai pelanggaran berat dikarenakan sudah berkali-kali dengan sengaja mengirim peralatan dan persenjataan militer ke Libya. Melalui US Africa Command, Militer AS menyatakan, "diperkirakan Federasi Rusia terus melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB UNSCR 1970 dengan secara aktif menyediakan peralatan militer dan mengirim pejuang ke garis depan konflik di Libya".
3. Pertempuran Libya berfokus di Kota Sirte
Keterlibatan Tentara Nasional Libya pimpinan Khalifa Haftar yang memulai pemberontakan bersenjata, benar-benar hampir menguasai Libya setelah pasukannya mengepung Tripoli, namun mulai terpukul mundur setelah Turki terlibat. Dilaporkan TRTWorld, Tentara Nasional Libya terus dipukul mundur Pasukan Pemerintah Tripoli dukungan Turki dimana sekarang kedua pihak sedang mempersiapkan pertempuran besar di Kota Pelabuhan Sirte yang dikuasai Tentara Nasional Libya.
Kondisi Konflik Libya yang semakin tidak stabil memaksa banyak negara, terutama pendukung Haftar seperti Rusia, Mesir dan Uni Emirat Arab, untuk lebih terlibat dalam perang berdarah ini. Parlemen Mesir yang sudah mengizinkan pengerahan Pasukan Mesir dan Rusia yang meningkatkan intensitas pengiriman senjata ke Libya, menjadi beberapa faktor utama akan memanasnya Perang Saudara Libya.
Baca Juga: Rusia dan Turki Dukung Pelaksanaan Gencatan Senjata di Libya
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.