Tegang! Houthi-Arab Saudi Terus Saling Serang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Militer koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangkaian serangan udara terhadap beberapa pusat pertahanan pejuang Houthi di Yaman.
Serangan itu dilakukan, Selasa (07/12) setelah teritorial Arab Saudi dihantam oleh rudal-rudal balistik yang diluncurkan Houthi beberapa waktu lalu.
Dikutip dari Reuters, Koalisi Saudi menjelaskan serangan presisi yang dilakukan berhasil menghancurkan instalasi militer di Ibu Kota Yaman, Sanaa. Sedangkan 24 jam terakhir selain menghantam Arab Saudi, Houthi juga menyerang target di Wilayah Marib dan Jouf yang terletak di Yaman.
1. Rudal balistik dan drone berpeledak diluncurkan pejuang Houthi
Pejuang Houthi tidak main-main dalam pemanfaatan aset militernya ketika membombardir Arab Saudi saat itu. Melansir Reuters, Houthi menggunakan beberapa rudal balistik dan 25 drone berpeledak tinggi.
Serangan berfokus pada fasilitas strategis yang dimiliki Riyadh, seperti Gedung Kementerian Pertahanan Arab Saudi dan kilang minyak Aramco di Kota Jeddah. Menurut pernyataan resmi militer Saudi, tidak ada korban jiwa dan kerusakan parah akibat serangan Houthi tersebut.
2. Arab Saudi kekurangan amunisi rudal anti udara
Menghadapi rudal balistik dan drone berpeledak secara bertubi-tubi membuat sistem pertahanan udara Arab Saudi kewalahan. Militer Saudi menggunakan sistem pertahanan Patriot yang mereka beli dari Amerika Serikat (AS) seharga 1 juta dollar AS atau sekitar 14,3 miliar rupiah per unit.
Diakibatkan serangan Houthi, sekarang persediaan amunisi Patriot yang dimiliki Riyadh mulai sangat berkurang dan membutuhkan pasokan tambahan secepatnya, seperti yang dilansir dari The Wall Street Journal.
Editor’s picks
"Serangan oleh pesawat nirawak berpeledak yang diluncurkan oleh milisi teroris (Houthi) adalah ancaman keamanan global yang relatif baru dan cara untuk menghadapinya sedang berkembang," ujar Saudi.
Apabila dibandingkan sangat tidak apik melihat Rudal Patriot bernilai jutaan dollar dipaksa menghadapi ancaman drone berpeledak yang dapat dirakit hanya dengan 10 ribu dollar.
Tidak hanya itu, tingkat keakuratan Patriot yang membutuhkan beberapa serangan sebelum mengenai target juga menjadi alasan utama mengapa persediaan amunisi cepat habis.
Baca Juga: Model Asal Yaman Hadapi Pengadilan yang Tidak Adil oleh Houthi
3. Rentannya sistem pertahanan udara Saudi
Terlibat Perang Saudara Yaman sejak 2014 silam menjadi uji coba perdana kekuatan modern militer Arab Saudi yang sangat didambakan. Membeli berbagai jenis alutsista dari Negara Barat dalam jumlah besar memberikan harapan optimis kepada Riyadh.
Dilaporkan The Wall Street Journal, salah satu harapan terbesar yang dipercayakan Saudi atas alutsistanya adalan sistem pertahanan udara Patriot yang mereka miliki. Sayangnya beberapa tahun terakhir Rudal Patriot terbukti tidak efektif menghalau serangan rudal balistik maupun drone yang menargetkan fasilitas vital negara, seperti kilang minyak.
Meskipun begitu, Arab Saudi tetap kukuh mempercayakan pertahanan ruang udaranya bersama Patriot.
Bahkan Riyadh sudah mengajukan permintaan khusus kepada pemerintah AS untuk membeli 596 Patriot beserta 280 rudalnya senilai 680 juta dollar AS atau 9,3 triliun rupiah. Namun sampai saat ini permintaan itu masih dievaluasi lebih lanjut oleh Washington.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan Yaman, Houthi Masih Terus Dekati Marib
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.