3 Fakta Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Armenia yang Gagal Melengser

Mantan jurnalis ini masih bercokol kuat di kursi kekuasaan

Jakarta, IDN Times - Kekalahan telak yang dialami Armenia dalam perseteruannya dengan Azerbaijan pada 2020, membuat Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, terpaksa melaksanakan pemilu lebih lebih cepat dari seharusnya. Pihak oposisi mendesak pemilu segera digelar, usai kalah di Nagorno-Karabakh akibat serangan penuh yang dilancarkan Azerbaijan itu.

Meskipun sempat diragukan untuk memenangkan pemilu yang berlangsung Minggu (20/6/2021), Pashinyan ternyata masih berhasil memegang kukuh kursi kekuasaannya, seperti dikutip dari BBC. Dia kembali memimpin sebagai Perdana Menteri Armenia setelah kemenangan 54 persen suara yang diraih partainya.

Kemenangan ini menjadi sebuah catatan sejarah baru bagi Armenia. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan publik yang masih sangat kuat terhadap seorang pemimpin, meskipun telah gagal mempertahankan salah satu wilayahnya.

Menanggapi kemenangan Pashinyan, pihak oposisi menolak keras untuk mengakui hasil pemungutan suara dan menyatakan bahwa telah terjadi sebuah kecurangan besar. Namun untuk saat ini, tetap hanya ada satu pemenang yaitu Nikol Pashinyan. 

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai fakta-fakta Nikol Pashinyan yang gagal dilengeserkan dari kepemimpinnanya di Armenia.

Baca Juga: Pashinyan Klaim Kemenangan Lebih Awal Pemilu Armenia

1. Bertanggung jawab atas kekalahan Armenia di Nagorno-Karabakh

3 Fakta Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Armenia yang Gagal MelengserPasukan bersenjata Azeri menembakan artileri saat bentrok antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh di sebuah lokasi yang tidak teridentifikasi. (ANTARA FOTO/Defence Ministry of Azerbaijan/Handout via REUTERS)

Pertempuran besar yang terjadi di Nagorno-Karabakh pada 27 September hingga 10 November 2020 antara Armenia dan Azerbaijan menjadi kenangan pahit yang akan selalu dikenang Masyarakat Armenia. Tepat di tahun ketiga kepemimpinannya sebagai perdana menteri, Nikol Pashinyan secara terpaksa harus menyerahkan hampir seluruh wilayah Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan.

Wilayah itu sebelumnya telah dikuasai pasukan Armenia sejak 1994. Penyerahan wilayah itu sebagai bentuk kesepakatan damai antar keduanya yang dimediasi oleh Rusia, seperti yang dilansir dari CBC.

Penandatangan perjanjian damai dan gencatan senjata di 9 November 2020 secara resmi menyerahkan tujuh distrik utama di Nagorno-Karabakh yang "dijajah" Armenia kembali ke Azerbaijan.

Kemenangan taktis yang berhasil diraih militer Azerbaijan selama pertempuran yang berlangsung enam minggu melawan militer Armenia itu, menyeret Nikol Pashinyan ke meja perundingan. Lepasnya Nagorno-Karabakh dari tangan Yerevan meluapkan emosi masyarakat Armenia. Mereka menuduh perdana menteri mereka itu sebagai pengecut serta pengkhianat. 

2. Merupakan seorang jurnalis sebelum terpilih menjadi perdana menteri

3 Fakta Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Armenia yang Gagal MelengserPM Armenia, Nikol Pashinyan. (instagram.com/nikolpashinyan_official

Terlibat terlalu aktif di dunia politik membuat Pashinyan harus dikeluarkan dari universitasnya pada 1995. Dia pun lantas memiliki banyak musuh. Namun, ia tidak berhenti di situ.

Sejak 2000, Pashinyan mulai meniti karier sebagai seorang jurnalis serta pemimpin redaksi di salah satu media di Armenia, Haykakan Zhamanak. Posisi tersebut menjadikannya salah satu orang yang paling dikenal di Armenia, seperti yang dilaporkan The Guardian.

Ketenenaran Pashinyan sendiri bukan tanpa alasan karena ia menggunakan posisinya sebagai jurnalis untuk mengkritik banyak kebijakan pemerintah. Kritik-kritik tajam Pashinyan dipercaya telah menyulut kerusuhan besar di Kota Yerevan pada 2008 yang menewaskan 10 orang.

Karena aksinya tersebut, Nikol Pashinyan terpaksa bersembunyi, tetapi kemudian dia memilih untuk menyerahkan diri pada 2010 yang membuatnya dipenjara selama satu tahun.

Pengalaman dinamis yang dimiliki Nikol Pashinyan ikut menjadi alasan utama mengapa dirinya memutuskan untuk terlibat di parlemen Armenia pada 2016. Dia pun kemudian memimpin sebuah revolusi damai pada 2018 yang mengantarkannya ke posisi saat ini, yaitu Perdana Menteri Armenia. 

Baca Juga: Mengenal Sejarah Armenia vs Azerbaijan, Konflik Alot Lampaui Abad

3. Hampir dikudeta militer dan pihak oposisi

3 Fakta Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Armenia yang Gagal MelengserPerdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, bersama petinggi-petinggi Militer Armenia. twitter.com/301_AD

Kekalahan Armenia yang Pashinyan pimpin dalam Perang Nagorno-Karabakh 2020 hampir menjadikannya Perdana Menteri Armenia pertama yang dikudeta oleh militer dan pihak oposisi pemerintah. Merebaknya krisis politik sebagai imbas hasil pahit dalam perang itu, mengubah kondisi Armenia menjadi sangat kacau balau. 

Dilaporkan Reuters, kondisi krisis tersebut ternyata cukup menghantarkan Pashinyan dan militer Armenia ke dalam sebuah konfrontasi yang sangat panas. Pashinyan menuduh pimpinan militer Armenia mencoba untuk menggulingkan pemerintahannya dengan menerbitkan surat pernyataan kolektif. Surat itu berisi permintaan agar Pashinyan agar berhenti dari jabatannya.

Perbedaan pandangan yang menyelimuti pemerintah dan militer saat itu, memberikan kesempatan kepada pihak oposisi untuk mengeksploitasi kelemahan tersebut. Mereka ikut mendesak Pashinyan turun dari kursi perdana menteri. Tetapi dengan kebulatan tekad yang kuat, Pashinyan enggan menyerah tanpa perlawan.

Dia pun menyetujui digelarnya pemilu darurat untuk menentukan pemimpin Armenia pada 20 Juni 2021. Hasil pemilu menyatakan Nikol Pashinyan melalui partainya masih dipercaya publik untuk melanjutkan pemerintahannya di Armenia.

Baca Juga: Erdogan Minta Biden Tarik Sebutan Genosida untuk Pembantaian Armenia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya